Seragam Kabinet Prabowo Memakai Dasi Biru Muda, Estetika Semata atau Ada Pesan Politik?
Pemilihan dasi biru muda oleh Kabinet Prabowo-Gibran dalam pelantikan menteri memicu pertanyaan: estetika semata atau menyimpan pesan politik tersembunyi?
Pelantikan Kabinet Merah Putih periode 2024-2029 yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menarik perhatian publik bukan hanya karena formasi menteri yang baru, tetapi juga karena pilihan seragam resmi yang dikenakan oleh para menteri.
Salah satu elemen yang paling mencolok adalah dasi biru muda yang seragam dikenakan oleh seluruh menteri dalam momen bersejarah tersebut. Pertanyaannya, apakah pemilihan dasi biru muda ini sekadar soal estetika, atau apakah ada pesan politik yang lebih dalam di balik pilihan warna ini?
Simbolisme Warna Biru dalam Sejarah Politik
Warna selalu memiliki arti dan makna tersendiri dalam dunia politik, baik di Indonesia maupun secara global. Biru kerap kali diasosiasikan dengan stabilitas, kedamaian, dan kepercayaan. Dalam politik internasional, banyak partai konservatif atau moderat yang menggunakan warna biru sebagai identitas mereka. Di Indonesia sendiri, biru seringkali dikaitkan dengan berbagai partai politik, termasuk Partai Demokrat yang juga berwarna biru.
Namun, warna biru muda yang dipilih oleh Kabinet Prabowo-Gibran untuk seragam pelantikan mereka memiliki nuansa yang lebih lembut. Biru muda, atau yang sering disebut "sky blue," bisa menyimbolkan harapan, kedamaian, serta keterbukaan. Apakah ini berarti Kabinet Merah Putih ingin menyampaikan pesan kepada rakyat tentang masa depan yang lebih cerah dan inklusif?
Menurut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, pemilihan dasi biru muda bukanlah kebetulan. AHY mengungkapkan bahwa penggunaan dasi ini merupakan arahan dari Sekretaris Kabinet, dan sudah menjadi bagian dari dresscode resmi. Ini menandakan bahwa warna biru muda ini bukan sekadar soal penampilan, tetapi sudah direncanakan dengan matang.
Estetika yang Refreshing dan Modern
Dilihat dari sudut pandang estetika, warna biru muda memberikan kesan yang segar dan modern. Biru muda, sebagai pilihan yang berbeda dari dasi hitam atau merah yang sering dipakai dalam acara-acara formal kenegaraan, menciptakan suasana yang lebih santai namun tetap berwibawa.
Dalam psikologi warna, biru muda sering dianggap mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan, cocok untuk kabinet yang ingin menampilkan diri sebagai pemimpin yang stabil namun juga beradaptasi dengan zaman.
Pilihan ini juga selaras dengan tren mode politik di banyak negara, di mana para pemimpin memilih warna-warna yang lebih lembut untuk menunjukkan keterbukaan, pendekatan yang inklusif, dan komunikasi yang lebih santai kepada rakyat.
Hubungan dengan Kampanye Pilpres 2024
Tidak dapat dipungkiri bahwa warna biru muda juga sudah menjadi bagian dari identitas visual kampanye Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming dalam Pilpres 2024.
Dalam berbagai kesempatan, mereka sering terlihat mengenakan pakaian dengan elemen warna biru muda, baik dalam bentuk dasi, kemeja, atau aksesoris lainnya. Ini mungkin merupakan strategi komunikasi visual yang konsisten, di mana mereka ingin menjaga keterkaitan antara kampanye mereka dan kepemimpinan di pemerintahan.
Dengan melanjutkan penggunaan warna biru muda di pelantikan Kabinet, bisa jadi Prabowo dan Gibran ingin memberikan sinyal bahwa mereka akan terus melanjutkan visi dan misi yang mereka janjikan selama kampanye, yakni masa depan yang lebih cerah, damai, dan stabil.
Kontroversi Warna Biru Muda, Apa Ada Pesan Tersirat?
Namun, di balik kesan estetika yang modern dan menyegarkan, tidak sedikit pula masyarakat yang mempertanyakan apakah ada pesan politik tersirat di balik pilihan warna ini. Dua bulan sebelum pelantikan, sempat muncul isu mengenai warna biru dalam berbagai simbol gerakan sipil yang menentang kebijakan pemerintah.
Warna biru muda sempat dikaitkan dengan kelompok oligarki, sementara biru tua atau navy blue dianggap sebagai simbol perlawanan rakyat terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai lebih berpihak pada elit politik.
Tentu kode warna Pantone tersebut hanyalah candaan retorik belaka untuk mengkritik kebijakan pemerintah saat itu. Meskipun demikian, sejauh ini tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah terkait kontroversi tersebut. AHY dan beberapa pihak lainnya menegaskan bahwa pilihan dasi biru muda murni soal dresscode yang diatur oleh Istana, tanpa maksud politis yang tersembunyi.
Selain dari sisi estetika dan politik, pilihan dasi biru muda ini juga bisa dipahami sebagai simbol persatuan. Dengan seluruh menteri mengenakan dasi yang seragam, ini memberikan pesan visual yang kuat tentang kebersamaan dalam kabinet. Mereka ingin menunjukkan kepada publik bahwa Kabinet Merah Putih bersatu dalam visi dan misi untuk lima tahun ke depan.
Di sisi lain, penggunaan warna biru muda yang berkelanjutan dari masa kampanye hingga pemerintahan juga bisa dilihat sebagai sinyal konsistensi. Prabowo dan Gibran tampaknya ingin menegaskan bahwa janji-janji yang mereka buat selama kampanye akan diwujudkan dalam kepemimpinan mereka, dengan warna biru muda sebagai pengingat visual dari janji tersebut.
Pada akhirnya, pemilihan dasi biru muda oleh Kabinet Prabowo-Gibran dalam pelantikan ini tampaknya lebih dari sekadar pilihan estetika. Meskipun tidak secara langsung menyampaikan pesan politik yang gamblang, warna biru muda tersebut tetap menyimpan banyak makna dan simbolisme, baik dalam konteks persatuan, harapan, maupun keterkaitan dengan kampanye politik mereka sebelumnya.
Apakah ini murni soal estetika atau memang menyimpan pesan politik tersirat, hanya waktu yang akan menjawab. Namun yang jelas, pemilihan warna ini telah berhasil menarik perhatian publik dan menambah daya tarik pada momen pelantikan yang penting ini.