Warga Jogja Lakukan Lockdown Mandiri, Ini Reaksi Sultan HB X
Merdeka.com - Jumlah orang yang terkena COVID-19 masih terus bertambah. Di Indonesia, jumlah orang yang positif terkena virus tersebut sudah sebanyak 1.528 jiwa per 31 Maret 2020. Dengan jumlahnya yang kian lama kian besar, banyak masyarakat yang mengharapkan Pemerintah Jokowi segera memberlakukan Lockdown.
Masyarakat yang mulai khawatir Virus Corona masuk ke daerahnya, kemudian melakukan karantina mandiri. Salah satunya adalah warga kampung-kampung di Jogja yang mulai melakukan "lockdown mandiri" dengan menutup akses jalan utama menuju kampung mereka.
Tindakan masyarakat yang dilakukan dengan tujuan melindungi warga desa itu menuai pro dan kontra. Di satu sisi, tindakan itu merupakan bentuk inisiatif warga yang berusaha menyelamatkan warganya dari Virus Corona, tapi di sisi lain, tindakan itu tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Kenapa warga di Sukamulya merasa takut? Diungkap Maska, jika warga sekitar saat ini mengalami kondisi ketakutan karena topografi tanah di sana yang merupakan perbukitan. Mereka khawatir jika bukit yang ada di Kampung Tengah akan longsor.
-
Apa yang bikin warga resah? Momen teror suara ketuk puntu rumah yang terekam di kamera CCTV ini bikin warga sekitar resah.
-
Kenapa warga takut lewat jembatan rusak itu? 'Takut kalau lewat, gemetar mah ada. Terus harus pegang, takut ke bawah (jatuh) aja ini mah,' terangnya.
-
Di mana lokasi kampung terisolir ini? Sebuah kampung di Kabupaten Grobogan letaknya berada di pedalaman hutan jati. Akses menuju kampung itu terbilang sulit. Pengunjung dengan kendaraan roda dua harus melewati jalan berpasir yang sempit di antara pohon-pohon jati yang membentang sejauh empat kilometer.
-
Bagaimana warga kampung terisolir mendapatkan air bersih? Sementara itu, mata air yang digunakan oleh warga setempat untuk keperluan air bersih jaraknya sekitar 700 meter dari perkampungan itu. Tiap hari warga mengambil air dari mata air itu.
“Mungkin jalan masuk ke desa itu ada dua atau tiga jalan. Nah, dari tiga jalan itu yang dua ditutup sehingga hanya ada satu jalan yang dibuka dengan harapan memudahkan mengontrol siapa yang masuk. Bagi saya itu no problem,” kata Sultan dilansir dari ANTARA pada Senin (30/3).
Bukan Lockdown
2020 liputan6.com
Dilansir dari Liputan6.com (28/3), warga kampung-kampung di Jogja mulai membatasi akses jalan masuk menuju desa mereka. Mereka memblokade jalan dengan menuliskan kata "Lockdown".
Menurut Sri Sultan HB X, tindakan menutup akses jalan menuju kampung itu tidak dapat dikategorikan sebagai Lockdown, melainkan lebih mengacu kepada pembatasan sosial.
"Itu bukan Lockdown. Kalau Lockdown itu sama sekali dia diisolasi tidak boleh keluar dan tidak boleh masuk," ujar Sultan dilansir dari ANTARA pada Senin (30/3).
Konsekuensi Lockdown
2020 liputan6.com
Menurut Sultan, kebijakan Lockdown akan memunculkan sebuah konsekuensi besar. Salah satu konsekuensi itu adalah hancurnya perekonomian rakyat.
"Siapa yang memerintahkan Lockdown itu harus memberi makan kepada setiap orang. Kalau dia memerlukan sesuatu harus difasilitasi karena yang tidak boleh keluar itu berarti dia tidak bisa makan. Nah itulah yang harus dihindari," jelas Sultan.
Tanggapan Sultan Terkait Perantau dari Luar Daerah
2020 Merdeka.com/Purnomo Edi
Sementara itu Sultan HB X juga memberikan pernyataan terkait warga perantauan yang berbondong-bondong pulang kampung ke wilayahnya.
Menurut Sultan, hal itu tidak perlu dipersoalkan karena keputusan mereka itu dilandasi berbagai alasan. Namun mereka diwajibkan mengisolasi diri selama 14 hari di rumah dengan melapor ke perangkat setempat.
"Mungkin karena dia pedagang di Jakarta yang zona merah, jadi tidak laku pedagangnya. Dari pada begitu lebih baik pulang. Mungkin di Jakarta di-PHK dan beban hidup mahal lebih baik pulang. Masa pulang saja tidak boleh," ucap Sultan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini tercatat ada 300 warga yang terpapar covid dari sebelumnya 100 kasus.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaPernyataan Wapres itu menyikapi laporan Kementerian Kesehatan yang menyatakan adanya temuan dua suspek baru kasus antraks di Gunungkidul.
Baca SelengkapnyaOperasi Modifikasi Cuaca dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan awan hujan pada periode transisi sebelum memasuki puncak musim kemarau
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPj Gubernur mengimbau warga selalu waspada mengingat cuaca hujan masih akan terjadi beberapa saat ke depan.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun berapi-api saat menjelaskan badai pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaSejumlah elemen masyarakat menolak penyebaran nyamuk Wolbachia di Gedung Bappenas.
Baca SelengkapnyaPemerintah resmi mencabut aturan menggunakan masker
Baca Selengkapnya