Melihat Pesona Embung Bansari, Program Strategis Presiden Jokowi yang Berkembang Jadi Spot Wisata Baru di Lereng Gunung Sindoro
Pada awalnya, Embung Bansari dibangun untk fasilitas pengairan petani sekitar. Namun tempat itu justru berkembang menjadi kawasan wisata.

Pada awalnya, Embung Bansari dibangun untuk fasilitas pengairan petani sekitar. Namun tempat itu justru berkembang menjadi kawasan wisata.

Melihat Pesona Embung Bansari, Program Strategis Presiden Jokowi yang Berkembang Jadi Spot Wisata Baru di Lereng Gunung Sindoro

Siang itu, Jumat (19/4) hujan baru saja reda di kawasan wisata Embung Bansari. Hanya ada dua orang wisatawan sedang berteduh di salah satu gazebo yang berada di tepian embung.
Tepat di belakang embung, puncak Gunung Sindoro masih tertutup awan pekat. Sementara di kejauhan sebelah selatan yang lebih cerah, pemandangan Gunung Sumbing terlihat lebih jelas.
“Pemandangannya bagus. Semua yang di bawah terlihat dari sini,” kata Syifa’ul (17), salah seorang wisatawan yang berasal dari Kecamatan Candiroto, Temanggung.
“Saya pertama kali ke sini. Suasananya enak, apalagi ini habis hujan,” ujar Maulani (20), wisatawan lain yang juga datang dari Candiroto.
Embung Bansari merupakan sebuah kawasan wisata yang berada pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.
Apabila cuaca cerah, beberapa deretan pegunungan mulai dari Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, hingga yang paling dekat Gunung Sumbing dapat terlihat dari sini.

Lokasi Embung Bansari sendiri berada di lereng Gunung Sindoro. Bila langit cerah, puncak Gunung Sindoro terlihat seakan begitu dekat.
Saat akhir pekan, banyak wisatawan berkemah dari Embung Bansari.
Mereka biasanya ingin melihat pemandangan dataran Temanggung dengan latar belakang deretan pegunungan yang biasanya terlihat jelas saat pagi hari.
Saat pagi hari pula wisatawan dapat melihat panorama “sunrise” yang muncul di celah-celah deretan pegunungan itu.
Dengan ditemani segelas mi instan hangat, Merdeka.com berbincang-bincang dengan Yudi (31), salah seorang pedagang yang berjualan makanan ringan di kawasan Embung Bansari.
Pembicaraan sedikit terganggu karena beberapa lalat datang mengerubungi kami. Tak biasanya kawanan lalat berada di kawasan pegunungan dengan udara segar.
“Di sini dekat sama ladang. Kebetulan sekarang lagi musim tanam. Para petani sekarang pada pakai pupuk kandang dari kotoran ayam karena lebih murah. Setiap hari truk pembawa pupuk datang ke sini, itu sudah berapa lalat yang ikut. Jadi lalat ini kebanyakan impor dari tempat lain. Satu dua tahun yang lalu saya jualan di sini lalat-lalat ini hampir nggak ada,”
keluh Yudi saat ditanya mengenai banyaknya lalat di kawasan wisata Embung Bansari.
Bersama istrinya, Nurul (27), Yudi sudah berjualan di kawasan Embung Bansari sejak tahun 2020. Rumah mereka berada di perkampungan Desa Bansari yang letaknya sekitar 2,5 kilometer dari tempat itu.
Sebelum berjualan di Embung Bansari, Yudi dan Nurul merantau ke Yogyakarta dan bekerja di sebuah warung kuliner terkenal di sana.
Setelah bekerja 9 tahun di warung kuliner itu, Yudi memutuskan resign setelah ada pengurangan karyawan akibat pandemi COVID-19.
Begitu pula dengan Nurul. Ia keluar dari perusahaan kuliner itu saat melahirkan anaknya. Kebetulan waktu itu kawasan wisata Embung Bansari baru dibuka. Mereka memanfaatkan momen itu untuk berjualan di kawasan wisata itu.
“Kalau dibandingkan dengan saat jadi karyawan di warung makan itu, penghasilannya nggak jauh beda. Tapi kan kalau di sana ‘under pressure’, sedangkan kalau kerja di sini lebih enak waktunya,” kata Nurul.

Seiring waktu, wisata Embung Bansari semakin terkenal dan semakin mengundang magnet wisatawan. Yudi berharap, kawasan wisata itu bisa lebih ditata lagi.
Menurutnya, untuk saat ini tempat wisata itu belum tertata baik. Salah satunya karena kawasan parkiran dengan lapak pedagang masih jadi satu di tempat yang sama. Menurutnya hal ini akan membuat pengunjung tidak nyaman.
“Harapannya ke depan pengembangan tempat ini semakin terkonsep. Jadi pedagang dan tempat parkir tidak berada di tempat yang sama. Selain itu kalau bisa juga ditambah wasilitas wahana untuk anak-anak biar mereka kerasan di sini,” ungkap Yudi.
Terkait pengembangan kawasan wisata Embung Bansari, Kepala Desa Bansari, Herlan, mengatakan nantinya tempat wisata itu akan ditata agar terlihat lebih menarik.
Anggaran penataan kawasan wisata itu nantinya akan diambil dari hadiah pemenang kompetisi Desa BRILian 2023. Dalam kompetisi itu, Desa Bansari berhasil meraih juara I dan berhak atas hadiah uang sebesar Rp1 miliar.
“Nantinya kita akan bangun rumah pajang produk UMKM, tempat musala, dan tempat untuk menikmati berbagai sajian desa. Dengan begitu, tempat UMKM yang selama ini berada di sebelah timur akan kita relokasi ke sebelah selatan embung. Intinya kami ingin memberikan fasilitas agar pengunjung merasa nyaman, di sana mereka bisa menikmati hidangan khas Desa Bansari, salah satunya kopi arabika yang memiliki rasa yang khas,”
Papar Herlan terkait penggunaan dana hadiah Juara 1 Desa BRILian, saat ditemui Merdeka.com pada Jumat (19/4) di Kantor Desa Bansari.