Mengenal Sarisa Merapi, Oleh-oleh Khas Sleman yang Berbahan Utama Salak
Kelompok Waita Tani Kemiri Edum di Sleman olah buah salak jadi 20 jenis oleh-oleh.
Kelompok Wainta Tani Kemiri Edum di Sleman olah buah salak jadi 20 jenis oleh-oleh.
Mengenal Sarisa Merapi, Oleh-oleh Khas Sleman yang Berbahan Utama Salak
Salak menjadi komoditas utama yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman, DIY. Di wilayah ini setidaknya terdapat sekitar 2,4 juta hektare perkebunan salak yang tersebar dari Kecamatan Tempel hingga Kecamatan Pakem.
Melimpahnya buah salak menggerakkan Kelompok Wanita Tani Kemiri Edum untuk mendirikan sebuah UMKM bernama Sarisa Merapi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
Brand ini konsisten mengolah buah salak segar mulai dari mulai kulit hingga bijinya.
-
Apa saja produk yang dibuat Sarisa Merapi? 'Untuk saat ini produknya ada manisan salak, ada sari salak, dodol salak, pie salak, bakpia salak, bolen salak, mokaf salak krispi, teh kulit salak, olahan biji salak dengan kopi, sampai brownies salak,' terangnya.
-
Apa makanan khas Jawa di Sragen? Di Sragen, banyak restoran atau warung kuliner yang menyajikan makanan tradisional khas Jawa.
-
Di mana Sarisa Merapi berlokasi? Sarisa Merapi mulanya dijalankan bersama kelompok wanita tani (KWT) Kemiri Edum di Dusun Kemiri, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
-
Bagaimana Sarisa Merapi membantu petani salak? Salak jadi Naik Kelas Setelah diolah menjadi manisan salak, terjadi perubahan harga yang signifikan. Sebelum dibuat produk makanan, harga salak memang meningkat menjadi Rp3 ribu per kilogram di tingkat petani. Namun saat ini bisa 5 kali lipat setelah dijadikan manisan salak yakni Rp15 ribu per kilogram.
-
Apa yang ditemukan di Sleman? Penemuan tersebut terjadi saat warga menggali tanah untuk membuat pondasi rumah pada Rabu (26/6). Penemuan ini berupa arca Ganesha yang langsung menarik perhatian banyak pihak.
-
Dimana salak bisa ditemukan? Ini karena salak bisa ditemukan di negara-negara tropis seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Sang penggerak, sekaligus pemilik usaha Sarisa Merapi, Rini Handayani (50) mengatakan bahwa di tempatnya memang fokus mengolah buah salak menjadi produk makanan.
Seluruh produknya menggunakan bahan utama buah salak pondok yang diambil dari para petani sekitar.
“Jadi Sarisa Merapi berasal dari kata ‘sari salak dari lereng Merapi’ dan berdiri sejak 2016 dengan saat ini sudah memiliki 20 jenis olahan salak,” kata Rini kepada Merdeka, beberapa waktu lalu.
Awalnya hanya Satu Produk
Rini mengatakan, bahwa mulanya Sarisa Merapi hanya memiliki satu jenis produk yakni manisan salak.
Ketika itu dirinya melihat jika salak memiliki potensi ekonomi yang maksimal setelah diolah menjadi produk makanan.
Walau begitu, di awal-awal membuka usaha penjualan manisan salak belum signifikan. Namun berkat kerja sama yang erat antar anggota kelompok wanita tani, produk hasil inovasi buah salak ini bisa menjangkau pasar.
“Waktu 2016 panen salak melimpah sampai harganya anjlok di pasaran, akhirnya kami coba olah menjadi manisan salak,” kata dia
Terdapat 20 Jenis Olahan Salak
Sarisa Merapi sendiri saat ini sudah memiliki hingga 20 produk olahan salak.
Semuanya didapat dari hasil olahan kulit, buah sampai bijinya yang ternyata memiliki banyak manfaat.
Produk-produk tersebut di antaranya manisan salak, sari salak, dodol salak, pie salak, bakpia salak, bolen salak, mokaff salak krispi, brownies salak dan lain sebagainya.
“Kemudian ada juga teh bunga telang, eggroll enthik, teh kulit salak, lalu kami juga mengolah biji salaknya menjadi berbagai macam olahan kopi kekinian, karena memang salak ini antioksidan dan proteinnya tinggi,” terangnya
Edukasi Seputar Salak
Rumah produksi Sarisa Merapi juga terbuka bagi kunjung wisata yang ingin melihat proses pembuatan salak menjadi aneka makanan.
Salak mula-mula dipilih sesuai kebutuhan olahan, kemudian diproses menggunakan mesin modern yang higienis.
Setelahnya pengemasnya dilakukan dengan baik sebelum akhirnya dijual ke konsumen sebagai oleh-oleh khas Sleman. Saat musim liburan, ada banyak bus dari berbagai sekolah, kampus sampai instansi yang ingin mengetahui tentang aneka olahan salak pondok khas Sleman.
“Kami juga bekerja sama dengan hotel-hotel untuk live cooking dan kunjungan, dan penjualannya rata-rata melalui kunjungan, sudah ada dari Nias sampai Jayapura yang ke sini,” ujarnya.
“Sarisa Merapi sendiri sudah berbentuk P4S yakni Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya yang tersertifikasi, jadi kami banyak menerima kunjungan tentang pengolahan buah salak mulai dari ibu-ibu PKK, PNS yang mau purna, UMKM sampai kelompok wanita tani dari daerah lain,” tambah Rini.
BRI Bantu Angkat Sarisa Merapi
Agar usaha Sarisa Merapi bisa terus berkembang, Rini kemudian mengikutkan UMKM tersebut ke program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Melalui KUR, dirinya bisa membantu perluasan rumah produksi dan menambah fasilitas gazebo.
Di 2019 itu, Rini meminjam KUR sebesar Rp50 juta dan saat ini sudah lunas. Kemudian para anggota KWT Kemiri Edum juga terbantu dengan adanya KUR Supermicro untuk memajukan usaha sampingan di rumah masing-masing.
“Kami mulai mendapat bantuan KUR itu di tahun 2019, ini untuk menambah bangun rumah produksi. Yang 25 anggota kwt juga dapat bantuan KUR supermicro yang semuanya alhamdulillah sudah lunas,” katanya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, sebagai penyedia jasa keuangan, BRI selalu membantu para UMKM binaannya agar mampu bertahan dan beradaptasi.
Beberapa cara yang dilakukan di antaranya melalui pendampingan hingga produknya terangkat, pelatihan digital marketing, sampai pengemasan produk yang menarik minat pasar.
Ini sebagai upaya pemberdayaan secara end to end, dari fase dasar hingga pengembangan platform penjualan sebagai salah satu solusi pengembangan ekosistem UMKM.
“Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” kata Supari baru-baru ini, mengutip laman resmi BRI