Nyedengin Baju Jadi Cara Warga Betawi Sambut Lebaran, Datang ke Tukang Jahit dengan Hati yang Riang
Tradisi ini biasanya ditunggu oleh anak-anak karena mereka akan mendapatkan baju baru untuk lebaran.
Tradisi ini biasanya ditunggu oleh anak-anak, karena mereka akan mendapatkan baju baru untuk lebaran.
Nyedengin Baju Jadi Cara Warga Betawi Sambut Lebaran, Datang ke Tukang Jahit dengan Hati yang Riang
Bagi warga Betawi zaman dulu, 10 malam terakhir bulan Ramadan adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Sebab mereka akan mengajak anak-anak mereka nyedengin baju. Ini merupakan tradisi lawas untuk menyambut hari lebaran.
Nyedengin baju sangat dinanti oleh anak-anak karena mereka akan mendapatkan baju baru. Pada zaman dulu, orang tua lebih senang membuat baju dari kain, sehingga perlu disedengin atau diukur.
-
Apa yang dilakukan masyarakat Betawi saat Iduladha? Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran“. Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara.
-
Apa tradisi unik Bengkulu sambut Lebaran? Masyarakat muslim di Bengkulu punya tradisi unik yang bernama bakar gunung api.
-
Apa makna tradisi Nyambat di Betawi? Namun tradisi Nyambat yang dimiliki warga Betawi bukanlah bentuk ekspresi kekesalan maupun mengeluh, melainkan sebuah aktivitas sosial gotong royong.
-
Bagaimana cara orang Betawi merayakan Iduladha? Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran“. Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara.
-
Apa ciri khas Batik Betawi? Batik Betawi memiliki ciri khas dalam teknik pembuatannya. Meskipun sudah banyak pembatik yang menggunakan cap, para perajin Batik Betawi lebih memilih mempertahankan teknik tulis tradisional.
-
Kenapa Bleduran jadi tradisi Ramadan di Betawi? Konon, bleduran sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi hiburan rakyat yang murah meriah.
Dengan maraknya pusat perbelanjaan, tradisi nyedengin baju kini mulai menghilang.
Orang tua saat ini lebih suka mengajak anak-anaknya berbelanja langsung ke pusat perbelanjaan karena dianggap lebih praktis. Berikut selengkapnya tentang tradisi nyedengin baju.
Nyedengin Baju berarti Mengukur Pakaian
Mengutip situs Seni Budaya Betawi, pengamat budaya Betawi, Yahya Andi Saputra, mengatakan bahwa tradisi Nyedengin baju jadi ciri khas keluarga Betawi di masa silam.
Dalam bahasa Betawi, disedengin berarti diukur tubuh kita. Ini bertujuan agar baju lebaran nantinya cukup dan pas ketika dikenakan.
“Saya ingat, kami yang berumur di bawah 15 tahun dibuatkan baju tangan pendek dan celanan pendek. Sementara abang-abang yang sudah sekolah PGA dan SMEA dibuatkan celana ulur (celana panjang) dan baju tangan panjang,” kata Yahya.
Dilakukan di Tukang Jahit
Tradisi ini biasanya dilakukan di tukang jahit langganan, dengan membawa kain yang akan dijadikan pakaian. Saat dibawa, kain akan diukur dan dijadikan pakaian sesuai permintaan.
Pelanggan bisa meminta dibuatkan kemeja, kaus sampai celana pendek dan panjang sesuai kebutuhan. Anak-anak akan sangat kegirangan, karena mereka akan mendapatkan pakaian baru.
Biasanya, Nyedengin dilakukan di 10 malam terakhir Ramadan. Dengan begitu, bajunya bisa lekas diambil sebelum lebaran.
Diambil Malam Takbiran
Tak jarang, baju-baju tadi rampung mepet di hari lebaran. Bahkan, banyak juga para orang tua Betawi di masa silam mengambilnya saat malam takbiran agar keesokan harinya bisa digunakan.
Setelah jadwal yang ditunggu-tunggu tiba, orang tua akan mengajak anaknya kembali mengambil baju lebaran yang selesai dibuat di tukang jahit langganan.
“Pernah sekali waktu kami diajak ngukur seminggu menjelang lebaran. Hati berdebar karena baju kelar dijahit malam takbiran,” katanya.
Baju yang Dibuat Harus Kedombrangan
Sementara itu, Ketua Kumpulan Orang-Orang Depok (KOOD), Ahmad Dahlan, mengatakan tradisi ini juga dulu ramai di Depok. Biasanya nyedengin baju adalah mengukur baju untuk dipakai saat lebaran oleh anak-anak.
Menurutnya, zaman dulu orang tua akan membuat baju anak-anaknya sedikit kedombrangan. Maksud kedombrangan adalah dibuat sedikit besar agar bisa dipakai hingga tahun-tahun mendatang.
“Dulu orang tua sulit memberikan baju untuk anaknya, sengaja dibelikan lebih besar dari badan si anak," katanya, mengutip depok.go.id.
(Gambar: YouTube Sinau Jahit)