Anak Guru Ngaji Bantul Ini Raih Gelar Doktor di UGM dengan IPK Sempurna 4,00, Begini Kisahnya
Ngainul menjalani kuliah di dua kampus yang berbeda. Nyatanya dia tak kesulitan untuk menyelesaikan studinya

Ngainul menjalani kuliah di dua kampus yang berbeda. Nyatanya dia tak kesulitan untuk menyelesaikan studinya

Anak Guru Ngaji Bantul Ini Raih Gelar Doktor di UGM dengan IPK Sempurna 4,00, Begini Kisahnya
Pada Rabu (24/1), sebanyak 836 Mahasiswa Program Pascasarjana UGM menjalani wisuda di Grha Sabha Pramana.
Salah satu dari mereka ada nama Mukhamad Ngainul Malawani (31). Pria yang akrab disapa Ngainul itu berhasil meraih IPK tertinggi yaitu 4,00 sekaligus berpredikat pujian.
Tak hanya itu, ia juga menjadi wisudawan dengan predikat lulusan tercepat karena berhasil meraih gelar doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari.
Padahal masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan.
Lantas apa rahasia Ngainul menyelesaikan program studinya dengan cepat?

Tak hanya menjalani studi di UGM, Ngainul juga menyelesaikan studi di University Of Paris 1 Pantheon-Sorbonne.
Ngainul lulus program S1 Geografi Lingkungan UGM pada tahun 2014. Ia kemudian melanjutkan studi pendidikan S2 Magister Geografi UGM dan lulus pada tahun 2017.
Kemudian karena diterima sebagai tenaga pendidik UGM, ia melanjutkan studi di Perancis pada November 2019.
“Di sana saya mengambil program join supervision, agar dapat dibimbing oleh supervisor dari Prancis dan Indonesia,” kata Ngainul.
Saat menjalani program S3, ia menjalani kuliah di dua kampus yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ngainul mengaku sempat kesulitan saat perkuliahan di awal. Namun berkat bimbingan dari dua mentornya, ia bisa menyelesaikan program S3 tepat waktu.
“Berkat supervise Prof. Franck Lavigne dan Dr. Danang Sri Hadmoko, riset saya cepat selesai. Selain dukungan akademis, para supervise juga memberikan dukungan finansial riset karena penelitian dilakukan di Lombok,” lanjut Ngainul dikutip dari Ugm.ac.id.
Mukhamad Ngainul Malawi besar di Palbapang, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ayah dan ibunya merupakan guru ngaji di kampungnya. Keluarganya juga merupakan seorang peternak dan petani.
“Kedua orang tua saya guru ngaji di kampung. Ada surau kecil di samping rumah. Banyak anak-anak mengajar di tempat kami ketika sore dan malam hari,” kata Ngainul.
Didikan kedua orang tua yang kuat dalam hal agama dan terbiasa hidup sederhana membuat Ngainul selalu termotivasi untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu ia juga mengaku keluarga kecilnya selalu memberi dukungan padanya meskipun istri dan anaknya tidak bisa mendampingi dirinya saat studi di Perancis.
“Saya berkeluarga sejak tahun 2017. Anak pertama lahir pada tahun 2019, sebulan sebelum saya berangkat ke Perancis. Keluarga saya tidak ikut selama saya studi, kecuali saat ujian pendadaran saja mereka hadir ke Perancis,”
Kata Ngainul tentang kehidupan keluarganya., dikutip dari Ugm.ac.id