Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Perbedaan Agnostik dan Ateis, Ketahui Dulu Pengertiannya

Mengenal Perbedaan Agnostik dan Ateis, Ketahui Dulu Pengertiannya Ilustrasi ateis. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Perdebatan mengenai agama dan ketuhanan seolah tak ada habisnya. Berdampingan dengan ragam agama yang ada di dunia terdapat paham yang disebut dengan agnostik dan ateis. Saat sedang membaca atau berbincang dan mendapati kata "agnostik" atau "ateisme", Anda mungkin bertanya-tanya dalam hati tentang apa pengertian dan perbedaan dari kedua kata tersebut.

Istilah-istilah ini sering salah digabungkan atau diperlakukan sebagai sinonim. Faktanya, kedua hal ini sebenarnya menunjukkan pandangan dunia atau sistem pemahaman yang berbeda, dan tidak boleh disalahartikan. Bahkan, bagi orang yang tidak religius atau tidak mengikuti kepercayaan tradisional, mereka masih suka memberi label pada diri mereka sendiri.

Hal itu adalah bagian dari sifat manusia. Manusia senang melabeli dirinya untuk segala sesuatu, seperti contoh, "saya vegan", "saya orang blasteran", dan lain sebagainya. Terdapat dua label yang sering digunakan orang secara bergantian untuk menggambarkan apa yang mereka yakini atau tidak yakini, yaitu "ateisme" dan "agnostisisme".

Namun, menggunakannya secara bergantian adalah salah. Jika Anda tidak mengikuti agama tradisional, atau jika Anda kesulitan mengidentifikasi apa yang sedang Anda yakini, akan lebih baik dan bijaksana untuk mempelajari dulu arti sebenarnya dari masing-masing istilah ini. Setelah itu, barulah pilih salah satunya untuk disematkan pada diri.

Dalam artikel berikut, perbedaan-perbedaan ini akan dibahas lebih rinci, berfungsi untuk mendidik pembaca dan memperjelas konsep mengenai pengertian dan perbedaan agnostik serta ateis.

Mengenal Apa Itu Agnostik

Melansir dari Stanford Encyclopedia of Philosophy, istilah "agnostik" dan "agnostisisme" diciptakan pada akhir abad kesembilan belas oleh ahli biologi Inggris, T.H. Huxley. Huxley mengatakan bahwa dia menemukan kata "Agnostik" untuk menunjukkan orang-orang yang, seperti [dirinya], mengaku sangat tidak peduli tentang berbagai hal, yang di dalamnya para ahli metafisika dan teolog, baik ortodoks maupun heterodoks, melakukan dogmatisasi dengan sangat yakin termasuk tentang keberadaan Tuhan.

Namun, Huxley tidak mendefinisikan "agnostisisme" hanya sebagai keadaan agnostik. Sebaliknya, dia sering menggunakan istilah itu untuk merujuk pada prinsip epistemologis normatif, sesuatu yang mirip dengan apa yang sekarang disebut sebagai "pembuktian".

Secara kasar, prinsip Huxley mengatakan bahwa adalah hal yang salah untuk mengatakan bahwa seseorang mengetahui atau percaya bahwa suatu proposisi adalah benar tanpa bukti yang memuaskan secara logis (Huxley 1884 dan 1889).

Tetapi, penerapan prinsip ini oleh Huxley pada kepercayaan teistik dan ateistik-lah yang pada akhirnya memiliki pengaruh terbesar pada arti istilah tersebut. Dia berargumen bahwa, karena tidak satu pun dari kepercayaan tersebut yang cukup didukung oleh bukti, manusia harus menangguhkan penilaian tentang masalah apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Secara terminologi agnostik adalah orang yang memiliki pandangan bahwa ada atau tidaknya Tuhan adalah hal yang tidak dapat diketahui. Agnostisisme tidak menyangkal keberadaan Tuhan secara mutlak. Mereka beranggapan bahwa keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dinalar oleh akal manusia, dan konsekuensinya adalah keberadaan Tuhan tidak dapat diketahui dengan cara apapun.

Mengenal Apa Itu Ateis

Ateisme biasanya didefinisikan dalam istilah "teisme". Teisme paling baik dipahami sebagai proposisi atau sesuatu yang benar atau salah. Istilah ini sering didefinisikan sebagai keyakinan bahwa Tuhan itu ada, di mana "keyakinan" yang dimaksud di sini berarti "sesuatu yang dipercaya".

Hal ini mengacu pada isi proposisional dari keyakinan, bukan pada sikap atau keadaan psikologis dari percaya. Namun, jika "ateisme" didefinisikan dalam istilah teisme dan teisme adalah proposisi bahwa Tuhan itu ada dan bukan kondisi psikologis untuk percaya bahwa ada Tuhan, maka ateisme bukanlah ketiadaan kondisi psikologis untuk percaya bahwa Tuhan itu ada.

"A-" dalam "ateisme" harus dipahami sebagai negasi, bukan ketiadaan, sebagai "tidak", bukan "tanpa". Oleh karena itu, setidaknya dalam filsafat, ateisme harus ditafsirkan sebagai proposisi bahwa Tuhan tidak ada (atau, lebih luas lagi, proposisi bahwa tidak ada tuhan).

Definisi ini memiliki tambahan keutamaan yaitu menjadikan ateisme sebagai jawaban langsung untuk salah satu pertanyaan metafisik terpenting dalam filsafat agama, yaitu, "Adakah Tuhan?".

Hanya ada dua kemungkinan jawaban langsung untuk pertanyaan ini, yaitu "ya", yang merupakan teisme, dan "tidak", yang merupakan ateisme. Jawaban seperti "Saya tidak tahu", "tidak ada yang tahu", "Saya tidak peduli", "jawaban afirmatif tidak pernah dibuat", atau "pertanyaan ini tidak ada artinya" bukanlah jawaban langsung untuk pertanyaan ini.

Atheisme mendefinisikan secara luas bahwasanya kepercayaan adanya tuhan maupun dewa adalah tidak nyata. Ateis dan teis lebih berimplikasi pada sikap dan tindakan. Atheisme adalah paham yang menyangkal sama sekali keberadaan Tuhan karena tidak dapt dibuktikan secara empiris ataupun logis akan keberadaan-Nya.

Perbedaan Agnostik dan Ateis

Setelah mengetahui definisi dari masing-masing istilah, kini saatnya membuat kesimpulan mengenai perbedaan agnostik dan ateis. Disebutkan sebelumnya bahwa agnostik adalah pandangan atau kepercayaan mengenai ketidaktahuan akan keberadaan Tuhan. Ada atau tidaknya Tuhan merupakan sesuatu yang tidak bisa diketahui. Kaum agnostik lebih percaya bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar dari Tuhan dan dapat dibuktikan secara ilmiah, yaitu alam semesta.

Sementara itu, ateis lebih mengacu kepada tindakan dari pandangan yang dilontarkan oleh agnostisisme. Kaum ateis sendiri terbagi atas dua, yakni ateis gnostik dan ateis agnostik. Ateis gnostik tidak memercayai Tuhan dan bisa membuktikan pandangan ini. Ateis agnostik, di satu sisi, adalah golongan orang yang tidak percaya akan adanya uhan namun tidak dapat membuktikannya.

Untuk itu, jelaslah sudah apa perbedaan dari kedua istilah ini. Secara singkat, agnostik adalah pandangan yang percaya akan adanya Tuhan jika mereka dapat membuktikannya secara ilmiah, sedangkan ateis adalah pandangan yang tidak percaya akan adanya Tuhan dan menolak keberadaan Tuhan. Karena bagi kaum ateis, keberadaan manusia dan alam semesta adalah suatu proses alamiah yang terjadi dalam waktu yang sangat panjang. (mdk/edl)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenis Ideologi Lain yang Ada di Dunia dan Penjelasannya, Menarik Dipelajari
Jenis Ideologi Lain yang Ada di Dunia dan Penjelasannya, Menarik Dipelajari

Ada begitu banyak jenis ideologi yang menjadi landasan negara-negara di dunia. Apa saja?

Baca Selengkapnya
Ini Ungkapan Ilmuwan Terkenal dari Galileo hingga Charles Darwin tentang Keberadaan Tuhan
Ini Ungkapan Ilmuwan Terkenal dari Galileo hingga Charles Darwin tentang Keberadaan Tuhan

Masing-masing ilmuwan punya pandangan sendiri soal ini. Berikut ungkapannya.

Baca Selengkapnya
Daftar Ilmuwan yang Lebih Percaya Sains daripada Keberadaan Tuhan
Daftar Ilmuwan yang Lebih Percaya Sains daripada Keberadaan Tuhan

Berikut adalah deretan ilmuwan yang memilih atheis dalam menjalani hidupnya.

Baca Selengkapnya
230 Kata Antonim dan Sinonim dalam Bahasa Indonesia, Pahami Perbedaannya Agar Tak Salah
230 Kata Antonim dan Sinonim dalam Bahasa Indonesia, Pahami Perbedaannya Agar Tak Salah

Berikut kumpulan kata antonim dan sinonim dalam Bahasa Indonesia yang perlu dipahami oleh pelajar.

Baca Selengkapnya
250 Kata Antonim Bahasa Inggris Beserta Artinya, Catat Jangan Sampai Salah
250 Kata Antonim Bahasa Inggris Beserta Artinya, Catat Jangan Sampai Salah

Berikut kumpulan kata antonim Bahasa Inggris beserta artinya.

Baca Selengkapnya
Macam-Macam Ideologi dan Penjelasannya, Perlu Diketahui
Macam-Macam Ideologi dan Penjelasannya, Perlu Diketahui

Ideologi adalah sebuah sistem keyakinan yang akan memandu perilaku dan tindakan sosial.

Baca Selengkapnya
Memahami Filosofi, Aliran, dan Pengaruhnya pada Cara Berpikir
Memahami Filosofi, Aliran, dan Pengaruhnya pada Cara Berpikir

Filosofi berbeda dari ilmu pengetahuan dalam cara ia mendekati pertanyaan-pertanyaan ini melalui alasan logis dan kritis.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air

Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia

Baca Selengkapnya
Kata Sifat adalah Kata yang Menyatakan Suatu Keadaan, Berikut Contohnya
Kata Sifat adalah Kata yang Menyatakan Suatu Keadaan, Berikut Contohnya

Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.

Baca Selengkapnya