Ciptakan Ekosistem Usaha, Ini Peran BRI dalam Mengembangkan Kawasan Wisata “Nepal Van Java”
BRI punya misi khusus untuk menciptakan ekosistem usaha di Dusun Butuh. Harapannya usaha para warga terus berkembang dan mereka bisa mengakses plafon kredit yan
BRI punya misi khusus untuk menciptakan ekosistem usaha di Dusun Butuh. Harapannya usaha para warga terus berkembang dan mereka bisa mengakses plafon kredit yang lebih besar
Ciptakan Ekosistem Usaha, Ini Peran BRI dalam Mengembangkan Kawasan Wisata “Nepal Van Java”
Dusun Butuh merupakan sebuah wilayah dusun yang berada di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Dusun ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1.987 orang yang tersebar ke dalam 637 kepala keluarga. Hampir semua warga Dusun Butuh berprofesi sebagai petani.
“Walaupun anak mereka ada yang jadi guru, PNS, buruh, ataupun pembantu rumah tangga, tapi mereka punya lahan semua. Anggap saja 99 persen penduduk dusun ini berprofesi sebagai petani,” kata Kepala Dusun Butuh, Lilik Setyawan.
-
Apa itu Desa BRILian? Keberhasilan dan inovasi Desa Trawas membuat wilayah ini meraih penghargaan Desa BRILian dari BRI.
-
Apa itu Desa BRIlian? Desa BRIlian merupakan program yang diadakan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
-
Kenapa BRI punya program Desa BRILian? Adapun Desa BRILian merupakan program pemberdayaan desa BRI yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa.
-
Gimana BRI bantu Desa Tunjungan buat Kampung Durian? “Dari bantuan CSR tersebut, kami kembangkan Kampung Durian. Kami kelola kebun warga dan kami jadikan tempat wisata. UMKM lokal jalan semua karena menjadi pelengkap kuliner durian,“ jelas Andi.
-
Apa yang diangkat Desa BRILian di Tunjungan? Desa BRILian angkat prospek kuliner buah durian Desa BRILian Desa BRILian yang mengangkat prospek kuliner komoditas hortikultura yakni buah durian di Desa Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
-
Bagaimana BRI membantu Desa Bansari untuk maju? Selama satu tahun BRI memberikan pendampingan untuk mengembangkan desa ke taraf yang lebih maju. Selama pendampingan itu, BRI menggandeng berbagai instansi seperti beberapa perguruan tinggi serta kementerian lain. 'Di sini kami bekerja sama dengan berbagai instansi seperti Kementerian Pertanian, Kominfo, BNPT, serta perguruan tinggi seperti Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Tidar Magelang, dan Universitas Negeri Semarang. Dan saat ini kerja sama itu masih berjalan,' kata Herlan.
Dusun Butuh terkenal dengan julukan “Nepal Van Java” karena pemandangan dusun ini yang sekilas mirip sebuah perkampungan penduduk pada lereng gunung di negeri Nepal.
Sebutal ini viral pada pertengahan tahun 2020. Sejak saat itulah banyak instansi yang ingin ikut berperan dalam mengembangkan Dusun Butuh sebagai kawasan wisata.
Salah satu instansi yang turut mengembangkan kawasan wisata itu adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Lilik mengatakan, pada awalnya pihak dusun tidak mengajukan sama sekali anggaran ke BRI.
Pada suatu hari, Kepala Unit BRI Kaliangkrik menemuinya dan memberinya dana sebesar Rp25 juta sembari menawarkan “branding” BRI di desa tersebut.
“Uang ini saya gunakan untuk membuat tulisan “Wisata Brilian” di bawah itu. lalu saya juga gunakan untuk plang penunjuk ke sini, serta plang pada tiap-tiap homestay dan warung,” kata Lilik.
Bantuan dari BRI terus mengalir. Berikutnya mereka dapat bantuan donasi dari acara bakti sosial para karyawan BRI yang diserahkan langsung oleh Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari. Saat itu, Dusun Butuh mendapat bantuan donasi sebesar Rp40 juta yang anggarannya kemudian digunakan untuk melakukan rehab musala.
Dusun Butuh seakan menjadi anak emas BRI. Setelah pemberian bantuan tersebut, Dusun Butuh diajukan Kantor Wilayah BRI Regional Yogyakarta untuk ikut lomba Desa Brilian. Dusun Butuh berhasil masuk lima besar.
“Waktu itu dikabari lolos saat saya ada acara di Borobudur. Syaratnya dalam dua hari kami harus buat proposal. Saya buat proposal itu bersama keponakan saya yang jadi sekretaris dusun. Beberapa anggaran yang diajukan antara lain rehab gedung, pembangunan jembatan kaca, parkiran mobil, rehab toilet, dan ada juga pembangunan vertikan garden,”
kata Lilik terkait rencana alokasi anggaran yang ia ajukan untuk membangun desanya.
Melalui program Coorporate Social Responsibility, BRI memberikan bantuan senilai Rp1,5 miliar. Bantuan itu diberikan ke dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp1 milar, dan tahap kedua sebesar Rp500 juta.
Setelah bantuan tahap pertama diterima, uang itu digunakan untuk merehab beberapa fasilitas umum seperti toilet musala, toilet masjid, dan pembuatan jalan berbentuk tangga cor.
Untuk bantuan tahap kedua, rencananya Lilik ingin mengajukan proposal untuk pengadaan ambulans. Menurutnya, kawasan Dusun Butuh serta jalan ke tempat wisata itu rawan kecelakaan karena tingkat kemiringan jalan yang curam. Sudah berkali-kali pengendara motor mengalami rem blong saat melewati jalan itu.
“Di sini yang namanya rem blong itu setiap tahun pasti ada. Bahkan orang jalan saja di sini bisa jatuh terus keseleo. Selama ini kita mengandalkan ambulans dari desa. Sedangkan lokasi balai desa jaraknya sampai 6 km di bawah sana,” ujar Lilik.
Pembentukan Ekosistem Usaha
Saat ditemui terpisah, CEO Regional BRI Yogyakata, John Sarjono, menjelaskan bahwa di Dusun Butuh, pihaknya ingin membangun sebuah kawasan ekosistem.
“Kalau di sana jalurnya bukan Desa BRILian, namun melakukan pengembangan terhadap usaha kecil berbasis ekosistem,” kata John Sarjono saat ditemui di kantornya pada Selasa (23/4).
Ia menjelaskan, tahap pertama dalam membangun ekosistem itu adalah dengan membangun infrastruktur seperti membenahan berbagai fasilitas wisata di desa itu.
Selain itu, para warga juga diajarkan bertansaksi dengan lebih mudah menggunakan QRIS, mengurus asuransi, serta mengelola keuangan terutama yang ada kaitannya dengan pinjaman modal.
Apabila ekosistem sudah terbentuk, tahap selanjutnya adalah dengan menyiapkan inklusi. Salah satu bentuk inklusi itu adalah memberikan bantuan pinjaman modal pada para pelaku usaha di Dusun Butuh.
“Misalnya ada pemilik homestay yang awalnya hanya punya lima kamar mau buat 20 kamar kita kasih pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat-red) untuk pembangunannya. Warung kopi yang awalnya kecil, kita bikin tempat yang lebih besar untuk menampung pedagang,” jelas Sarjono.
Bentuk inklusi lainnya yaitu pemberdayaan masyarakat setempat untuk menjadi seorang Agen BRILink. Di Dusun Butuh sendiri aja satu toko kelontong yang juga menjalani peran sebagai Agen BRILink.
Salah seorang warga Dusun Butuh, Unjaimah (32), menjadi seorang Agen BRILink di Dusun Butuh sejak tahun 2019. Pada awal-awal pendiriannya, ia mengaku sempat mendapatkan pendampingan dari pihak BRI, terutama dalam mengoperasikan mesin EDC.
Unjaimah mengatakan, banyak warga Dusun Butuh yang melakukan transaksi di tempatnya. Kebanyakan dari mereka melakukan transaksi untuk mengambil angsuran modal dari BRI, terutama untuk kegiatan pertanian mereka.
“Alhamdulillah nasabah sendiri merasa puas karena lebih dekat. Kalau tidak ada Agen BRILink di sini mereka harus membayar jauh di pusat Kecamatan Kaliangkrik sana. Jaraknya dari sini sampai 6 km,” kata Unjaimah saat ditemui Merdeka.com di Dusun Butuh pada Sabtu (20/4).
Dengan menjadi Agen BRILink, Unjaimah mengaku mendapat penghasilan tambahan dari toko kelontong miliknya. Dalam sebulan, ia bisa melakukan transaksi hingga 600-700 transaksi.
Perlahan namun pasti, ekosistem BRI di Dusun Butuh terus terbentuk. John Sarjono mengatakan sejak awal tahun 2022 hingga saat ini, sudah ada 140 warga Dusun Butuh yang punya simpanan uang di BRI. Dari jumlah tersebut, 70 di antaranya sudah diberi pinjaman.
Selain itu, banyak pula unit usaha di Dusun Butuh yang bisa melayani pembayaran melalui aplikasi BRImo, di ataranya 9 homestay, 52 unit warung makan, dan 50 tukang ojek. John Sarjono berharap ekosistem usaha di sana bisa terus berkembang.
“Ke Depannya, yang namanya ekosistem di Desa BRILian itu akan tumbuh dan berkembang. Harapannya para pengusaha kecil ini makin mandiri dan bisa berhubungan secara komersial dengan pembeli, perbankan, dan supplier. Setelah itu mereka akan naik kelas. Omzet meningkat, pegawai lebih banyak, manajemen lebih profesional, lalu kita dapat memberikan plafon kredit yang lebih besar untuk mendukung usaha mereka,”
Tutur John Sarjono bicara harapannya agar ekosistem yang dikembangkan BRI di negeri Nepal Van Java bisa terus tumbuh lebih besar