Anak Guru Ngaji Bantul Ini Raih Gelar Doktor di UGM dengan IPK Sempurna 4,00, Begini Kisahnya
Ngainul menjalani kuliah di dua kampus yang berbeda. Nyatanya dia tak kesulitan untuk menyelesaikan studinya
Ngainul menjalani kuliah di dua kampus yang berbeda. Nyatanya dia tak kesulitan untuk menyelesaikan studinya
Anak Guru Ngaji Bantul Ini Raih Gelar Doktor di UGM dengan IPK Sempurna 4,00, Begini Kisahnya
Pada Rabu (24/1), sebanyak 836 Mahasiswa Program Pascasarjana UGM menjalani wisuda di Grha Sabha Pramana.
Salah satu dari mereka ada nama Mukhamad Ngainul Malawani (31). Pria yang akrab disapa Ngainul itu berhasil meraih IPK tertinggi yaitu 4,00 sekaligus berpredikat pujian.
-
Bagaimana Nurul Indarti bisa jadi Guru Besar? Atas berbagai gelar yang ia terima, Nurul mengaku dia banyak dimudahkan dalam setiap proses yang ia jalani hingga sampai di titik ini.'Terutama karena keluarga saya sangat mendukung. Infrastruktur sosial kekeluargaan saya ini bagus banget untuk mensupport saya berkarier,' kata Nurul dikutip dari Ugm.ac.id.
-
Apa capaian Nurul Indarti di UGM? Nurul Indarti resmi ditetapkan menjadi Guru Besar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (27/8). Ia resmi menjadi Guru Besar perempuan pertama dari prodi Manajemen dan menjadi satu-satunya Guru Besar aktif dari kalangan perempuan yang ada di FEB UGM.
-
Apa rahasia Nurul dalam meraih IPK 4.00? Dalam kesempatannya bertemu awak media, Nurul membagikan tips bagaimana ia bisa lulus jenjang S-2 dengan IPK sempurna. Lalu apa rahasianya? Nurul mengatakan, selama menempuh perkuliahan, Nurul dituntut untuk bisa mengatur waktu dengan baik karena dia juga bekerja sebagai asisten praktikum di kampusnya.
-
Gimana cara Mahfud mau naikin honor guru ngaji? 'Cuma kita hitung tahapannya, kriteria guru ngaji tuh apa, berapa jam mereka meninggalkan rumah, jangan karena Indonesia ini jika ada kesempatan itu semua (mengaku),' ujar Mahfud.
-
Kenapa Nurul Indarti merasa lega jadi Guru Besar? 'Bersyukur, saya merasa lega karena ini adalah kewajiban yang tertunda sejak November 2020. Ini adalah pertanggungjawaban publik saya atas apa yang saya terima sebagai Guru Besar,' ujar Nurul dikutip dari Ugm.ac.id.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada? Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497 Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
Tak hanya itu, ia juga menjadi wisudawan dengan predikat lulusan tercepat karena berhasil meraih gelar doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari.
Padahal masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan.
Lantas apa rahasia Ngainul menyelesaikan program studinya dengan cepat?
Tak hanya menjalani studi di UGM, Ngainul juga menyelesaikan studi di University Of Paris 1 Pantheon-Sorbonne.
Ngainul lulus program S1 Geografi Lingkungan UGM pada tahun 2014. Ia kemudian melanjutkan studi pendidikan S2 Magister Geografi UGM dan lulus pada tahun 2017.
Kemudian karena diterima sebagai tenaga pendidik UGM, ia melanjutkan studi di Perancis pada November 2019.
“Di sana saya mengambil program join supervision, agar dapat dibimbing oleh supervisor dari Prancis dan Indonesia,” kata Ngainul.
Saat menjalani program S3, ia menjalani kuliah di dua kampus yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ngainul mengaku sempat kesulitan saat perkuliahan di awal. Namun berkat bimbingan dari dua mentornya, ia bisa menyelesaikan program S3 tepat waktu.
“Berkat supervise Prof. Franck Lavigne dan Dr. Danang Sri Hadmoko, riset saya cepat selesai. Selain dukungan akademis, para supervise juga memberikan dukungan finansial riset karena penelitian dilakukan di Lombok,” lanjut Ngainul dikutip dari Ugm.ac.id.
Mukhamad Ngainul Malawi besar di Palbapang, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ayah dan ibunya merupakan guru ngaji di kampungnya. Keluarganya juga merupakan seorang peternak dan petani.
“Kedua orang tua saya guru ngaji di kampung. Ada surau kecil di samping rumah. Banyak anak-anak mengajar di tempat kami ketika sore dan malam hari,” kata Ngainul.
Didikan kedua orang tua yang kuat dalam hal agama dan terbiasa hidup sederhana membuat Ngainul selalu termotivasi untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu ia juga mengaku keluarga kecilnya selalu memberi dukungan padanya meskipun istri dan anaknya tidak bisa mendampingi dirinya saat studi di Perancis.
“Saya berkeluarga sejak tahun 2017. Anak pertama lahir pada tahun 2019, sebulan sebelum saya berangkat ke Perancis. Keluarga saya tidak ikut selama saya studi, kecuali saat ujian pendadaran saja mereka hadir ke Perancis,”
Kata Ngainul tentang kehidupan keluarganya., dikutip dari Ugm.ac.id