Fakta Menarik Museum Tekstil di Jakarta Barat, Dulunya Markas Tentara Rakyat
Sejarah Museum Batik dimulai setelah bangunan tersebut difungsikan sebagai markas BKR
Sejarah Museum Batik dimulai setelah bangunan tersebut difungsikan sebagai markas BKR
Fakta Menarik Museum Tekstil di Jakarta Barat, Dulunya Markas Tentara Rakyat
Pertengahan tahun 1970-an terjadi penurunan penggunaan kain tradisional (wastra) oleh kalangan masyarakat. Pakaian modern kemudian mulai dilirik dan menjadi tren baru, terutama di kalangan anak muda.
-
Dimana Museum Batik Pekalongan terletak? Museum yang terletak di Jalan Jetayu No.1 Panjang Wetan, Pekalongan buka setiap hari, Senin-Minggu pukul 08.00-15.15 WIB.
-
Dimana lokasi Museum Batik Yogyakarta? Museum Batik Yogyakarta beralamat di Jalan Doktor Sutomo No. 13A, Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Apa yang ada di Museum Batik Yogyakarta? Di museum batik Yogyakarta, ada ratusan kain batik yang diambil dari berbagai daerah seperti Semarang, Kudus, Pekalongan, Lasem, Cirebon, Demak, dan Madura.
-
Dimana Museum Nasional berada? Museum Nasional yang terletak di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu saat ini dijaga ketat TNI, Polri, dan pasukan pengamanan museum usai bagian gedung A dilalap si jago merah.
-
Mengapa Museum Batik Yogyakarta dibangun? Museum itu dibangun karena keprihatinan para pengrajin batik dengan munculnya batik printing. Saat itu, kehadiran batik printing sangat terlihat.'Karena itu nilai batik di tengah masyarakat mulai memudar. Batik bukan hanya selembar kain, tapi di dalamnya ada makna, doa, simbol, dan ada pula harapan,' kata Pemandu dan Pembatik Museum Batik Yogyakarta, Didik Wibowo, dikutip dari liputan6.com.
-
Mengapa Museum Bahari di Jakarta Utara penting? Berbicara soal jejak kejayaan rempah, Museum Bahari di Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara, menjadi tempat yang cocok untuk napak tilas masa silam.
Toko-toko busana kala itu mulai menjual berbagai jenis fashion seperti kemeja, kaus berkerah hingga celana cutbray. Usut punya usut, perubahan tren berpakaian ini karena masifnya kebudayaan barat yang mulai masuk di Indonesia.
Ini kemudian memicu rasa prihatin oleh masyarakat pencinta kain batik dan tradisional, hingga membangun sebuah wadah cikal-bakal dari Museum Tekstil. Bangunan ini kemudian menjadi arsip bagi ribuan pakaian asli nusantara dengan kisah sejarah panjang.
Dulunya Markas BKR
Jika diruntut soal sejarahnya, bangunan ini rupanya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Tidak diketahui pasti kapan gedung ini berdiri. Namun gedung ini sudah aktif sebagai markas dari tentara Barisan Keamanan Rakyat (BKR).
Mengutip laman Pusat Perhubungan Angkatan Darat (PUSHUBAD), BKR merupakan tentara bentukan negara untuk mengamankan kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di masa silam. Boleh dikatakan jika PUSHUBAD merupakan cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia atau TNI AD.
Menjadi Tempat Arsip Kain Tradisional
Fungsi sebagai markas tentara ini tidak berlangsung lama, sampai sekira 1950-an.
Ketika itu kondisi perang akibat akuisisi penjajah Belanda sudah hilang, termasuk kekacauan politik di masa kosongnya pemerintahan.
Di tahun 1952, bangunan dibeli oleh Departemen Sosial dan kemudian diserahkan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada 25 Oktober 1975. Selang setahun, pada 28 Juni 1976, Ibu Tien Soeharto meresmikan bangunan tersebut sebagai Museum Tekstil.
Punya Koleksi hingga 1914 Kain
Mengutip Instagram Parekraf Jakbar, sampai dengan 2023 kemarin, Museum Tekstil memiliki koleksi hingga 1914 kain tradisional.
Kain-kain tersebut terdiri dari berbagai jenis dan bahan seperti tenun, batik, kontemporer dan campuran dari berbagai daerah.
Namun dari ribuan koleksi itu hanya 120 lembar kain yang bisa dipamerkan dan disaksikan keindahannya oleh par penikmat sejarah kain.
Pengunjung Bisa Membatik Langsung
Keunikan lainnya dari Museum Tekstil adalah pengunjung bisa menyaksikan atau ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan kain batik.
Di sana sudah disediakan alat berupa pemanas lilin, lilin cair, kain polos dan canting untuk melukis pola.
Tak perlu khawatir bagi yang berminat, karena pengelola sudah menyiapkan mentor yang akan medampingi pengunjung untuk membuat motif dan melukis kain batik di sana. Pembuatannya juga terdapat pola celup dan tulis.
Tiket Masuk dan Jam Operasional
Untuk tiket masuknya pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp5 ribu per orang, sehingga bisa menambah khazanah seputar kain tradisional tersebut.
Jam operasional dari Museum Tekstil adalah Selasa sampai Minggu mulai pukul 07:00 WIB pagi sampai pukul 16:00 WIB.