7 Juni 1948: Kerusuhan Anti Yahudi di Oujda dan Jerada Maroko, Tewaskan 48 Orang
Kerusuhan ini adalah bagian dari rangkaian insiden yang terkait dengan ketegangan komunitas Yahudi dan Arab.
sejarahKerusuhan ini adalah bagian dari rangkaian insiden yang terkait dengan ketegangan komunitas Yahudi dan Arab.
7 Juni 1948: Kerusuhan Anti Yahudi di Oujda dan Jerada Maroko, Tewaskan 48 Orang
Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
Kedua kota tersebut, yang terletak di dekat perbatasan dengan Aljazair adalah titik keberangkatan bagi orang Yahudi Maroko yang ingin bermigrasi ke Israel di mana pada saat itu mereka tidak diizinkan melakukan hal tersebut dari dalam Maroko. Kerusuhan terjadi beberapa minggu setelah pidato Sultan Mohammed V, dalam konteks deklarasi Negara Israel dan Nakba yang sedang berlangsung.
-
Apa yang dilakukan kelompok Juhayman al-Otaybi saat menyerbu Masjidil Haram? Kelompok pemberontak mengambil alih Masjidil Haram, tempat suci bagi umat Islam, dan menyandera ratusan orang, termasuk jemaah haji dan staf masjid.
-
Bagaimana orang Yahudi di ghetto Warsawa melawan tindakan deportasi? Pemberontakan Ghetto Warsawa dimulai pada 19 April, sehari sebelum dimulainya Paskah, ketika unit terakhir yang tiba untuk mendeportasi disambut dengan penyergapan. Pemberontak membakar tank Jerman, melemparkan granat buatan tangan dan bom molotov ke arah pasukan yang maju dan berhasil menghentikan gerak maju SS sebelum akhirnya memaksa mereka mundur.
-
Kenapa kelompok Juhayman al-Otaybi menyerbu Masjidil Haram? Mereka mengklaim bahwa Imam Mahdi, sosok mesianik dalam Islam, telah muncul, dan mereka berusaha untuk "membersihkan" Masjidil Haram dari praktik-praktik yang dianggap sebagai bid'ah (inovasi keagamaan).
-
Kenapa keberadaan makam Yahudi di Bergota dianggap istimewa? “Makam Yahudi itu sistemnya kayak model bunker. Jenazahnya ditaruh di situ dengan benda yang dia sayangi semasa hidupnya. Bisa dikatakan sebelum saya lahir makam ini sudah ada,” ujar Kartiko dikutip dari kanal YouTube Semarang Pemkot.
-
Di mana saja Jewawut tumbuh? Jewawut diperkenalkan ke Indonesia oleh orang Tiongkok sekitar 3.000 tahun yang lalu dan menjadi makanan pokok di beberapa daerah seperti Sulawesi Barat, Pulau Buru, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Tengah.
-
Apa tindakan biadab yang dilakukan pasukan Israel terhadap pria Palestina di Jenin? Pasukan penjajah Israel di Tepi Barat yang diduduki, Palestina, mengikat seorang pria Palestina yang terluka di atas kap sebuah kendaraan militer saat melakukan penggerebekan di kota Jenin. Dalam aksi biadabanya ini, pasukan Israel disebut menjadikan pria tersebut sebagai perisai manusia.
Sultan menegaskan status perlindungan tradisional Yahudi di Maroko tetapi juga memperingatkan mereka untuk tidak menunjukkan solidaritas apa pun yang bertujuan Zionis. Di mata banyak Muslim Maroko, mereka akan bergabung dengan kekuatan melawan tentara Arab.
Para pejabat Prancis berpendapat bahwa kerusuhan tersebut sepenuhnya terlokalisasi di Oujda dan Jerada, dan bahwa migrasi itu sendiri yang telah memicu kemarahan umat Islam, bukannya sikap permusuhan anti-Yahudi. Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak. Ini sejarah lengkapnya.
Latar Belakang Kerusuhan
Kerusuhan Oujda dan Jerada di Maroko pada 7 Juni 1948 adalah bagian dari rangkaian insiden yang terkait dengan ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab di wilayah tersebut. Di Maroko, terdapat ketegangan yang lama antara komunitas Arab dan Yahudi. Ketegangan ini sering dipicu oleh berbagai faktor, termasuk politik, sosial, dan ekonomi.
Pembentukan Negara Israel pada 14 Mei 1948 menimbulkan reaksi keras di dunia Arab. Banyak negara dan komunitas Arab menentang pendirian negara Yahudi di Palestina, yang mereka anggap sebagai wilayah Arab. Pada waktu itu, terjadi Perang Arab-Israel 1948 yang memperburuk ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab di banyak negara.
