Penyebab Pup Kucing Berlendir, Bisa Jadi Tanda Penyakit
Kesehatan seekor kucing bisa diidentifikasi dari konsistensi dan tampilan kotorannya, lho!
Kesehatan seekor kucing bisa diidentifikasi dari konsistensi dan tampilan kotorannya, lho!
Penyebab Pup Kucing Berlendir, Bisa Jadi Tanda Penyakit
Meski terdengar tidak menarik dan tidak menyenangkan untuk dilakukan, mengawasi kotoran kucing Anda dapat memberikan pandangan penting bagi kondisi kesehatannya. Dengan mengetahui seperti apa seharusnya kotoran kucing yang sehat, Anda dapat segera mendeteksi saat ada sesuatu yang tidak beres dengan kucing peliharaan Anda dan mencari tahu apa yang harus dilakukan.
Sama seperti manusia, kotoran kucing bisa menjadi prediktor hal-hal penting yang terjadi di dalam tubuhnya. Misalnya, kucing dengan kotoran abnormal mungkin menderita gangguan pencernaan atau penyakit hati atau ginjal, menurut Dr. Alan Schwartz dari Compassion Veterinary Health Center di Poughkeepsie, New York.Sering kali, ketika kucing mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit ginjal, mereka mengalami dehidrasi yang menyebabkan tinja mengeras. Kondisi ini dapat menyebabkan sembelit. Meski demikian sembelit juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, termasuk hal lain yang menyebabkan dehidrasi, penyumbatan usus, kotak kotoran yang kotor, tidak aktif, gangguan neurologis, buang air besar yang menyakitkan, dan penggunaan beberapa jenis obat.
Sementara itu, diare atau ouo berlendir juga dapat mengindikasikan gangguan usus dan peradangan pada kucing. Kondisi ini bisa disebabkan oleh apa saja, mulai dari cacing hingga hal-hal yang tersangkut di usus dan banyak masalah potensial lainnya.
Untuk itu, penting bagi Anda untuk rutin mengecek dan mengevaluasi kotoran kucing peliharaan demi kesehatan mereka. Lantas, apa penyebab pup kucing berlendir? Berikut selengkapnya, dilansir dari petmd.com dan vcahospitals.com.
-
Apa yang menyebabkan penyakit kudis pada kucing? Salah satu penyakit kulit yang umum menyerang kucing adalah kudis, sebuah penyakit radang kulit yang disebabkan oleh berbagai jenis tungau. Tungau ini dapat menggali ke dalam kulit dan bulu kucing, menyebabkan garukan berlebihan, pembengkakan, rambut rontok, dan bahkan keropeng.
-
Apa penyebab bau mulut pada kucing? Bau mulut pada kucing bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk gangguan ginjal dan penyakit gigi.
-
Apa penyebab jerawat pada kucing? Beberapa faktor seperti kecemasan, pola makan yang tidak seimbang, serta perubahan lingkungan dapat menjadi penyebab jerawat pada hewan peliharaan.
-
Apa ciri kucing cacingan? Ciri-ciri kucing cacingan dapat bervariasi tergantung pada jenis cacing dan tingkat infeksi. Namun, ada beberapa tanda yang harus perhatikan: 1. Tidak Selera Makan: Kucing cacingan umumnya tidak memiliki selera makan yang baik. Kandungan cacing dalam perut kucing dapat membuatnya tidak nyaman dan bahkan menyebabkan sakit perut atau radang selaput usus.
-
Penyakit apa yang bisa kucing tularkan ke manusia? Penyakit-penyakit ini dapat menimbulkan berbagai gejala dan komplikasi kesehatan yang serius.
-
Kenapa kucing bisa flu? Flu pada kucing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: Virus Herpes Kucing (FHV-1): Virus ini menyebar melalui air liur atau ingus kucing yang sakit, makanan atau minuman yang terkontaminasi virus, dan peralatan makan yang jarang dibersihkan. Feline Calicivirus: Virus ini juga menular melalui air liur atau ingus kucing yang sakit dan peralatan makan yang tidak bersih. 2. Alergi dan Iritasi HidungKucing juga dapat mengalami pilek akibat alergi atau iritasi. Penyebab alergi bisa bermacam-macam, termasuk debu, serangga, kutu, makanan tertentu, asap rokok, atau parfum. 3. Benda Asing dalam HidungKucing yang penasaran dengan lingkungan sekitarnya bisa menelan atau menghirup benda asing, seperti benang atau rumput, yang dapat menyebabkan pilek.
Penyebab Pup Kucing Berlendir
Diare atau pup berlendir kerap terjadi pada kucing dan ada banyak faktor penyebabnya. Pemilik kucing harus memahami bahwa pup kucing berlendir bukanlah penyakit, melainkan gejala dari berbagai penyakit. Ini adalah gejala non-spesifik yang berarti bahwa diare adalah umum dan biasanya disertai dengan tanda-tanda klinis lain.Penyebab pup kucing berlendir yang paling umum adalah perubahan makanan. Namun, tak menutup kemungkinan faktor lain seperti virus, bakteri, atau bahkan kanker dapat menjadi penyebab kucing mencret. Berikut penyebab pup kucing berlendir:
1. Mengonsumsi Makanan Berkualitas Rendah
Penyebab pup kucing berlendir yang pertama adalah karena kualitas makanannya yang rendah. Banyak makanan hewan peliharaan komersial merupakan bahan yang tidak memasuki rantai makanan manusia. Ini masuk akal bagi beberapa pemilik hewan peliharaan sampai Anda mulai mempertimbangkan apa sebenarnya bahan-bahan ini.
Makanan kucing dapat mengandung bahan-bahan seperti bulu burung dan paruh, kulit binatang, kuku, mata, dan kepala. Bahan-bahan ini, yang merupakan sumber protein, diproses untuk menghilangkan bakteri berbahaya sebelum ditambahkan ke makanan hewan peliharaan. Namun, mereka mungkin mengganggu perut kucing.
Disarankan untuk mencari makanan kucing yang sama higienisnya seperti makanan manusia. Ini sangat baik jika kucing memiliki perut yang lemah atau mengalami masalah pencernaan. Namun, perlu diketahui bahwa makanan kucing tingkat manusia belum tentu lengkap atau seimbang. Cari makanan kucing tingkat manusia yang memiliki label AAFCO yang memverifikasi bahwa makanan tersebut memenuhi persyaratan gizi minimal untuk kucing. 2. Intoleransi Makanan dan Alergi Makanan
Penyebab pup kucing berlendir yang kedua adalah intoleransi atau alergi makanan. Intoleransi makanan dan alergi makanan juga dapat menyebabkan diare pada kucing. Pemilik hewan peliharaan mungkin tidak menyadari bahwa seperti halnya manusia, kucing dapat mengembangkan alergi.
Dalam banyak kasus, intoleransi makanan dan alergi makanan merupakan akar dari diare kronis, yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Menariknya, alergi pada kucing bisa berkembang ketika kucing diberi makan makanan yang sama terlalu lama. 3. Mengonsumsi Susu
Banyak foto dan video menggemaskan anak kucing mungil yang menjilat susu dari mangkuk mereka. Bahkan, sebagian besar mamalia menyukai susu saat ditawarkan.
Namun, susu harus dari spesies yang sama. Kucing tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk memecah gula susu yang ditemukan dalam susu sapi. Memberi makan kucing susu hewan lain, membuat mereka berisiko tinggi mengalami masalah saluran pencernaan sekunder seperti muntah dan diare.
4. Mengonsumsi Makanan Busuk
Beberapa kucing akan memakan apa saja yang bisa mereka temui. Jika kucing masuk ke tempat sampah dan makan makanan busuk, kemungkinan kucing akan mengalami diare, pup berlendir, dan muntah sesaat setelahnya.
Untungnya, diare akut ini biasanya sembuh dengan cepat dan mudah dicegah. Menjaga makanan busuk dan barang-barang yang tidak bisa dimakan lainnya di luar jangkauan kucing adalah cara mudah untuk memastikan bahwa sistem pencernaan kucing tetap sehat.
5. Infeksi Bakteri atau Virus
Selain makanan, ada banyak alasan mengapa pup kucing berlendir dan menderita mencret, termasuk infeksi bakteri dan virus. Orang-orang sering menyebut infeksi ini sebagai masalah perut sederhana. Pada kucing, infeksi tersebut berpotensi jauh dari sederhana.
Infeksi bakteri dan virus pada saluran pencernaan dapat menyebabkan kucing mengalami diare dan muntah yang parah, yang keduanya dapat menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi yang ekstrem. Diare akut sering merupakan indikator kelebihan bakteri di usus kecil kucing.
Meskipun beberapa infeksi bakteri dapat sembuh sendiri dalam waktu sekitar satu minggu, Anda harus mengawasi kucing dan mencari perawatan hewan jika perlu. Infeksi pencernaan lainnya hanya akan sembuh dengan obat yang sesuai, seperti antibiotik.
6. ParasitPup kucing berlendir juga merupakan gejala parasit usus, yang masuk ke tubuh kucing dan saluran usus melalui kotoran yang terinfeksi dan air yang terkontaminasi dan sumber makanan. Meskipun diare karena parasit usus biasanya akut dan berlangsung singkat, kerusakannya bisa sangat parah jika diare diobati dengan tidak tepat.
