Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Joris Lilimau

Profil Joris Lilimau | Merdeka.com

Joris Lilimau adalah pahlawan pendidikan bagi suku yang tinggal di kawasan hutan Taman Nasional Manusela, Kabutan Maluku Tengah, Maluku. Ia disebut demikian karena telah bekerja tanpa lelah dan tanpa putus asa untuk membangun pendidikan di tempat yang mayoritas penduduknya terbiasa menghabiskan hari-harinya dengan berburu atau bekerja di ladang sejak ratusan tahun lalu.

Menurut masyarakat sekitar, pendidikan bukan merupakan hal penting. Dengan tantangan tersebut, Joris tidak patah arang dalam merintis sekolah darurat di wilayah tersebut meskipun setelah dua tahun berlalu dan tak ada seorang siswa yang mau datang ke sekolahnya.

Bangunan sekolah darurat yang dibuatnya hanya beratap sirap dan berdinding batang kayu. Masyarakat Hoaulu secara gotong royong membangunnya selama enam bulan. Namun sangat disayangkan, kesadaran dan semangat tersebut tidak dibarengi kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka.

Rasa kasihannya atas kondisi suku ini membuatnya meninggalkan zona kenyamanannya sebagai guru. Ia tetap merintis sekolah darurat agar mereka bisa membaca dan menulis serta tidak perlu menempuh perjalanan menembus hutan dan Sungai Oni yang memakan waktu tempuh 3 jam untuk sampai ke sekolah terdekat.

Tekad kuat yang dimiliki Joris membuatnya tetap sabar. Ia memiliki ide dengan cara mendatangi warga satu per satu dan menjelaskan pentingnya pendidikan. Hal ini dilakukan agar anak-anak tertarik untuk ke sekolah. Ia memberikan kue atau permen secara cuma-cuma. Selama dua bulan, hal itu kerap dilakukan Joris.

Usahanya tak sia-sia. Saat ini para murid justru datang ke sekolah jauh lebih cepat dari para gurunya.Tidak hanya anak-anak, remaja usia 14-16 tahun pun datang menyambangi sekolah Joris. Ia sama sekali tak mempermasalahkan perbedaan umur tersebut. Baginya membuat mereka bisa membaca dan menulis agar tidak tertinggal jauh lebih penting daripada harus memusingkan soal perbedaan umur tersebut.

Dalam mengajar, ia hanya bermodalkan 10 buku pelajaran pemberian murid dan guru dari SD di Rumah Sokat, Seram Utara, tempat dia mengajar sebelumnya. Demi kemajuan dan masa depan suku Hoaulu, usaha Joris tidak berhenti sampai di situ saja, ia berupaya mendatangi pejabat Dinas Pendidikan dan DPRD Kabupaten Maluku Tengah dengan menempuh perjalanan sejauh 140 kilometer dan memakan waktu lima jam dengan mengendarai sepeda motor.

Dalam waktu setahun, tepatnya di bulan April 2009, akhirnya sekolah darurat itu diakui oleh pemerintah. Pada September 2009, pemerintah memberikan bantuan berupa uang untuk pembangunan dua ruang kelas di Hoaulu. Seorang guru honorer yang bernama Mike Lilimau (21), juga dikirimkan untuk membantunya mengajar.

Dengan uang pribadinya, Joris mengeluarkan uang sebesar Rp 300.000 untuk membeli dua papan tulis dengan spidol untuk keperluan dua kelas di SD Kecil Hoaulu itu. Dengan kondisi dan sarana penunjang seadanya, Joris terus tak pernah putus asa membuat sekolah ini bisa tetap berjalan. Hasilnya, sebagian warga Hoaulu mulai bisa membaca, menulis dan menghitung.

Riset dan analisa oleh Bobby Reza S.

