Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Ismail Marzuki

Profil Ismail Marzuki | Merdeka.com

Ismail Marzuki dikenal sebagai komponis yang aktif dan produktif. Dia lahir di Jakarta, 11 Mei 1914. Karya-karyanya seolah tak akan pernah padam hingga kini. Kesyahduan, lirik yang penuh jiwa nasionalis-romantis, syair yang kuat, melodi yang indah, serta memiliki nilai keabadian yang tinggi adalah ciri khas hasil karya komposer pelopor senior, Ismail Marzuki.

Ada lebih dari 250 karyanya yang beberapa di antaranya masih sering dilantun-dengarkan hingga kini, di antaranya adalah Indonesia Pusaka, Sabda Alam dan Juwita Malam yang dipopulerkan oleh Chrisye, Selendang Sutera, dan Sepasang Mata Bola. Tak hanya itu, lagunya yang berjudul Rayuan Pulau Kelapa yang diciptakan pada tahun 1944 pun beberapa waktu lalu sempat diputar setiap harinya oleh TVRI.

Memulai karir sebagai komponis, lagu pertama yang dihasilkan pria yang akrab disapa Ismail ini adalah lagu "O Sarinah" sebuah lagu yang bercerita mengenai kondisi kehidupan bangsa yang tertindas pada tahun 1931. Dalam bermusik, anak kampung Kwitang ini dikenal mempunyai kebebasan berekspresi, leluasa bergerak dari satu jenis aliran musik ke jenis aliran musik yang lain. Selain itu, ia juga punya kemampuan menangkap inspirasi lagunya dengan beragam tema. Ia juga dikenal sebagai pemusik yang mewarnai sejarah dan dinamika musik Indonesia.

Beragam sisi nasionalisme dan romantisme berhasil digabungkan oleh pria yang namanya diabadikan sebagai pusat taman seni budaya yang ada di Jakarta pada tahun 1968 ini melahirkan sebuah lagu dengan syair yang kuat dan bermakna sangat dalam jika dilihat dari sisi melodia. Jenis karyanya memang terkenal sangat beragam, bahkan ia juga menciptakan lagu keroncong yang ia beri judul Bandung Selatan di Waktu Malam dan Selamat Datang Pahlawan Muda.

Pada tanggal 25 Mei 1958 Ismail meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang di usia 44 tahun. Meski Ismail telah tiada, namun karyanya abadi hingga kini Seperti karyanya yang memberikan kesan keabadian. Berkat karya-karyanya yang fenomenal, Ismail mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2004 setelah sebelumnya namanya diabadikan sebagai nama pusat seni yang ada di Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Meski begitu, ada karyanya yang hingga kini masih diperdebatkan oleh masyarakat yaitu lagu "Halo-halo Bandung".

Riset dan Analisa oleh Atiqoh Hasan