Perbedaan PMS dan PMDD yang Wajib Diketahui, Mulai dari Gejala hingga Pengaruhnya
Meskipun PMS dan PMDD memiliki kesamaan yaitu terjadi sebelum menstruasi, kedua kondisi ini berbeda dalam hal dampaknya terhadap kualitas hidup.
Meski tampak sama, namun perbedaan PMS dan PMDD memiliki penanganan yang berbeda.
Perbedaan PMS dan PMDD yang Wajib Diketahui, Mulai dari Gejala hingga Pengaruhnya
Bagi banyak wanita, siklus menstruasi sering kali disertai dengan berbagai gejala fisik dan emosional yang dikenal sebagai sindrom pramenstruasi (PMS).Namun, ada kondisi lain yang sering disalahartikan sebagai PMS, yaitu gangguan disforik pramenstruasi (PMDD). Meskipun kedua kondisi ini memiliki beberapa gejala yang sama, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara PMS dan PMDD karena dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari bisa sangat berbeda. PMS adalah kondisi yang umum dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif dan biasanya terjadi satu hingga dua minggu sebelum menstruasi.
Di sisi lain, PMDD adalah bentuk yang lebih parah dari PMS dan mempengaruhi sekitar 3-8% wanita usia reproduktif.
Dalam artikel berikut ini, kami akan sampaikan lebih lanjut tentang apa saja perbedaan PMS dan PMDD yang perlu Anda ketahui.
PMS dan PMDD
Apa Itu PMS? PMS merupakan kondisi yang umum terjadi pada wanita usia produktif. Sekitar 48% wanita diketahui pernah mengalami kondisi ini2. Gejala PMS umumnya muncul satu minggu sebelum hari menstruasi dan dapat berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi dimulai.
-
Siapa yang paling berisiko terkena PMS? Studi menunjukkan bahwa hampir 50 persen dari total kasus PMS baru terjadi pada individu berusia 15–24 tahun, dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan sebagai faktor utama penyebaran.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi mood swing saat PMS? Mengatasi mood swing saat PMS memerlukan pendekatan yang holistik, yang melibatkan perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, dan dukungan emosional. Pola makan yang sehat dan seimbang dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan hormon yang pada gilirannya dapat mengurangi gejala PMS.
-
Bagaimana cara mengelola stres untuk mengatasi mood swing saat PMS? Teknik seperti mencatat jurnal, berbicara dengan teman, atau melakukan hobi yang Anda nikmati dapat membantu mengurangi tingkat stres dalam kehidupan Anda. Selain itu, mempraktikkan manajemen waktu yang efektif dan menetapkan batasan yang sehat di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi Anda juga dapat membantu mengurangi stres.
-
Kapan PMS dianggap terlambat? Batas waktu telat haid yang normal bervariasi antara 21 hingga 35 hari, dengan rata-rata siklus haid sekitar 28 hari.
-
Kenapa pola makan penting untuk mengatasi mood swing saat PMS? Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan hormon dalam tubuh. Makanan yang mengandung magnesium, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian, dapat membantu meredakan gejala PMS seperti kram dan perubahan mood.
-
Apa efek kopi terhadap gejala PMS? 'Saya rasa aman untuk menyatakan bahwa tidak ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kafein memengaruhi siklus menstruasi,' ungkap Ward.
Gejala Fisik PMS:
- Nyeri payudara
- Berat badan bertambah
- Sakit kepala
- Tangan atau kaki membengkak
- Nyeri otot
- Kram perut
- Perut kembung
- Muncul jerawat
- Diare atau sembelit
Gejala Perilaku PMS:
- Mudah lupa
- Kelelahan
- Sulit konsentrasi
- Nafsu makan meningkat
Gejala Emosional PMS:
- Mudah marah
- Menangis tanpa penyebab
- Gelisah yang berlebihan
- Insomnia
- Gairah seks meningkat
- Depresi
Faktor Risiko PMS:
- Memiliki riwayat depresi
- Memiliki keluarga dengan PMS
- Mengalami trauma fisik atau emosi
- Merokok
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Menjalani pola makan tinggi garam atau gula
- Jarang berolahraga
- Kurang waktu beristirahat atau tidur malam
Apa Itu PMDD? PMDD adalah gangguan yang terkait dengan fase luteal dari siklus menstruasi. Ini biasanya terjadi pada 1-2 minggu sebelum menstruasi dan gejalanya mereda 2-3 hari setelah menstruasi dimulai.
PMDD memengaruhi sekitar 3-5% wanita selama tahun-tahun reproduktif mereka.
Gejala PMDD serupa dengan PMS tetapi lebih intens dan meliputi:
- Perubahan suasana hati yang cepat, seperti menangis atau sedih secara tiba-tiba
- Mudah tersinggung dan marah
- Putus asa dan tertekan
- Cemas dan tegang yang berlebihan
- Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
- Sulit berkonsentrasi
- Mudah lelah
- Nafsu makan yang berlebihan atau binge eating
- Sakit kepala
- Insomnia
- Kram perut
- Nyeri dan bengkak pada payudara
- Nyeri sendi dan otot
- Kembung
- Berat badan bertambah
Faktor Risiko PMDD:
- Memiliki keluarga dengan riwayat PMDD
- Mengalami trauma pada emosi atau fisik
- Memiliki riwayat depresi atau gangguan mood lainnya
- Memiliki berat badan berlebih
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Merokok
Perbedaan PMS dan PMDD
Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang perbedaan PMS dan PMDD:
Keparahan Gejala:
- PMS: Gejala fisik seperti kembung, sakit kepala, dan nyeri payudara adalah umum, serta gejala emosional seperti iritabilitas dan perubahan suasana hati. Namun, gejala-gejala ini biasanya ringan hingga sedang dan tidak terlalu mengganggu kegiatan sehari-hari.
- PMDD: Gejala PMDD jauh lebih intens dan serius. Selain gejala fisik yang mirip dengan PMS, PMDD menyebabkan perubahan suasana hati yang sangat drastis, yang bisa termasuk depresi parah, kecemasan yang intens, dan perubahan suasana hati yang ekstrem. Ini dapat mengganggu pekerjaan serta hubungan dengan orang lain.
Dampak Emosional:
- PMS: Meskipun bisa menyebabkan perubahan suasana hati, wanita dengan PMS biasanya masih bisa mengelola emosi mereka dan melanjutkan aktivitas normal mereka.
- PMDD: Dampak emosional dari PMDD bisa sangat menghancurkan. Wanita dengan PMDD mungkin merasa sangat sedih atau gugup, mengalami gangguan hubungan sosial dengan anggota keluarga dan teman, serta kesulitan memusatkan perhatian pada pekerjaan maupun pendidikan. Perubahan suasana hati yang ekstrem ini dapat mengganggu pekerjaan dan merusak relasi.
- PMS: PMS cukup umum, dengan diperkirakan sekitar 75% wanita mengalami PMS dalam berbagai derajat. Ini berarti bahwa sebagian besar wanita akan mengalami beberapa bentuk PMS selama masa reproduktif mereka.
- PMDD: PMDD jauh lebih langka, dengan prevalensi hanya sekitar 3-8% dari seluruh populasi wanita. Ini menunjukkan bahwa PMDD adalah kondisi yang jauh lebih serius dan tidak seumum PMS.
- PMS: Meskipun wanita dengan PMS mungkin mengalami gejala yang tidak nyaman, mereka biasanya masih mampu menjalankan aktivitas sehari-hari mereka. Gejala-gejala seperti kembung, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati mungkin terjadi, tetapi tidak sampai mengganggu pekerjaan atau hubungan sosial.
- PMDD: Di sisi lain, PMDD dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari. Gejala emosional yang ekstrem seperti depresi parah, kecemasan, dan perubahan suasana hati yang drastis dapat mengganggu pekerjaan, sekolah, dan aktivitas sosial. Wanita dengan PMDD sering kali merasa tidak mampu melakukan tugas-tugas sehari-hari selama fase luteal dari siklus menstruasi mereka.
- PMS: Penanganan PMS biasanya melibatkan perubahan gaya hidup, seperti berolahraga, perubahan pola makan, tidur yang cukup, dan mengelola stres. Beberapa wanita mungkin perlu mengonsumsi obat bebas atau obat yang diresepkan oleh dokter untuk mengelola gejala.
- PMDD: Penanganan PMDD sering kali memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif. Ini mungkin termasuk penggunaan antidepresan, terutama Penghambat Reuptake Serotonin Selektif (SSRI), untuk mengurangi gejala emosional. Pil KB juga dapat digunakan untuk mempertahankan keseimbangan hormon dalam darah. Selain itu, suplemen nutrisi dan perubahan pola makan serta gaya hidup juga dapat membantu. Dalam beberapa kasus, terapi perilaku kognitif (CBT) juga bermanfaat bagi wanita dengan PMDD.