Relawan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) beristirahat seusai mengkremasi jenazah korban virus corona Covid-19 di sebuah krematorium di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Ketika Myanmar menghadapi gelombang Covid-19 mematikan, tim relawan yang bekerja tanpa lelah untuk merawat, mengubur, dan mengkremasi korban virus corona harus menghadapi stigma.
Ketika Stigma Membuat Relawan Covid-19 Myanmar Jauh dari Rumah
Covid-19
Relawan memakamkan jenazah korban virus corona Covid-19 di sebuah krematorium di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Ketika Myanmar menghadapi gelombang Covid-19 mematikan, tim relawan yang bekerja tanpa lelah untuk merawat, mengubur, dan mengkremasi korban virus corona harus menghadapi stigma.
Seorang relawan tidur ketika rekannya tengah bersiap menjalankan tugas di kamp sementara mereka di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Mereka terpaksa tidak kembali ke rumah karena ditakutkan menyebarkan penyakit.
Relawan Covid-19 mandi di kamp sementara mereka di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Ketika Myanmar menghadapi gelombang Covid-19 mematikan, tim relawan yang bekerja tanpa lelah untuk merawat, mengubur, dan mengkremasi korban virus corona harus menghadapi stigma.
Sejumlah relawan Covid-19 memainkan game mobile di ponselnya di kamp sementara mereka di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Mereka terpaksa tidak kembali ke rumah karena ditakutkan menyebarkan penyakit.
Relawan yang mengenakan APD ketika mengkremasi jenazah korban Covid-19 di sebuah krematorium di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Ketika Myanmar menghadapi gelombang Covid-19 mematikan, tim relawan yang bekerja tanpa lelah untuk merawat, mengubur, dan mengkremasi korban virus corona harus menghadapi stigma.
Relawan melepas APD seusai mengkremasi jenazah korban Covid-19 di sebuah krematorium di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Mereka terpaksa tidak kembali ke rumah karena ditakutkan menyebarkan penyakit.
Relawan membakar APD seusai mengkremasi jenazah korban Covid-19 di sebuah krematorium di Distrik Taungoo, wilayah Bago, Myanmar, pada 6 Agustus 2021. Mereka terpaksa tidak kembali ke rumah karena ditakutkan menyebarkan penyakit.
Reaksi netizen Indonesia langsung muncul ketika bek Myanmar, Hein Phyo Win, menendang bola dengan keras ke arah kepala Marselino Ferdinan.
Baca SelengkapnyaPelatih tim nasional Myanmar, Myo Hlaing Win, menjelaskan alasan di balik kekalahan timnya dari Timnas Indonesia dalam laga pertama Grup B Piala AFF 2024.
Baca SelengkapnyaMarselino Ferdinan, mengalami insiden saat pertandingan Piala AFF 2024. Kepalanya terkena bola akibat tendangan keras dari pemain Myanmar.
Baca SelengkapnyaTimnas Indonesia berhasil memetik kemenangan saat mengawali turnamen Piala AFF 2024. Skuad Garuda memaksa tuan rumah Myanmar menyerah dengan skor 1-0.
Baca SelengkapnyaShin Tae-yong memberikan tanggapan mengenai penampilan Timnas Indonesia setelah meraih kemenangan tipis 1-0 atas Myanmar di laga perdana Piala AFF 2024.
Baca SelengkapnyaBeberapa pemain Timnas Indonesia menunjukkan performa yang menjanjikan saat menghadapi Timnas Myanmar dalam laga perdana Grup B Piala AFF 2024.
Baca SelengkapnyaBagaimana tanggapan netizen setelah Timnas Indonesia hanya meraih kemenangan tipis melawan Myanmar di pertandingan pembuka Piala AFF 2024?
Baca SelengkapnyaBeberapa pemain Timnas Indonesia menunjukkan penampilan luar biasa dalam laga pertama Piala AFF 2024, sehingga berhasil meraih poin penuh.
Baca SelengkapnyaPertandingan ini merupakan bagian dari penyisihan Grup B.
Baca SelengkapnyaTimnas Indonesia mengandalkan sejumlah pemain muda yang berpotensi di Piala AFF 2024.
Baca SelengkapnyaVietnam dapat dianggap sebagai tantangan terberat bagi Timnas Indonesia.
Baca SelengkapnyaUsulan tersebut sedang dikaji oleh panel tiga hakim Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Baca Selengkapnya