3 Februari, Dilantiknya Yasser Arafat Sebagai Ketua Organisasi Pembebasan Palestina
Merdeka.com - Yasser Arafat (lahir 24 Agustus 1929, Kairo, Mesir — meninggal 11 November 2004, Paris, Prancis) adalah presiden Otoritas Palestina (1996–2004), ketua Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO (1969–2004), dan pemimpin Fatah, kelompok terbesar dari konstituen PLO.
Pada 1993, Yasser Arafat memimpin PLO menuju perjanjian damai dengan pemerintah Israel. Arafat, Yitzhak Rabin, dan Shimon Peres dari Israel bersama-sama dianugerahi Penghargaan Nobel untuk Perdamaian pada 1994.
Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO adalah organisasi gabungan dari beberapa faksi perjuangan rakyat Palestina. Organisasi ini dikenal sebagai "perwakilan sah dari bangsa Palestina" oleh 100 negara dan mendapatkan status peninjau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1974.
-
Siapa yang memimpin PLO? Pada tahun 1969, Arafat menjadi Ketua Komite Eksekutif PLO, memegang gelar tersebut hingga kematiannya pada tahun 2004.
-
Kapan PLO menjadi perwakilan sah Palestina? Pada bulan Oktober 1974, Liga Arab mengakui PLO sebagai 'satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina,' dan memberinya keanggotaan penuh.
-
Kenapa PLO dibentuk? Selama KTT Liga Arab pada tahun 1964, warga Palestina bersatu untuk membentuk satu organisasi sentral yakni Palestine Liberation Organization (PLO).
-
Apa tujuan PLO? Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO) adalah organisasi yang didirikan pada 28 Mei 1964 dengan tujuan untuk kemerdekaan Palestina dari gangguan Israel.
-
Kapan kemerdekaan Palestina terjadi di masa lalu? Jika dirunut kembali ke masa lalu, kemerdekaan daerah yang berjuluk Palestina itu ternyata pernah berlangsung beberapa kali.
-
Siapa pendiri Hamas di Palestina? Pada tahun 1987, setelah pecahnya Intifada Pertama melawan Israel, Hamas didirikan oleh imam dan aktivis Palestina Ahmed Yassin.
Pada 3 Februari 1969, Yasser Arafat dilantik secara resmi menjadi ketua Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO tersebut. Arafat mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk memerangi Israel, dan juga terlibat dalam pertempuran antara Palestina dan pasukan Yordania dan Lebanon pada waktu yang berbeda.
Berikut ulasan selengkapnya.
Mengenal Yasser Arafat
Mohammed Yasser Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa Al-Husseini atau lebih dikenal sebagai Yasser Arafat adalah anak kelima dari tujuh bersaudara yang lahir dari seorang pedagang tekstil Palestina pada 24 Agustus 1929, melansir dari jewishvirtuallibrary.org.
Menurut Arafat dan sumber lain, ia lahir di Yerusalem. Namun, penulis biografi Prancis, Christophe Boltanski dan Jihan El-Tahri mengungkapkan dalam bukunya tahun 1997, Les sept vies de Yasser Arafat, bahwa ia sebenarnya lahir di Kairo, Mesir, dan di sanalah akta kelahirannya didaftarkan.
Masyarakat Akademik Palestina untuk Studi Urusan Internasional juga mencantumkan tempat kelahiran Arafat sebagai Kairo. Ian Pacepa, mantan pejabat intelijen Rumania, mengungkapkan bahwa KGB yang menciptakan latar belakang tempat kelahiran Arafat di Yerusalem.
Masa kecil Arafat terbagi antara Kairo dan Yerusalem, tempat dia tinggal selama empat tahun dengan seorang paman setelah kematian ibunya ketika dia berusia lima tahun. Arafat masuk Universitas Raja Faud I (kemudian berganti nama menjadi Universitas Kairo) pada tahun 1947 dan belajar teknik. Selama masa kuliahnya Arafat mengadopsi nama Yasser, yang berarti "santai" dalam bahasa Arab.
Selama perang Arab-Israel 1948, Arafat meninggalkan universitas dan, bersama dengan warga Palestina lainnya, berusaha masuk ke Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dia dilucuti dan dikembalikan oleh pasukan militer Mesir yang menolak mengizinkan partisan yang kurang terlatih untuk memasuki zona perang.
Setelah kembali ke universitas, Arafat bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan menjabat sebagai presiden Persatuan Pelajar Palestina dari 1952 hingga 1956. Pada 1956, Arafat lulus dengan gelar sarjana teknik sipil dan menjabat sebagai letnan dua di Angkatan Darat Mesir selama Krisis Suez.
