Profil
Elfa Secioria Hasbullah
Bakat bermusiknya turun dari ayahnya, Hasbullah Ridwan, seorang polisi militer yang aktif dalam bermain musik, dan dikenal sebagai konduktor dan pemain jazz.
Dia mulai berlatih piano pada usia lima tahun. Pada usianya yang kedelapan, ia pemain piano dalam Trio Jazz Yunior IVADE. Mengikuti Piano Privat 1 dan 2 di Bandung (1970-1974), mempelajari musik Simfoni di Bandung (1971-1978) dan belajar Aransemen Orkestra di Bandung (1974-1978).
Elfa mendapatkan bimbingan mengenai teori dan sejarah musik, komposisi, dan karakter instrument dari Kapten Anumerta F.A. Warsono, pimpinan Orkes Simfoni Angkatan Darat Bandung. Dia pernah pentas dengan mata tertutup saat berusia 11 tahun dan membentuk kelompok vokal yang sudah memenangi delapan grand champion festival paduan suara di luar negeri, pada saat berusia 19 tahun.
Tahun 1982, pada ASEAN Song Festival di Bangkok, dia menyabet piala sebagai Pengaransir Terbaik. Di tahun 1984, pada acara yang sama di Manila, Elfa kembali meraih penghargaan untuk The Best Arranger and the Best Song, lewat lagu yang dinyanyikan oleh Christine Panjaitan. Di festival tersebut makalah yang berjudul Saluang, Pupuit, Talempong, Gandang (Minangkabau) Indonesia yang ia buat juga memperoleh pujian dari para peserta lain.
Pada Golden Kite Festival di Malaysia, 1984, mendapat penghargaan sebagai The Best Performer dengan lagu Kugapai Hari Esok, yang dinyanyikan oleh Harvey Malaiholo. Selama kariernya, Elfa sudah 14 kali menjadi pengaransir orkes Telerama dan untuk Candra Kirana di TVRI.
Pengalaman berkesan buat Elfa, yakni ketika ia menjadi konduktor pada orkes simfoni Yamaha di Budokan Hall, Tokyo saat berlangsung acara World Popular Song Festival pada tahun 1982. Pengalaman lain yang juga berkesan adalah sewaktu ia harus menyelesaikan 17 aransemen musik selama tujuh jam di dalam pesawat pada tahun 1983.
Dia juga di kenal sebagai pendiri grup musik Elfa's Singer, yang telah merilis tujuh album. Album yang ketujuh bertajuk Elfa's Singers dibuat dalam rangka 30 tahun eksistensi mereka di musik Indonesia. Menurut Elfa, album itu dibuat sebagai wujud syukur atas keberhasilannya bertahan selama ini.
Seniman musik yang sukses melejitkan penyanyi-penyanyi seperti Sherina, Yana Julio, Agus Wisman, Lita Zein dan Andien ini, wafat pada 8 Januari 2011 di RS. Pertamina Cempaka Putih, Jakarta. Meninggalkan seorang istri, Vera Sylviana Yachy dan tiga orang anak, Hariza Ivan Camille, Raisa Iva Cavel dan Cesyl Athaya Fawziya serta ratusan murid yang tergabung dalam Elfa Music School.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic