Waktu Kecil Dibentak Guru Karena Baju Lusuh, Kelak Jadi Perwira TNI AU & Menteri
Merdeka.com - Boediardjo muda tidak bisa melupakan peristiwa hari itu. Dia dipanggil ke depan kelas. Dibentak guru karena bajunya terlihat lusuh dan tidak disetrika.
Usianya saat itu 15 tahun. Dia duduk di bangku Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Magelang. Sekolah zaman Belanda, kira-kira setingkat SMP zaman sekarang.
Boediardjo putera seorang lurah desa. Walau miskin dan harus bersusah payah, dia bisa bersekolah di MULO. Ini sudah beruntung. Kawan-kawannya hanya lulusan volkschool, atau sekolah dasar tiga tahun.
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Bagaimana guru memberikan pengaruh? Guru dapat mengubah hidup hanya dengan perpaduan kapur dan tantangan yang tepat.
-
Apa yang dilakukan siswa terhadap gurunya? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Siapa yang berterima kasih kepada guru? 'Terima kasih Bapak dan Ibu Guru, yang selalu sabar membimbing dan membekali berjuta ilmu pada kami, untuk kami menjadi generasi bangsa yang mampu menjaga serta membangun masa depan pribadi, keluarga, maupun untuk negara kita ini.'
-
Siapa yang berpendapat bahwa guru harus mendidik dengan baik? Guru yang paling pantas mengajar adalah orang yang mendidik keluarganya dengan baik. Kesuksesan seorang guru itu bukan dilihat pada dirinya pribadi, tetapi apabila muridnya jauh lebih sukses dari gurunya.
-
Apa yang diberikan guru kepada murid? 'Terima kasih atas bimbingan dan ilmunya yang bermanfaat, amal kalian akan terus mengalir seiring dengan bermanfaatnya ilmu yang engkau berikan.'
Guru-guru di MULO di tahun 1936 rata-rata orang Belanda. Mereka galak dan dikenal disiplin. Apalagi terhadap orang pribumi.
Disuruh Pulang
Pengalaman menyakitkan itu juga dirasakan Boediardjo. Guru yang dipanggilnya Meneer Van Delden menyuruhnya maju ke depan kelas. Matanya tajam memperhatikan siswa itu dari atas kepala sampai ujung kaki.
"Mengapa bajumu tidak disetrika?" tanya Van Delden pada Boediardjo sambil memegang baju tersebut.
Hal ini dikisahkan Boediardjo dalam biografinya, Siapa Sudi Saya Dongengi. Buku tersebut diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 2005.
Rasa terkejutnya belum hilang saat guru itu menyuruhnya meninggalkan ruang kelas. "Pulang!" kata Van Delden.
Boediardjo merasa jengkel, terhina dan marah. Namun dia tidak bisa apa-apa. Baju itu memang sudah lusuh. Padahal dia sudah berusaha keras menjaga baju dan sepatu tetap awet.
"Dari rumah sepatu sudah saya tenteng, dan baru dipakai kalau sudah dekat sekolah supaya awet," tutur Boediardjo.
Masuk Tentara
Sebelum Pecah Perang Dunia II dan Indonesia masih dalam jajahan Belanda, Boediardjo sempat masuk Militaire Luchtvaart sebagai petugas radio.
Keputusannya menjadi tentara sempat diprotes ayah dan keluarga besarnya. Mereka ingin Boediardjo menjadi priyayi atau pegawai pemerintahan. Bahkan keluarganya sudah meminta surat pengantar dari Bupati agar Boediardjo bisa meneruskan sekolah ke OSVIA, atau sekolah priyayi saat itu.
"Ini malah menjadi umpan meriam untuk Belanda," kenang Boediardjo.
Namun tekadnya sudah bulat. Pengalamannya ini berguna kelak saat Indonesia Merdeka. Boediardjo langsung bergabung dengan TKR Udara.
Berbagai penugasan dilakoni di Angkatan Udara. Dia pernah menjadi atase Udara Indonesia di Kairo, Mesir tahun 1956. Di sinilah Pak Boed turut terlibat menjajaki pembelian aneka jet tempur AURI dari Blok Timur.
Dia pernah menjadi duta besar Indonesia di Kamboja. Lalu menjadi menteri penerangan di era Orde Baru tahun 1968-1973. Setelah pensiun Boediardjo sempat diangkat menjadi Dubes RI untuk Spanyol tahun 1976-1979.
Karir yang sangat mengesankan untuk seorang anak dengan baju lusuh di bangku SMP.
"Mudah-mudahan tidak ada anak cucu saya dapat problem karena baju tidak disetrika," tutup pensiunan Marsekal Madya ini. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum menjadi sekolah seperti sekarang, SMPN 5 Bandung punya cerita sejarah kelam. Dulu pernah menjadi penjara bagi orang Belanda.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyebut dirinya saat ini berkat guru yang cerewet
Baca SelengkapnyaAksi sang guru memakai baju buatan muridnya saat mengajar di kelas ini mendapat pujian dari warganet.
Baca SelengkapnyaAksi guru ini diduga maraknya kekerasan yang dilakukan wali murid.
Baca SelengkapnyaMenurutnya saat itu orang tua komplain karena anaknya tidak berkata jujur.
Baca Selengkapnya