Setelah Perang Suez, Arafat pindah ke Kuwait, di mana dia mendapatkan pekerjaan sebagai insinyur dan akhirnya mendirikan perusahaan kontraktornya sendiri. Di Kuwait, ia juga membantu mendirikan Fatah pada 1957, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk pembentukan negara Palestina merdeka menggantikan Israel dan Yordania.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)
Pada 28 Mei 1964, Liga Arab membentuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai alat dalam perang melawan Israel dengan tujuan memerdekakan Palestina. Organisasi Fatah milik Arafat, yang awalnya memandang PLO sebagai lawan politik, secara bertahap menjadi faksi dominan organisasi.
Organ utama dari PLO adalah Komite Eksekutif, Komite Sentral, serta Dewan Palestina. Terpenting dari antaranya ialah Komite Eksekutif, yang bertugas mengambil keputusan-keputusan politik. Dalam mengambil keputusan, Komite Eksekutif menerima masukan serta nasihat dari Komite Sentral, yang hampir kesemua anggotanya diambil dari organisasi perlawanan dan tokoh-tokoh independen.
Menyusul kekalahan memalukan dari pasukan Arab dalam Perang 1967, PLO memutuskan bahwa mereka tidak dapat bergantung pada negara-negara Arab untuk mencapai tujuannya menghancurkan Israel. Selama sepuluh tahun berikutnya, tujuan ini adalah fokus utama dari kampanye teroris besar-besaran yang membentuk reputasi PLO.
Dilantiknya Yasser Arafat Sebagai Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)
Sementara itu, Fatah mendirikan basis di kota Karameh, Yordania. Media Arab mengagungkan pendirian Palestina melawan Israel di Karameh dan efeknya adalah merangsang gelombang sukarelawan yang ingin bergabung dengan PLO.
Teroris Palestina meningkatkan serangan sepanjang tahun, dengan jumlah korban pada 1968 saja mencapai 177 orang Israel tewas dan 700 luka-luka, dan 681 warga Palestina tewas dan terluka dalam serangan dan pembalasan.
“Kemenangan” di Karameh memungkinkan Arafat mendapatkan prestise yang dia butuhkan untuk memberikan pengaruh yang lebih besar atas PLO. Dewan Nasional Palestina bertemu pada tahun 1968 dan merevisi Piagam tersebut, mengadopsi komitmen Fatah untuk membebaskan Palestina dengan perjuangan bersenjata saja.
Setahun kemudian, ketika Dewan bertemu lagi, Arafat terpilih sebagai ketua PLO pada 3 Februari 1969, posisi yang dipegangnya sejak itu. Selama tahun berikutnya, Arafat mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan membawa sebagian besar faksi militan Palestina di bawah payung PLO.
Pada 1994, Yasser Arafat, Yitzhak Rabin, dan Shimon Peres dari Israel bersama-sama dianugerahi Penghargaan Nobel untuk Perdamaian atas perannya dalam perundingan persetujuan damai tahun 1993 di Oslo, Norwegia. Sejak itu, Arafat menjabat sebagai presiden dalam Pemerintahan Otoritas Palestina yang adalah produk dari kesepakatan Oslo. (mdk/edl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Organisasi ini dikenal sebagai perwakilan sah dari bangsa Palestina oleh 100 negara.
Baca SelengkapnyaAnis bertugas sebagai penerjemah untuk Irak dan bertemu Yasser Arafat.
Baca SelengkapnyaApa itu Hamas di Palestina? ini sejarah dan para pemimpinnya.
Baca SelengkapnyaSyafruddin konsen terhadap isu kemanusiaan di jalur Gaza
Baca SelengkapnyaUstadz Adi Hidayat ungkap ada pemuda asal Nusantara yang pernah berjihad ke Palestina jauh sebelum Indonesia merdeka.
Baca SelengkapnyaTokoh pejuang Kristen Palestina ini ternyata sangat disegani Israel. Simak sosok George Habash selengkapnya.
Baca SelengkapnyaBerikut potret perwakilan Palestina duduk di Sidang Majelis Umum PBB.
Baca SelengkapnyaFree Palestine artinya ungkapan solidaritas dan harapan untuk kemerdekaan Palestina dari pendudukan Israel.
Baca SelengkapnyaGilad menyebut ratusan negara itu mendukung negara yang dikuasai Hamas, yang disebutnya sebagai teroris.
Baca SelengkapnyaRekonstruksi Gaza setelah perang diperkirakan membutuhkan biaya sekitar Rp3.000 triliun.
Baca SelengkapnyaSosok Syekh Ahmad Ismail Yassin salah satu pendiri Hamas.
Baca SelengkapnyaHari Tanah Palestina sudah diperingati sejak tahun 1976.
Baca Selengkapnya