Akhir pelarian, makan kenyang lalu jilati luka tanpa diobati
Merdeka.com - "Komandan tolong selamatkan nyawa saya," begitu Timong memelas dan memohon sambil membekap Komandan Brigadir Mobil berpangkat kapten saat menangkap dirinya di daratan Kali Muncang, Cilacap. Saat itu Timong telah sampai di tempat pelarian terakhir usah berhari-hari menembus belantara hutan Nusakambangan dan menyeberang Laut Cilacap, Jawa Tengah.
Komandan itu lantas memberi instruksi untuk tidak melakukan penembakan terhadap Timong dan dua temannya, Amri dan Budi. "Sudah kalian menyerah saja," kata Komandan Brimob memimpin penangkapan melalui pengeras suara saat itu.
Timong memilih mendekati pasukan tentara dan Brigadir Mobil saat dikepung di Kali Muncang. Dia tak mau mati menjadi bulan-bulanan warga yang sudah mengepungnya dari atas bukit. "Saya pilih mendekati tentara untuk menyerahkan diri, daripada saya mati oleh warga," katanya mengenang.
-
Kenapa Theodore Gomgom pilih Brimob? 'Suatu kehormatan bagi saya, sebagai seorang anak bisa berdinas bersama ayah saya di tempat saya dilahirkan, jenderal,' jawab Theodore Gomgom.
-
Apa yang diselamatkan oleh para perwira TNI? Semua kembali ke staf dengan membawa uang untuk pasukan-pasukan dan dinas-dinas untuk melaksanakan secara resmi timbang terima uang itu.
-
Bagaimana Mayjen Panggabean menyelamatkan diri dari bahaya? Panggabean Diinapkan di Sebuah Mess Pabrik Rokok Panggabean merasa sangat berterima kasih pada penjaga mess itu.Apalagi dia dengan sukarela memberikan sebuah kemeja putih untuk pakaian ganti seragam Mayjen Panggabean.
-
Siapa yang memimpin Kopassus di Timor Timur? Kisah ini Disampaikan Jenderal (Purn) Agum Gumelar Saat itu Agum masih berpangkat perwira menengah dan bertugas di Timor Timur tahun 1982. Dia memimpin Komando Pasukan Sandi Yudha (kini Kopassus).
-
Siapa yang menyelamatkan Mayjen Panggabean? Bantuan seseorang menyelamatkan Mayjen Panggabean. Pagi Hari Tanggal 1 Oktober 1965, Situasi Serba Tak Jelas Terjadi penculikan pada para jenderal Angkatan Darat di Jakarta.
-
Siapa yang ditandu? Kondisi Safriani kini tampak membaik. Perempuan 34 tahun yang berprofesi sebagai bidan kampung di Desa Ratte, Kecamatan Tutar, Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini, telah mendapat pertolongan medis di rumah sakit.
Timong, Budi dan Amri berhasil ditangkap dan dibawa menuju kantor Komando Distrik Militer. Di sepanjang perjalanan, Timong dan dua kawannya hanya disuruh berdoa. "Saya ditawari makan, di situ hanya ikan digoreng dan saya diberi dua bungkus rokok," kata Timong.
Bak tubuh tanpa nyawa, Timong berasa dirinya sudah mati. Dia sudah pasrah jika memang harus mati karena ditangkap melarikan diri. Apalagi komandan Brimob yang menangkapnya hanya menyuruh Timong dan dua temannya untuk berdoa supaya selamat. Di atas speedboad saat dibawa menuju kantor Kodim, Timong diberi jamuan makan setelah enam hari tanpa makanan.
"Mong berapa hari di hutan? Kuat juga kamu enam hari tanpa makan," tanya Komandan Kodim. Timong pun menjawab, "Biar setelah itu mati, asal saya kenyang," kata Timong.
Namun nasib baik berpihak kepada Timong. Dia bersama Amri dan Budi ditangkap dalam kondisi hidup. Bahkan di kantor Kodim, Timong di jamu oleh istri komandan Kodim berpangkat kolonel. Dia diberi makanan sebelum akhirnya dibawa untuk dipenjarakan lagi ke Lapas Permisan. "Di situ saya makan enak, saya meminta penangguhan agar ditahan di Kantor Kodim," tuturnya.
Namun Timong tetap harus menjalani sisa hukuman tanpa remisi. Sebelum dipindah ke Lapas Permisan, Timong menjalani hukuman di Lapas Batu. Selama 40 hari Timong menjalani hukuman di penjara isolasi. Di situ juga Timong mendapat siksaan, kaki kirinya dipopor menggunakan gembok besar hingga tulang keringnya terlihat.
Timong mengenang, darah akibat poporan gembok itu mengalir deras hingga mengucur bak air mancur. "Darahnya itu muncrat," katanya sambil menunjukkan luka putih di kaki kirinya.
Timong pun tak diobati. Selama di dalam penjara isolasi, Timong memilih untuk puasa selama 40 hari. Saban hari jatah makanan yang diberikan sipir dia buang ke dalam lobang toilet. Lukanya pun dia obati dengan di jilat. Selama 40 hari, luka itu sembuh. "Saya hanya jilati luka saya tanpa diobati," ujarnya.
Ada kisah menarik di balik pelarian Timong dan narapidana lain dari Nusakambangan. Max Wawaruntu, teman narapidana pelarian dari Lapas Permisan meninggal kelaparan saat lari di hutan lantaran memiliki maag akut. Menurut Timong, jasad Max dikenali temannya lantaran ditemukan hanya tinggal tulang. Tubuh Max dimakan harimau penunggu Pulau Nusakambangan.
Saat kelaparan, Max tertinggal dari rombongan. "Tubuhnya dikenali dari celana jeans yang dia gunakan," kata Timong. Hingga kini dari sisa narapidana pelarian Lapas Nusakambangan, Timong masih sering berkomunikasi dengan temannya, Budi.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kunto Arief dikenal sebagai pemimpin prajurit yang bijak dan menyejahterakan anggotanya di medan perang.
Baca SelengkapnyaBrigadir Andri Sitompul saat ini sudah mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di Desa Teluk Pandak, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo pada September 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaMobil dikemudikan Kapolsek Katingan Hulu tenggelam saat ingin turun ke feri penyeberangan Desa Rantau Asem akibat rem blong.
Baca Selengkapnya