Mengenal Sosok Landung Simatupang, Sastrawan dan Aktor Senior Pemeran Utama dalam Video Klip "Gala Bunga Matahari"
Salah satu tokoh dalam video klip "Gala Bunga Matahari" adalah Landung Simatupang. Ia merupakan seorang pemeran, sutradara, dan sastrawan senior
Video klip musik “Gala Bunga Matahari” pertama kali tayang di YouTube pada 8 Agustus 2024. Kini (14/8) video klip itu trending nomor satu di YouTube. Video klip inipun menjadi debut bagi Gempita Nora Martin, anak penyanyi Gisella Anastasia dan aktor Gading Martin.
Selain Gempita, tokoh lain dalam video klip itu adalah Landung Simatupang. Ia merupakan seorang pemeran, sutradara, dan sastrawan senior berkebangsaan Indonesia. Lantas seperti apa perjalanan karier Landung Simatupang? Dan seperti apa kehidupan pribadinya? Berikut selengkapnya:
-
Apa peran Gempita dalam video klip Gala Bunga Matahari? Video klip Gala Bunga Matahari yang dibintangi oleh Gempita Nora Marten berhasil membuat para penontonnya terharu hingga menangis.
-
Bagaimana Gempita berakting di video klip Gala Bunga Matahari? Dengan penuh semangat dan kegembiraan, Gempi yang merupakan penggemar berat Sal Priadi dan lagu-lagu indahnya, melakoni proses syuting dengan sepenuh hati dan sangat memerankan perannya.
-
Siapa yang berperan sebagai model di video klip Gala Bunga Matahari? Video klip Gala Bunga Matahari yang dibintangi oleh Gempita Nora Marten berhasil membuat para penontonnya terharu hingga menangis.
-
Mengapa Gempi bersemangat dalam syuting video klip Gala Bunga Matahari? Dengan penuh semangat dan kegembiraan, Gempi yang merupakan penggemar berat Sal Priadi dan lagu-lagu indahnya, melakoni proses syuting dengan sepenuh hati dan sangat memerankan perannya.
-
Siapa yang memainkan Gambus Selodang? Pada zaman dahulu, orang tua dan pemuda kerap berkumpul bersama lalu memetik gambus di malam hari.
-
Siapa tokoh penting Sandiwara Sunda? Di balik eksistensi sandiwara Sunda, terdapat salah satu tokoh yang berpengaruh yakni Kabul E. Samsudin atau Wa Kabul yang sangat total dalam memperjuangkannya.
Kehidupan Awal
Yohanes Rusyanto Landung Laksono Simatuandung Simatupang lahir di Yogyakarta pada 25 November 1951. Ia merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, yaitu dari pasangan W. Josef Polin Simatupang dan Floriberta Sumardiyati. Josef merupakan pria bersuku batak yang berprofesi sebagai guru SMA untuk mata pelajaran bahasa dan kesustraan Indonesia, Bahasa Jerman, Bahasa Belanda, serta seni suara di Yogyakarta. Sedangkan Floriberta merupakan seorang bidan yang bersuku Jawa.
Dikutip dari Festivalfilm.id, Landung mulai terjun ke dunia teater sejak berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Ia bergabung dengan Teater Gadjah Mada lalu beralih bergabung dengan STEMKA antara tahun 1974 hingga 1988.
Saat di Teater STEMKA, Landung memanggung dari satu gereja ke gereja lain. Ia mengembangkan tradisi membaca naskah drama yang kemudian menjadi populer di kalangan seniman dan pencinta teater.
Menerbitkan Buku
Landung pernah mengajar di jurusan Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada. Ia juga pernah menjadi asisten publikasi Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan, asisten peneliti Lembaga Pengkajian Kebudayaan, serta peneliti Seksi Monitoring Sosial Yayasan Dian Desa di universitas yang sama.
Selama hidupnya, Landung pernah menerbitkan beberapa karya buku. Kebanyakan karya-karyanya berisi karya puisi seperti Asap dan Angin (1986) dan Sambil Jalan (1999). Puisi-puisi yang ia tulis banyak tersebar di media massa di antaranya: Eksponen, Kedaulatan Rakyat, Basis, Horison, dan Kompas. Ia juga menulis antologi puisi seperti “Bulak Sumur Malioboro: Antologi Puisi (1975) dan “Tonggak 4: Antologi Puisi Indonesia Modern” (1987).
Berkecimpung di Dunia Film
Dalam hidupnya, Landung sering kali membintangi film layar lebar. Beberapa film yang terkenal antara lain “Garuda di Dadaku” (2009), “Sang Pemimpi” (2009), “Sang Penari” (2011), “Soegija” (2012), “Rayya, Cahaya di Atas Cahaya” (2012), “Surga yang Tak Dirindukan” (2015), “Kartini” (2017), dan masih banyak lagi. Selama berkarier di film, ia sudah dua kali mendapatkan penghargaan yaitu Festival Film Indonesia sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik (2011), dan Piala Maya sebagai Aktor Pendukung Terpilih (2013).
Dalam kehidupan pribadi, Landung sempat menikah pada tahun 1979 dengan sesama anggota sebuah komunitas teater, namun berakhir cerai.
Dalam pernikahan itu, mereka dikaruniai dua orang anak bernama Lucia Cahya Dini Simatupang dan Thomas Aquino Arif Setiawan Simatupang. Pada tahun 2000, Landung menikahi Engelina Prihaksiwi yang merupakan mantan siswinya di Teater STEMKA. Dalam pernikahan itu, mereka dikaruniai empat orang anak.