Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peristiwa 26 April 1959: Wafatnya Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara

Peristiwa 26 April 1959: Wafatnya Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara Potret Lawas Ki Hadjar Dewantara Bareng Keluarga, Diambil di Tanah Minang. Twitter/©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia terutama di dalam dunia pendidikan. Ia dikenal sebagai tokoh yang mempunyai semangat pejuang yang tidak kenal kata menyerah, sebagai seorang pemimpin yang dapat menuntun anak buahnya, sebagai seorang yang kritis terhadap dunia pendidikan, yang telah menghasilkan berbagai gagasan yang meliputi masalah politik dan budaya, sehingga beliau dikenal sebagai seorang pejuang, pendidik sejati, dan sekaligus menjadi budayawan Indonesia.

Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, dikenal sebagai penggagas dan pemerhati utama pendidikan karakter Indonesia pertama. Terkenal dengan tiga semboyan fenomenal dalam dunia pendidikan yakni: “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” yang mempunyai arti ketika berada di depan harus mampu menjadi teladan (contoh baik), ketika berada di tengah-tengah harus mampu membangun semangat, serta ketika berada di belakang harus mampu mendorong orang-orang dan atau pihak-pihak yang dipimpinnya.

Hari ini tepat 63 tahun beliau pergi dari hadapan bangsa Indonesia yang mencintainya. Beliau wafat pada 26 April 1959 pada usia 69 tahun.

Berikut lebih jauh informasi lengkap mengenai wafatnya bapak pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara telah dirangkum merdeka.com melalui kemendikbud.go.id pada Senin, (25/04/2022).

Masa Kecil Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Beliau adalah putra kelima dari Soeryaningrat putra dari Paku Alam III. Pada waktu dilahirkan, ia diberi nama Soewardi Soeryaningrat, karena beliau masih keturunan bangsawan maka mendapat gelar Raden Mas (RM) yang kemudian nama lengkapnya menjadi Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.

Ki Hadjar Dewantara mengganti nama itu ketika beliau berusia 39 tahun. Alasan beliau mengganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara adalah karena keinginan beliau untuk lebih merakyat atau lebih dekat dengan rakyat. Dengan mengganti nama tersebut, akhirnya Ki Hadjar Dewantara dapat leluasa bergaul dengan rakyat kebanyakan. Sehingga dengan demikian perjuangannya menjadi lebih mudah diterima oleh rakyat pada masa itu.

Ki Hadjar Dewantara (Soewardi Soerjaningrat) kecil mendapat pendidikan formal pertama kali pada tahun 1896, akan tetapi ia kurang senang karena teman sepermainannya tidak dapat bersekolah bersama karena hanya seorang anak dari rakyat biasa. Hal ini yang kemudian mengilhami dan memberikan kesan yang sangat mendalam di dalam hati nuraninya, dalam melakukan perjuangannya baik dalam dunia politik sampai degan pendidikan.

Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga menentang kolonialisme dan feodalisme yang menurutnya sangat bertentangan dengan rasa kemanusiaan, kemerdekaan dan tidak memajukan hidup dan penghidupan manusia secara adil dan merata.

Menikah dengan R.A SoetartinahPada 4 November 1907 dilangsungkan “Nikah Gantung” antara R.M. Soewardi Soeryaningrat dengan R.A. Soetartinah. Keduanya merupakan cucu dari Sri Paku Alam III. Pada akhir Agustus 1913 beberapa hari sebelum berangkat ke tempat pengasingan di negeri Belanda. Pernikahannya diresmikan secara adat dan sederhana di Puri Soeryaningratan Yogyakarta.

Jadi Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara adalah sama-sama cucu dari Paku Alam III atau satu garis keturunan.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan

Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Tinggi Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Di mana menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah alat mobilisasi politik dan sekaligus sebagai penyejahtera umat. Dari pendidikan akan dihasilkan anak bangsa yang akan memimpin rakayat dan mengajaknya memperoleh pendidikan yang merata, pendidikan yang bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia.

Gagasan mendirikan sekolah atau pendidikan pada saat itu berasal dari sarasehan (diskusi) tiap hari Selasa-Kliwon. Di mana peserta diskusi sangat prihatin terhadap keadaan pendidikan kolonial. Sistem pendidikan kolonial yang materialistik, individualistik dan intelektualistik diperlukan lawan tanding yaitu pendidikan yang humanis dan populis yang memayu hayuning bawana ( memelihara kedamaian dunia).

Dalam merealisasikan cita-citanya, Ki Hadjar Dewantara mengubah metode pengajaran kolonial dengan metode yang lebih cocok dengan bangsa Indonesia, yakni dari metode "perintah dan sanksi (hukuman)" menjadi pendidikan pamong.

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan yang mengena kepada bangsa Timur adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Tiga hal inilah dasar jiwa Ki Hadjar Dewantara untuk mendidik bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan. Pengalaman yang diperoleh dalam mendalami pendidikan yang humanis ini dengan menggabungkan model sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India). Menurut Ki Hadjar Dewantara dua sistem pendidikan yang dilakukan dua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan bangsa Indonesia kala itu.

Wafatnya Ki Hadjar DewantaraKi Hadjar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 Apri 1959, di rumahnya Mujamuju Yogyakarta. Dan pada tanggal 29 April, jenazah Ki Hadjar Dewantara dipindahkan ke pendopo Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa, kemudian diserahkan kepada Majelis Luhur Taman Siswa.

(mdk/nof)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei Lengkap Beserta Tujuan dan Maknanya
Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei Lengkap Beserta Tujuan dan Maknanya

Ada sejarah penting di balik tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya
Potret Detik-Detik Bapak Pendidikan Nasional Wafat, Sempat Dijenguk Sosok Penguasa Indonesia
Potret Detik-Detik Bapak Pendidikan Nasional Wafat, Sempat Dijenguk Sosok Penguasa Indonesia

Berikut potret Bapak Pendidikan Nasional saat dikunjungi oleh sosok penguasa Indonesia sebelum wafat.

Baca Selengkapnya
Putu Supadma Usul Konsep Ki Hajar Dewantara Diterapkan di Sistem Pendidikan Indonesia, Ini Alasannya
Putu Supadma Usul Konsep Ki Hajar Dewantara Diterapkan di Sistem Pendidikan Indonesia, Ini Alasannya

Wakil Ketua BKSAP DPR 2019-2024 Putu Supadma Rudana mengatakan pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia harus dikaji saat ini.

Baca Selengkapnya
25 Kata-kata Pahlawan Nasional tentang Pendidikan, Penuh Makna Mendalam
25 Kata-kata Pahlawan Nasional tentang Pendidikan, Penuh Makna Mendalam

Kata-kata pahlawan nasional tentang pendidikan bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya
50 Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional, Penuh Pesan Inspiratif
50 Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional, Penuh Pesan Inspiratif

Hari Pendidikan Nasional, yang diperingati setiap tanggal 2 Mei adalah momen untuk membangkitkan semangat belajar dan mengajar yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya
Pesan Mendikbud Nadiem di Hardiknas 2024: Merdeka Belajar Lanjutkan
Pesan Mendikbud Nadiem di Hardiknas 2024: Merdeka Belajar Lanjutkan

Menurut Nadiem, manfaat program Merdeka Belajar tersebut dirasakan guru, pelajar, maupun mahasiswa.

Baca Selengkapnya
Jadi Konsep Pendidikan Saat Ini, Begini Makna
Jadi Konsep Pendidikan Saat Ini, Begini Makna "Merdeka Belajar" Menurut Ki Hajar Dewantara

Konsep Merdeka Belajar ini diharapkan dapat memperbaiki proses belajar mengajar agar dapat berdampak baik dalam aspek kehidupan

Baca Selengkapnya
Anggota DPR Putu Supadma: Sistem Pendidikan Indonesia Harus Merujuk pada Ajaran Ki Hajar Dewantara
Anggota DPR Putu Supadma: Sistem Pendidikan Indonesia Harus Merujuk pada Ajaran Ki Hajar Dewantara

Putu Supadma Rudana menilai sistem pendidikan Indonesia saat ini perlu merujuk kembali ke ajaran Ki Hajar Dewantara.

Baca Selengkapnya
30 Kata-kata 17 Agustus dari Tokoh Nasional, Penuh Makna dan Kobarkan Semangat Kemerdekaan
30 Kata-kata 17 Agustus dari Tokoh Nasional, Penuh Makna dan Kobarkan Semangat Kemerdekaan

Banyak kata-kata inspiratif dari tokoh nasional yang bisa memupuk rasa nasionalisme.

Baca Selengkapnya
11 September: Wafatnya Dewi Sartika Sosok Pelopor Pendidikan Perempuan di Indonesia, Ini Perjuangan dan Pemikirannya
11 September: Wafatnya Dewi Sartika Sosok Pelopor Pendidikan Perempuan di Indonesia, Ini Perjuangan dan Pemikirannya

Dewi Sartika, sosok emansipasi yang memiliki perjuangan hebat untuk kesetaraan perempuan.

Baca Selengkapnya
Hari Guru Nasional 25 November, Begini Sejarah Lengkapnya Beserta Makna dan Tema Tahun 2023
Hari Guru Nasional 25 November, Begini Sejarah Lengkapnya Beserta Makna dan Tema Tahun 2023

Peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2023 menjadi momen paling dinantikan oleh semua insan pendidikan.

Baca Selengkapnya
Sosok Mohammad Sjafei, Tokoh Pejuang Pergerakan dan Pendidikan Indonesia Pendiri INS Kayutanam
Sosok Mohammad Sjafei, Tokoh Pejuang Pergerakan dan Pendidikan Indonesia Pendiri INS Kayutanam

Pencetus berdirinya lembaga pendidikan menengah swasta bercorak khusus di Padang Pariaman ini juga berkontribusi cukup besar terhadap Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya