Peristiwa 29 Januari 1943: Meletusnya Pertempuran Pulau Rennell antara Amerika dan Jepang
Pertempuran Pulau Rennell terjadi dalam konteks kampanye Guadalkanal, yang merupakan salah satu pertempuran sengit dan penting dalam Perang Pasifik.
Pertempuran ini berhasil membuat Jepang terpaksa mundur.
Peristiwa 29 Januari 1943: Meletusnya Pertempuran Pulau Rennell antara Amerika dan Jepang
Pada akhir Januari 1943, Perang Dunia II memasuki fase kritis di Pasifik Selatan. Sekutu dan Jepang saling bertempur sengit untuk menguasai Guadalkanal, sebuah pulau yang memiliki lapangan terbang strategis di Kepulauan Solomon.
Setelah enam bulan pertempuran darat, laut, dan udara yang berdarah, Jepang memutuskan untuk mengevakuasi sisa tentaranya dari pulau tersebut dengan menggunakan operasi rahasia. Namun, rencana mereka terancam oleh kehadiran armada kapal induk Amerika Serikat yang berusaha melindungi konvoi kapal angkut Sekutu yang membawa pasukan pengganti ke Guadalkanal.
-
Peristiwa apa yang terjadi di Pearl Harbor pada 7 Desember? Hari ini memperingati serangan mendadak yang dilancarkan oleh Jepang terhadap pangkalan Armada Pasifik Amerika di Hawaii pada tahun 1941.
-
Apa yang terjadi di Pertempuran Okinawa? Pertempuran Okinawa merupakan salah satu pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam Perang Dunia II.
-
Kapan pertempuran Okinawa dimulai? Dimulai pada tanggal 1 April 1945, pertempuran ini melibatkan pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pasukan Kekaisaran Jepang.
-
Dimana pertempuran Okinawa terjadi? Okinawa, sebuah pulau strategis di Jepang Selatan, menjadi lokasi pertempuran ini.
-
Kenapa Pertempuran Okinawa penting? Berakhirnya pertempuran Okinawa memiliki dampak signifikan terhadap jalannya Perang Dunia II.
-
Di mana Pertempuran Okinawa terjadi? Pertempuran Okinawa berlangsung selama hampir tiga bulan, dari April hingga Juni 1945, di Pulau Okinawa, Jepang.
Operasi Rahasia Jepang
Pertempuran Pulau Rennell terjadi dalam konteks kampanye Guadalkanal, yang merupakan salah satu pertempuran sengit dan penting dalam Perang Pasifik Perang Dunia II.
Kampanye ini dimulai ketika Sekutu (terutama Amerika Serikat) mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida pada 7 Agustus 1942, dengan tujuan untuk mencegah Jepang menggunakan pulau-pulau tersebut sebagai pangkalan militer yang mengancam jalur perbekalan antara Amerika Serikat dan Australia, serta untuk mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul.
Selama enam bulan berikutnya, kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran darat, laut, dan udara yang berdarah untuk menguasai Guadalkanal, yang memiliki lapangan terbang strategis yang disebut Henderson Field.
Jepang berusaha keras untuk merebut kembali pulau tersebut dengan mengirim pasukan, kapal, dan pesawat, tetapi mengalami kerugian besar akibat perlawanan sengit dari Sekutu.
Pertempuran laut besar yang terakhir dalam kampanye ini adalah Pertempuran Laut Guadalkanal pada November 1942, yang mengakhiri upaya Jepang untuk mengusir Sekutu dari pulau tersebut dengan kekuatan laut.
Namun, Jepang masih terus mengirim pasukan dan perbekalan ke Guadalkanal dengan menggunakan kapal-kapal perusak atau kapal selam pada malam hari, yang disebut oleh Sekutu sebagai “Tokyo Express”. Sekutu juga terus mengirim pasukan pengganti dan perbekalan ke pulau tersebut dengan menggunakan konvoi kapal angkut yang dilindungi oleh kapal-kapal perang.
Pada Januari 1943, Jepang menyadari bahwa mereka tidak dapat mempertahankan Guadalkanal lagi, dan memutuskan untuk mengevakuasi sisa tentaranya dari pulau tersebut dengan menggunakan operasi rahasia.
Penyerangan Kapal
Untuk melindungi operasi evakuasi tersebut, Jepang memerintahkan pesawat-pesawat pengebom torpedo yang berbasis di darat untuk menyerang kapal-kapal perang Sekutu yang beroperasi di sekitar Guadalkanal. Salah satu satuan tugas kapal perang Sekutu yang menjadi sasaran serangan udara Jepang adalah Task Force 18 (TF 18), yang dipimpin oleh Laksamana Muda Robert C. Giffen. TF 18 terdiri dari satu kapal induk pesawat terbang (USS Enterprise), dua kapal induk kawal (USS Suwannee dan USS Chenango), enam kapal penjelajah (USS Wichita, USS Chicago, USS Louisville, USS Portland, USS Columbia, dan USS Montpelier), dan delapan kapal perusak.
Tugas utama TF 18 adalah melindungi konvoi kapal angkut yang membawa pasukan pengganti ke Guadalkanal, serta mendekati Guadalkanal untuk menyerang kapal-kapal Jepang yang mungkin datang.
merdeka.com
Pada 29 Januari 1943, TF 18 bergerak ke selatan Guadalkanal, sementara konvoi kapal angkut bergerak ke utara. Pada pukul 15.54, radar mendeteksi kedatangan kawanan pesawat pengebom Jepang, dan meluncurkan 10 pesawat tempur tambahan untuk menyerang formasi pesawat Jepang.
Pesawat-pesawat Jepang terdiri dari 43 pesawat pengebom torpedo G4M “Betty” yang dikawal oleh 12 pesawat tempur A6M “Zero”. Pesawat-pesawat Jepang berasal dari pangkalan udara di Rabaul dan Bougainville, dan dipimpin oleh Laksamana Muda Rinosuke Ichimaru dan Laksamana Muda Seigō Yamagata.
Pertempuran udara yang sengit terjadi antara pesawat-pesawat Sekutu dan Jepang. Pesawat-pesawat Sekutu berhasil menembak jatuh 12 pesawat pengebom Jepang, tetapi juga kehilangan 6 pesawat tempur. Sementara itu, pesawat-pesawat pengebom Jepang yang tersisa berhasil melepaskan torpedo mereka ke arah kapal-kapal Sekutu.
Salah satu torpedo mengenai kapal penjelajah berat USS Chicago di bagian buritan, menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa. Kapal perusak USS La Vallette yang berusaha menarik USS Chicago juga terkena torpedo dan mengalami kerusakan berat.
Kapal-kapal lainnya dalam TF 18 berhasil menghindari torpedo-torpedo Jepang dengan manuver yang cekatan.
Kekalahan Jepang
Setelah serangan pertama, TF 18 mundur ke barat untuk menjauh dari Guadalkanal, sambil mencoba memperbaiki kerusakan pada USS Chicago dan USS La Vallette.
Namun, pada malam hari, pesawat-pesawat pengebom Jepang kembali menyerang TF 18 dengan menggunakan bantuan radar dan lampu sorot.
Serangan kedua ini lebih berhasil daripada serangan pertama, karena pesawat-pesawat Sekutu tidak dapat lepas landas dari kapal induk disebabkan kondisi gelap dan cuaca buruk. Pesawat-pesawat Jepang melepaskan torpedo-torpedo mereka dengan akurat, dan mengenai USS Chicago dua kali lagi, membuatnya tidak dapat bergerak dan terancam tenggelam.
Kapal-kapal Sekutu lainnya mencoba melindungi USS Chicago dari serangan lanjutan, tetapi akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya setelah mengevakuasi awaknya. USS Chicago kemudian tenggelam pada pagi hari tanggal 30 Januari 1943.
Akibat pertempuran ini, Sekutu kehilangan satu kapal penjelajah berat, satu kapal perusak rusak berat, dan 85 orang tewas. Jepang kehilangan 12 pesawat pengebom dan 60-84 orang tewas. Pertempuran ini merupakan kemenangan taktis bagi Jepang, karena mereka berhasil mengusir TF 18 dari kawasan selatan Kepulauan Solomon, dan melindungi operasi evakuasi mereka dari Guadalkanal.
Namun, pertempuran ini tidak mengubah hasil akhir kampanye Guadalkanal, yang tetap menjadi kemenangan strategis bagi Sekutu.