Gejala infeksi parasit internal, termasuk muntah, anemia, dan diare, dapat membuat kucing lebih rentan terhadap infeksi lain. Anak kucing sangat rentan terhadap parasit usus, membuat pencegahan sangat penting. 7. Penyakit Ginjal atau Hati
Organ detoksifikasi ini sangat penting untuk kesehatan kucing. Ketika ada sesuatu yang salah dengan hati atau ginjal, diare mungkin menjadi salah satu gejala pertama yang berkembang. Namun, dokter hewan tidak akan dapat mendiagnosis disfungsi hati atau ginjal hanya dengan adanya diare.
Tes-tes lain harus dilakukan untuk memeriksa fungsi hati dan ginjal. Dengan penyakit ginjal atau hati, diagnosis yang tepat waktu sangat penting untuk memperlambat, atau bahkan menghentikan, perkembangan penyakit.
Cara Cek Kotoran Kucing untuk Tahu Kondisi Kesehatannya
1. Frekuensi Buang Air Besar pada KucingSebagian besar kucing buang air besar sebanyak sekali sehari. Namun, seiring bertambahnya usia kucing, frekuensi buang air besar ini dapat menurun. Beberapa kucing bahkan ada yang buang air dua hari sekali.
Tetapi jika kucing Anda telah lebih dari dua hari tidak mengeluarkan kotoran, sebaiknya segera hubungi dokter hewan. Ketika kucing mengalami konstipasi, mereka akan mengejan atau membutuhkan waktu yang sangat lama untuk buang air, atau seringkali berada di kotak pasirnya tanpa berhasil mengeluarkan kotoran. Di sisi lain, terlalu banyak kotoran kucing juga bisa menunjukkan ada sesuatu yang salah. Jika kucing Anda secara konsisten buang air besar lebih dari dua kali sehari, Anda harus berkonsultasi dengan dokter hewan.
2. Warna Kotoran Kucing
Dalam keadaan normal, kotoran kucing berwarna cokelat tua. Hitam konsisten dengan darah yang dicerna dalam kotoran, terutama jika mengkilap dan terlihat seperti aspal. Tan atau coklat muda bisa menjadi indikasi masalah hati atau pankreas, tetapi diet tinggi serat juga akan menghasilkan kotoran kucing yang berwarna lebih terang. Jika Anda melihat darah di kotoran kucing Anda, buatlah janji untuk menemui dokter hewan karena itu bisa menjadi tanda masalah yang berpotensi serius dan menyediakan rute bagi bakteri untuk memasuki aliran darah kucing. Anda juga harus menghubungi dokter hewan jika melihat lendir di kotoran kucing.
Kotoran kucing seharusnya tidak memiliki lapisan apa pun. Jika Anda menemukan lapisan pada tinja, hal tersebut bisa menjadi indikasi kolitis.
Konsistensi dan Isi Kotoran Kucing
Untuk mengetahui seperti apa kotoran kucing yang cair atau keras. Pertama-tama Anda harus mengetahui seperti apa kotoran kucing yang teratur dan sehat. Kotoran yang ideal harus keras atau padat, dan berbentuk seperti batang kayu, bongkahan, atau kombinasi keduanya.Perlu diingat bahwa nenek moyang kucing domestik adalah makhluk yang tinggal di gurun. Dengan demikian, usus besar mereka sangat efektif menghilangkan kelembapan dari tinja, yang berarti normal jika tinja mereka keras. Apa pun yang tidak terbentuk (yaitu, tinja kental atau lunak) dianggap diare dan harus dievaluasi. Penting untuk mengawasi konsistensi kotoran kucing Anda, terutama karena kucing rentan terhadap penyakit radang usus, yang merupakan penyebab diare yang relatif umum.
Rambut atau bulu adalah benda yang paling umum terlihat dalam kotoran kucing, dan jika tidak berlebihan, maka ini benar-benar normal. Jika Anda menemukan banyak bulu di kotoran kucing, itu bisa menjadi indikasi bahwa kucing tersebut terlalu banyak melakukan grooming, yang dapat dikaitkan dengan kecemasan, kulit gatal, atau penyakit yang menyebabkan kerontokan berlebihan.
Cacing pita juga dapat terlihat di kotoran kucing. Cacing ini mengkilat, putih, dan seukuran beras. Sebagian besar parasit usus lainnya tidak terlihat dalam tinja. Hal lain yang harus diperhatikan termasuk potongan mainan kucing atau barang-barang rumah tangga lainnya, seperti benang.
Beberapa kucing adalah pengunyah, dan jika Anda melihat hal-hal seperti ini di kotoran kucing, Anda benar-benar harus menjauhkan barang-barang itu dari jangkauan kucing, karena mereka berpotensi menyebabkan penyumbatan. Jika Anda melihat salah satu dari benda-benda ini di kotoran kucing, buatlah janji dengan dokter hewan.