Update Kondisi Pasien Covid Varian Arcturus di Jakarta, Alami Pneumonia
Merdeka.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengimbau kepada seluruh masyarakat yang memiliki gejala COVID-19 varian arcturus, mulai dari batuk hingga muntah untuk memeriksa ke puskesmas kecamatan terdekat.
"Masyarakat yang memiliki gejala COVID-19 seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat dan sulit mencium bau, demam, mual dan muntah, disarankan memeriksakan ke puskesmas kecamatan terdekat di DKI Jakarta," kata Kasie Surveilans Imunisasi Dinkes DKI Ngabila Salama melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat (14/4).
Adapun layanan PCR di puskesmas DKI Jakarta ini disediakan gratis pada jam kerja untuk orang yang memiliki gejala COVID-19 atau pun kontak erat kasus positif COVID-19.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Apa saja gejala flu? Gejala umum seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh biasanya muncul secara tiba-tiba, mencapai puncaknya dalam 2 hingga 4 hari pertama, dan kemudian secara perlahan mereda.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Siapa saja yang bisa terkena batuk rejan? Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, mulai lansia bahkan anak-anak khususnya bayi.
"Ini untuk warga KTP/domisili DKI Jakarta atau yang beraktivitas rutin di Jakarta baik sekolah/bekerja. Silakan datang ke puskesmas terdekat," ujar Ngabila.
Untuk layanan antigen dapat diperoleh gratis 24 jam di puskesmas kecamatan DKI Jakarta.
Ngabila juga memastikan bahwa Dinkes DKI Jakarta akan terus memperkuat genome sequencing untuk semua kasus positif yang ditemukan di Jakarta dari laboratorium kesehatan Masyarakat (labkesmas) dan swasta.
"Apapun variannya, setiap pihak diharapkan tetap bekerja sama untuk perkuat imunitas dengan pola hidup sehat dan imunisasi. Cegah sakit tetap lebih baik dengan disiplin bermasker terutama jika sedang sakit atau berdekatan dengan orang sakit. Sebab kasus meningkat yang ditemukan di puskesmas (komunitas), level penularan utama berada di keluarga,” ucap Ngabila.
Lebih lanjut, Ngabila juga menyampaikan bahwa dari hasil pemeriksaan kesehatan pada pasien kedua yang terkena varian XBB.1.16 atau Arcturus itu mengalami pneumonia.
"Pasien kedua arcturus di Jakarta alami batuk kencang dan radang paru (pneumonia)," ujar Ngabila.
Dari data di India, varian Arcturus yang masih merupakan turunan omicron itu disebutkan memiliki gejala baru yang berbeda dari varian lainnya yaitu mata merah dan peningkatan kotoran pada mata.
"Saat ini kedua pasien acturus di Jakarta keduanya tidak mengalami mata merah. Tapi ada beberapa pasien COVID-19 perawatan di RS yang mengalami gejala mata merah. Sedang kami proses pemeriksaan genome sequencing," jelas Ngabila.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaDilihat dari situs IQAir, indeks kualitas udara DKI Jakarta 153 AQI US.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 bisa meluas jika masyarakat tidak mengindahkan pola hidup sehat dan menjaga jarak
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaMengenal pneumonia pada anak, termasuk penyebab, gejala, dan cara penanganannya.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPolusi Udara Jakarta berada pada fase terburuk dan memicu berbagai penyakit
Baca SelengkapnyaAdapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Baca SelengkapnyaPenyakit ini sudah merebak di Beijing dan Liaoning utara, China.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca Selengkapnya