Melihat Desa Sukamulya di Garut yang Alami Pergerakan Tanah Sejak Maret, Retakan Memanjang dengan Kedalaman 12 Meter
Retakan tampak membentang sejauh sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter.
Retakan tampak membentang sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter.
Melihat Desa Sukamulya di Garut yang Alami Pergerakan Tanah Sejak Maret, Retakan Memanjang dengan Kedalaman 12 Meter
Sudah dua bulan terakhir masyarakat di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut hidup dalam ketidaktenangan. Pasalnya, kampung mereka mengalami pergerakan tanah yang cukup parah, dengan kondisi retakan lebar dan memanjang.
Dari hasil pantauan, retakan membentang sejauh sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter. Terlihat retakan juga membesar, dan membelah tanah-tanah di sekitar permukiman warga sehingga tidak layak untuk ditinggali.
-
Mengapa gempa bumi di Garut terjadi? Gempa bumi ini terjadi karena adanya deformasi batuan di dalam lempeng Indo-Australia yang terletak di bawah lempeng Eurasia di wilayah selatan Jawa Barat, yang juga dikenal sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake).
-
Kapan gempa Garut terjadi? Gempa bumi melanda sisi selatan Jawa Barat pada Sabtu (28/4) pukul 23:29 WIB.
-
Di mana pusat gempa bumi di Garut? Pusat gempa berada di Samudera Hindia bagian selatan wilayah Kabupaten Garut.
-
Di mana tanah longsor di Sragen terjadi? Bencana longsor juga terjadi di Dukuh Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen.
-
Dimana Jalan Pantura Jawa Barat mulai terlihat rusak? Lalu kondisi jalan sudah mulai rusak saat melewati Simpang Jomin arah ke Subang, Jawa Barat.
-
Apa yang terjadi pada pria di Garut? Dirinya mengaku tak bisa tidur selama empat tahun terakhir dan selalu terjaga. Solihin (51) menjelaskan jika kondisinya ini dimulai sejak 2020 lalu. Setiap malam ia selalu terjaga, sehingga tubuhnya tidak bisa diistirahatkan.
Tak sampai di situ, sebab tidak sedikit rumah warga yang mengalami kerusakan sedang hingga cukup berat. Kondisinya hancur, sehingga pemilik memilih meninggalkannya.
Ketua RT Kampung Tengah, Maska, turut mengabarkan kondisi terkini di wilayah permukiman mereka.
Bukit di Sekitar Berpotensi Longsor.
Diungkap Maska, jika warga sekitar saat ini mengalami kondisi ketakutan karena topografi tanah di sana yang merupakan perbukitan.
Mereka khawatir jika bukit yang ada di Kampung Tengah akan longsor.
Sampai saat ini, tercatat sebanyak delapan rumah yang terdampak pergerakan tanah, enam rusak besar dan dua mengalami kerusakan sedang.
“Rumah yang hancur rusak berat sudah enam unit, yang rusak sedang sudah dua, warga sangat ketakutan karena bukit ini kalau hujan berpotensi longsor sampai ke daratan di bawah dekat sungai,” terangnya beberapa waktu lalu, mengutip Liputan6, Kamis (30/5).
Pergerakan Tanah Berlangsung Sejak Maret
Maska mengatakan bahwa pergerakan tanah sudah terjadi sejak Maret 2024 lalu. Sejak itu, pergerakan terus terjadi dengan kondisi yang kian parah.
Terlihat retakan memanjang ratusan meter dengan kedalaman mencapai 12 meter. Akibatnya, sebanyak 48 rumah dan lahan milik warga seluas 57 hektare terancam terkena dampaknya.
Saat ini warga yang berada di zona tidak aman sudah mengungsi ke rumah sanak saudara yang lebih aman.
“Khawatir longsor, apalagi sudah seminggu ini hujan,” tambahnya.
Bukit Terbelah dan Rumah Roboh Jadi Pemandangan di Kampung Tengah saat Ini
Selama seminggu diguyur hujan, sudah terjadi patahan yang cukup besar. Bahkan, sebuah bukit di sana sudah tampak terbelah dan dikhawatirkan menyebabkan longsor.
Salah seorang warga mengaku, jika dampak dari pergerakan tanah ini membuat rumah orang tua dan tetangganya roboh.
“Kami khawatir bukit yang ditinggali akan terjadi longsor, khususnya di saat cuaca hujan. ini Sebelumnya ada dua rumah, termasuk orangtua saya roboh akibat pergerakan tanah ini,” kata warga Kampung Tengah bernama Puloh (55).
Retakan Membesar
Mengutip YouTube Update Garse, terlihat bukit di pinggir sawah mengalami retakan akibat pergerakan tanah. Posisinya memanjang, dengan beberapa pohon pisang yang terbawa.
Video tersebut diunggah pada 24 April 2024, atau sekitar satu bulan lalu.
“Pergeseran Tanah di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Garut,”
tulis pengunggah video di akun tersebut.
merdeka.com
Tagih Janji Pemerintah
Terakhir, warga di sana juga menagih janji Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Garut yang sebelumnya akan melakukan relokasi warga ke lokasi lebih aman.
Namun sampai dengan akhir bulan Mei ini, janji tersebut belum terealisasi. Warga berharap pemindahan bisa segera dilakukan, mengingat kondisi Kampung Tengah yang sudah tidak aman terlebih hujan masih mengguyur.
“Warga lebih memilih beraktifitas sekaligus mengontrol kondisi kampungnya saat cuaca cerah di siang hari,” tambah Maska.