- Kepercayaan Warga Jeneponto, 5 Kali Antar Kerabat Berangkat Haji bisa Menyusul ke Tanah Suci
- Dear Jemaah, Yuk Pahami Lagi Makna Rukun Haji Agar Menjadi Haji Mabrur
- 209.934 Jemaah Haji Sudah Tiba di Arab Saudi, Hari Ini Keberangkatan Terakhir
- Jokowi Imbau Masyarakat Jangan Berjudi: Harta Benda Habis Terjual, Suami Istri Cerai
- Penemuan Jasad Lelaki Tergantung dengan Tangan Terikat ke Belakang
- Sadis, Seorang Ibu Racuni Anak Tiri Pakai Racun Tikus
Kerusuhan pun tak terelakkan dan terjadi pada 7 Juni 1948 di dua kota di Maroko, yaitu Oujda dan Jerada. René Brunel, Komisaris Prancis untuk wilayah Oujda, menyatakan bahwa kerusuhan dimulai ketika seorang tukang cukur Yahudi berusaha menyeberang ke Aljazair dengan membawa bahan peledak.
Kementerian Luar Negeri Prancis mencatat bahwa emigrasi Yahudi dari Oujda ke Palestina merupakan gangguan yang signifikan terhadap populasi Muslim setempat. Kementerian mencatat, "Merupakan ciri khas bahwa mereka yang berada di wilayah dekat perbatasan Aljazair ini menganggap semua orang Yahudi yang berangkat sebagai kombatan ke Israel."
Alphonse Juin, Residen Jenderal di Maroko, mencatat bahwa keberangkatan rahasia orang-orang Yahudi ke Palestina menyulut kemarahan yang telah dikobarkan oleh para agitator profesional.
Ada pula yang berpendapat bahwa kerusuhan tersebut dipicu oleh pidato anti-Zionis yang disampaikan oleh Sultan Mohammed V sehubungan dengan Perang Arab-Israel tahun 1948 yang sedang berlangsung, namun ada pula yang berpendapat bahwa pidato Sultan tersebut difokuskan untuk memastikan perlindungan terhadap orang-orang Yahudi Maroko.
Pecahnya Peristiwa Kerusuhan Anti-Yahudi pada 7 Juni 1948
Kerusuhan pun dimulai di Oujda, yang pada saat itu merupakan pusat transit utama emigrasi Yahudi keluar dari Maroko karena kedekatannya dengan perbatasan Aljazair (Aljazair pada saat itu dikelola sebagai bagian dari Prancis Metropolitan), di mana 5 orang Yahudi tewas dan 30 lainnya luka-luka dalam waktu 3 jam sebelum tentara tiba.
Kerusuhan massa di kota pertambangan Jerada yang berdekatan bahkan lebih dahsyat lagi, menewaskan 39 orang. Pada akhirnya, kerusuhan ini menewaskan total 47 orang Yahudi dan 1 orang Prancis.
Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
Liga Hak Asasi Manusia dan Kewarganegaraan Prancis menyalahkan pemerintah kolonial Prancis atas longgarnya kontrol mereka di wilayah tersebut. Pengadilan militer Prancis mengadili 35 orang atas keterlibatan mereka dalam pogrom tersebut. Dua orang dijatuhi hukuman mati, dua lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dan 31 sisanya dijatuhi hukuman penjara yang lebih ringan.
Ketika identitas nasional Muslim Arab menjadi kendaraan perlawanan anti-kolonial di Maroko, kekerasan di Oujda dan Jerada menunjukkan bagaimana orang Yahudi, khususnya setelah berdirinya Negara Israel, dikucilkan dari nasionalisme Maroko. Meskipun populasi Amazigh di Maroko dapat dianggap sebagai Muslim, orang-orang Yahudi semakin dikucilkan dari negara Maroko.
Emigrasi orang Yahudi dari Maroko ke Israel pun tak terelakkan dan terjadi dengan cepat setelah kejadian tersebut, di mana 18.000 orang Yahudi Maroko berangkat ke Israel pada tahun berikutnya, dan 110.000 dari total 250.000 orang Yahudi di Maroko berangkat antara tahun 1948 dan 1956.
Kerusuhan ini memperburuk hubungan antara komunitas Yahudi dan Arab di Maroko, dan menjadi bagian dari sejarah panjang ketegangan etnis dan agama di wilayah tersebut.
Kerusuhan Oudja dan Jerada pada 7 Juni 1948 mencerminkan dampak dari dinamika politik internasional terhadap hubungan antar komunitas lokal. Insiden ini adalah salah satu dari banyak contoh bagaimana konflik di satu bagian dunia dapat mempengaruhi masyarakat di bagian lain, terutama dalam konteks hubungan Yahudi-Arab yang kompleks.