Dulunya Chef di Hotel Berbintang, Pria Kulon Progo Ini Memilih Resign dan Sukses Jadi Pembudidaya Ikan
Awalnya ia terjun ke bidang peternakan ayam. Tapi karena adanya pandemi, ia kemudian beralih menekuni bidang perikanan.

Sebelum terjun ke dunia perikanan, Bunairianto Siswoyo, pria asal Dusun Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo bekerja sebagai seorang chef di hotel berbintang. Ia kemudian memutuskan resign karena ingin mengurus orang tua.
“Orang tua tinggal sendiri. Jadi adik-adik saya ini kan semua merantau. Ada yang ke luar negeri, ada yang ke luar pulau Jawa, akhirnya saya putuskan untuk stay di rumah,” kata pria yang akrab disapa Yanto itu.
Ia kemudian mencoba terjun ke bidang peternakan. Awalnya ia terjun ke bidang peternakan ayam. Tapi karena adanya pandemi, ia kemudian beralih menekuni bidang perikanan.
Berikut kisah selengkapnya:
Butuh Kesabaran

Menurut Yanto, budidaya ikan merupakan budidaya yang cukup menjanjikan. Pertama kali ia mencoba budidaya ikan gurami dan nila. Ikan nila panennya cepat, sementara ikan gurami pakannya sangat mudah diperoleh. Hal ini membuat budidaya itu bisa mendatangkan penghasilan secara rutin.
“Tapi ke depannya memang sangat sulit karena untuk memelihara itu prosesnya sangat panjang. Butuh kesabaran, butuh ketelatenan, karena ini makhluk hidup. Apalagi ini di budidaya perikanan, air itu sangat mempengaruhi,” kata Yanto dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Selain ikan gurami dan nila, Yanto juga mengembangkan budidaya lobster air tawar. Menurutnya budidaya lobster cukup mudah dilakukan.
Tips Merawat Ikan

Yanto mengatakan, yang terpenting dari budidaya ikan adalah kebersihan lingkungan dan kebersihan air. Untuk pakannya, Yanto mengombinasikan antara makanan pabrik dan sayuran. Makanan pabrikan masih menjadi yang utama, tapi makanan itu diolah lagi dengan diberi nutrisi tambahan.
Untuk mengatasi masalah penyakit, Yanto rutin memberi garam pada pakan ikannya setiap seminggu sekali. Menurutnya, garam bisa meningkatkan antibodi agar tidak mudah terserang penyakit.
“Setiap seminggu sekali air kita buang separuhnya dan kita tambahkan sampai batas air yang kita inginkan. Perawatan gurami sama nila relatif sama. Cuma gurami diberi pakan dedaunan. Kalau untuk lobster itu lebih mudah lagi karena segala macam pakan dimakan sama dia,” kata Yanto.
Risiko Kematian

Yanto mengakui risiko kematian dari budidaya ikan ini cukup besar. Bahkan saat mulai membudidayakan ikan gurami, ikan yang ia budidayakan mati separuhnya. Tapi dari sana ia belajar agar bisa merawat ikannya lebih baik lagi. Menurutnya, kalau seorang pembudidaya tidak bisa memelihara budidayanya dengan baik, maka hasilnya juga tidak baik.
“Dalam berbudidaya, hal paling penting yang pertama adalah rasa senang. Yang kedua adalah niat untuk berbudidaya. Dan yang ketiga adalah kita mulai dengan tanggung jawab. Dari sana kita bersinergi, dari ketiga hal tersebut kita pasti berhasil dalam budidaya apapun,” pungkas Yanto dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.