Profil

  • Nama Lengkap

    Joris Lilimau

  • Alias

    Joris

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Kanike, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

  • Tanggal Lahir

    1961-11-10

  • Zodiak

    Scorpion

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Joris Lilimau adalah pahlawan pendidikan bagi suku yang tinggal di kawasan hutan Taman Nasional Manusela, Kabutan Maluku Tengah, Maluku. Ia disebut demikian karena telah bekerja tanpa lelah dan tanpa putus asa untuk membangun pendidikan di tempat yang mayoritas penduduknya terbiasa menghabiskan hari-harinya dengan berburu atau bekerja di ladang sejak ratusan tahun lalu.

    Menurut masyarakat sekitar, pendidikan bukan merupakan hal penting. Dengan tantangan tersebut, Joris tidak patah arang dalam merintis sekolah darurat di wilayah tersebut meskipun setelah dua tahun berlalu dan tak ada seorang siswa yang mau datang ke sekolahnya.

    Bangunan sekolah darurat yang dibuatnya hanya beratap sirap dan berdinding batang kayu. Masyarakat Hoaulu secara gotong royong membangunnya selama enam bulan. Namun sangat disayangkan, kesadaran dan semangat tersebut tidak dibarengi kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka.

    Rasa kasihannya atas kondisi suku ini membuatnya meninggalkan zona kenyamanannya sebagai guru. Ia tetap merintis sekolah darurat agar mereka bisa membaca dan menulis serta tidak perlu menempuh perjalanan menembus hutan dan Sungai Oni yang memakan waktu tempuh 3 jam untuk sampai ke sekolah terdekat.

    Tekad kuat yang dimiliki Joris membuatnya tetap sabar. Ia memiliki ide dengan cara mendatangi warga satu per satu dan menjelaskan pentingnya pendidikan. Hal ini dilakukan agar anak-anak tertarik untuk ke sekolah. Ia memberikan kue atau permen secara cuma-cuma. Selama dua bulan, hal itu kerap dilakukan Joris.

    Usahanya tak sia-sia. Saat ini para murid justru datang ke sekolah jauh lebih cepat dari para gurunya.Tidak hanya anak-anak, remaja usia 14-16 tahun pun datang menyambangi sekolah Joris. Ia sama sekali tak mempermasalahkan perbedaan umur tersebut. Baginya membuat mereka bisa membaca dan menulis agar tidak tertinggal jauh lebih penting daripada harus memusingkan soal perbedaan umur tersebut.

    Dalam mengajar, ia hanya bermodalkan 10 buku pelajaran pemberian murid dan guru dari SD di Rumah Sokat, Seram Utara, tempat dia mengajar sebelumnya. Demi kemajuan dan masa depan suku Hoaulu, usaha Joris tidak berhenti sampai di situ saja, ia berupaya mendatangi pejabat Dinas Pendidikan dan DPRD Kabupaten Maluku Tengah dengan menempuh perjalanan sejauh 140 kilometer dan memakan waktu lima jam dengan mengendarai sepeda motor.

    Dalam waktu setahun, tepatnya di bulan April 2009, akhirnya sekolah darurat itu diakui oleh pemerintah. Pada September 2009, pemerintah memberikan bantuan berupa uang untuk pembangunan dua ruang kelas di Hoaulu. Seorang guru honorer yang bernama Mike Lilimau (21), juga dikirimkan untuk membantunya mengajar.

    Dengan uang pribadinya, Joris mengeluarkan uang sebesar Rp 300.000 untuk membeli dua papan tulis dengan spidol untuk keperluan dua kelas di SD Kecil Hoaulu itu. Dengan kondisi dan sarana penunjang seadanya, Joris terus tak pernah putus asa membuat sekolah ini bisa tetap berjalan. Hasilnya, sebagian warga Hoaulu mulai bisa membaca, menulis dan menghitung.

    Riset dan analisa oleh Bobby Reza S.

  • Pendidikan

    • Sekolah Pendidikan Guru Ambon

  • Karir

    • Guru di SD Kanike, Seram Utara, 1984-1988
    • Guru di SD Kobisonta, Seram Utara, 1988-1994
    • Guru di SD Rumah Sokat, Seram Utara, 1994-2008
    • Guru di SD Kecil Hoaulu, Seram Utara

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya