Kini Seperti Lautan Pasir, Begini Potret Terbaru Alun-Alun Utara Jogja
Merdeka.com - Alun-Alun Utara Yogyakarta merupakan salah satu simbol yang tak bisa dilepaskan dari keberadaan Kota Jogja. Tempat itu merupakan salah satu bagian dari garis imajiner yang ditarik lurus dari Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, hingga laut selatan Jawa. Oleh karena itu, keberadaannya senantiasa harus dijaga.
Dulu, Alun-Alun Utara merupakan pusat keramaian. Banyak orang berkunjung ke sana baik untuk berwisata, berdagang, atau hanya sekadar menikmati hari. Namun kini Alun-Alun Utara tak lagi menjadi tempat yang bisa dipijak oleh sembarang orang.
Fungsinya disebut-sebut dikembalikan lagi ke zaman dahulu, di mana tempat itu menjadi area sakral yang tidak dibuka untuk umum. Berikut selengkapnya:
-
Kapan alun-alun roboh? Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa malam, 2 Januari 2024.
-
Dimana letak Alun-alun Kota Batu? Alun-alun Kota Batu terletak di Jl. Panglima Sudirman, Kecamatan Batu, Malang, Jawa Timur.
-
Dimana letak Alun-Alun Tugu? Alun-Alun Tugu Malang berlokasi di Jl. Tugu, Kidul Dalem, Kec. Klojen, Kota Malang. Itu juga tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Kota Baru Malang, bahkan kurang dari 500 meter.
-
Dimana Alun-alun Pamulang berada? Kawasan Alun-alun Tangsel memang menjadi rekreasi pusat kota, terlebih saat Ramadan tiba. Tak perlu khawatir kesulitan mencari takjil, karena di sekitar lokasi juga tersedia berbagai jajanan murah yang lezat dan cocok untuk mengisi perut keroncongan.
-
Kapan Alun-alun Kejaksan ramai? Di malam hari, Anda bisa menikmati pemandangan lampu-lampu warna-warni yang menghiasi alun-alun.
-
Dimana bangunan terbengkalai diubah? Berikut ini adalah potret bangunan terbengkalai yang telah diubah fungsi menjadi lebih menarik, seperti yang dilansir oleh Liputan6.com dari Bored Panda pada Minggu (15/12/2024).
Sejarah Alun-Alun Utara Jogja
©Tiktok/@jogjaexplore
Alun-Alun Utara Jogja merupakan tanah lapang berbentuk persegi yang luasnya 150x150 meter. Di tengahnya terdapat dua pohon beringin besar yang diberi pagar.
Dulu, permukaan alun-alun adalah pasir halus yang digunakan sebagai tempat latihan para prajurit untuk unjuk kebolehan di hadapan sultan. Selain itu tempat itu juga digunakan untuk “tapa pepe” yaitu bentuk unjuk diri dari rakyat agar didengar atau mendapat perhatian dari sultan.
Tapa pepe dilakukan pada siang hari yang terik di antara dua pohon beringin itu. Pada masa itu, di sisi timur alun-alun terdapat pendopo-pendopo kecil yang disebut perkapalan. Perkapalan ini biasa digunakan oleh para bupati untuk istirahat atau menginap sebelum menghadap sultan.
Tempat Sakral
©Tiktok/@jogjaexplore
Pada waktu itu, Alun-Alun Utara adalah tempat sakral di mana tidak sembarang orang bisa memasukinya. Ada aturan-aturan tertentu bagi mereka yang ingin masuk ke sana seperti tidak boleh menggunakan kendaraan, sepatu, sandal, bertongkat, dan mengembangkan payung. Hal ini dimaksud sebagai wujud penghormatan kepada sultan.
Namun kemudian tempat itu menjadi area publik yang bisa digunakan setiap orang. Para pedagang kaki lima bebas berjualan di sana. Berbagai acara digelar di tempat itu mulai dari konser musik, sirkus, sekaten, dan acara-acara lainnya.
Dikembalikan Seperti Zaman Dulu
©Tiktok/@jogjaexplore
Setelah bertahun-tahun menjadi tempat umum, kini Alun-Alun Utara dikembalikan seperti zaman dulu. Tempat itu diberi pagar agar orang-orang tidak bisa masuk. Rumput-rumput dipangkas, pasir-pasir ditaburi. Kini tanah lapang itu tampak seperti lautan pasir, seperti yang terlihat dalam video TikTok Jogja Explore.
“Wajah baru alun-alun utara. Menjadi lautan pasir. Fungsi ini dikembalikan seperti zaman dahulu. Jika alun-alun bukan lagi menjadi tempat publik, tapi menjadi tempat sakral dan tidak boleh dimasuki sembarang orang,” tulis akun Jogja Explore pada Sabtu (16/7). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret Yogyakarta tempo dulu yang masih begitu banyak pepohonan dan delman.
Baca SelengkapnyaDahulu, lapangan Gajah Mada, Jalan Krakatau, Kelurahan Pulo Brayan, Kecamatan Medan Timur hanyalah lapangan sepak bola yang terkesan kumuh.
Baca SelengkapnyaSebenarnya ada wacana bahwa tempat wisata ini akan dihidupkan lagi. Namun hingga sekarang wacana itu belum terealisasi.
Baca SelengkapnyaKarena sudah lama tak terurus, kampus tersebut jadi terkesan seram.
Baca SelengkapnyaWaterpark terbesar di Asia Tenggara ini dulu spot wisata favorit, kini terbengkalai ditumbuhi semak belukar.
Baca SelengkapnyaRevitalisasi trotoar kawasan Glodok ini untuk memberikan ruang bagi pejalan kaki yang selama ini digunakan untuk PKL dan parkir motor liar.
Baca SelengkapnyaTampilannya modern dan estetik. Cocok untuk jadi lokasi spot foto.
Baca SelengkapnyaMenikmati pasir putih buatan yang ada di Jakarta. Pasir putih ini bisa dikunjungi untuk tamasya dan olahraga.
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah masalah lain yang mengancam kelestarian kawasan gumuk.
Baca SelengkapnyaDulunya Pantai Klotok merupakan sebuah dermaga terbengkalai
Baca Selengkapnya