Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bulu tangkis kita terlena dengan kejayaan masa lalu

Bulu tangkis kita terlena dengan kejayaan masa lalu Susi Susanti. ©kapanlagi.com

Merdeka.com - Ingatan kita akan terusik ketika bicara soal cabang olahraga bulu tangkis. Bagaimana tidak, cabang olahraga ini sempat membawa Indonesia tersohor sejagat. Indonesia menjadi negara terpandang yang menjadi tempat bernaungnya pemain-pemain hebat dengan perolehan piala saban kejuaraan. Tapi kalau bicara ini, kebanggaan itu seolah benar-benar hanya masuk buku sejarah.

Sebut saja nama Susi Susanti. Namanya menjadi legenda bulu tangkis di Indonesia. Hingga kini Susi masih menyandang gelar 'Ratu Superseries'. Namanya tak akan habis dimakan zaman. Namun kebanggaan olahraga bulu tangkis kian pudar. Penyebabnya masih tanda tanya. Lalu bagaimana dengan pendapat sang Ratu Superseries?. Kepada merdeka.com, pemilik nama lengkap Fransisca Susi Susanti ini bicara banyak soal dunia bulu tangkis Indonesia.

Dia mengaku sedih dengan kondisi saat ini. Kenapa? Cabang olahraga yang dulu dia bawa sejajar dengan China, Jepang, Denmark dan Korea Selatan kini seolah jalan di tempat. Ketika negara-negara lain berlari, Indonesia notabene negara bulu tangkis malah tergopoh-gopoh buat mendapatkan piala saban kejuaraan. Dulu, olahraga ini sempat ditentang ketika didorong untuk masuk dalam cabang olahraga di Olimpiade. Kini kritikan itu memang tak akan pernah terdengar dari negara Eropa. Alasannya mudah saja, negara-negara yang dulu dipandang sepele dalam bulutangkis kini malah nangkring menjadi juara.

"Bahkan juara dunia saat ini dipegang oleh Marin dari Spanyol. Sebetulnya sesuatu yang luar biasa sekali ya, negara yang belum pernah, kalau dibilang tidak mengenal sekali bulu tangkis," kata Susi saat berbincang dengan merdeka.com melalui seluler kemarin.

Lalu apa faktor penyebab menurunnya prestasi bulu tangkis Indonesia? Berikut pendapat Susi Susanti dalam wawancara khusus lewat sambungan telepon kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com soal Bulutangkis Indonesia.

Apa menjadi faktor olahraga cabang bulu tangkis kian menurun?

Memang gini ya, kalau dibilang merosot sih enggak. Mungkin kalau jalan di tempat iya. Jadi memang dengan masuknya bulu tangkis ke Olimpiade dan membawa dampak yang luar biasa terhadap popularitas itu sendiri. Kalau dulu kan mungkin beberapa negara yang mendominasi bulu tangkis di dunia, seperti Indonesia, China, Denmark, tapi kali ini mungkin sudah merata ke negara-negara yang tidak mengenal bulu tangkis sampai seperti Spanyol, ada Rusia, Polandia bahkan Turki, Israel, Prancis, saat ini justru mereka punya pemain yang luar biasa bahkan juara dunia. Bahkan juara dunia saat ini dipegang oleh Marin dari Spanyol. Sebetulnya sesuatu yang luar biasa sekali ya, negara yang belum pernah, kalau dibilang tidak mengenal sekali bulu tangkis.

Ya mungkin kalau mereka mengenal bulu tangkis pada saat mungkin 1992. Mungkin dari situ mereka baru mengenal. Tapi justru dengan masuknya bulu tangkis dalam Olimpiade memiliki dampak besar sekali terhadap bulu tangkis ke semua negara. Tentunya secara global sangat baik sekali. Bulu tangkis makin dikenal di dunia, sepertinya akan lebih baik bulu tangkis secara keseluruhan. Tapi untuk Indonesia sendiri sebagai negara bulu tangkis, mempunyai prestasi yang luar biasa atau negara bulu tangkis orang mengenalnya. Kalau mengenal Indonesia adalah bulu tangkisnya nomor satu ya. Nah ini justru kurang bagus karena mungkin Indonesia, mungkin kita masyarakat dan pengurus terlena dengan prestasi yang sudah dicapai beberapa era yang lalu. Jadi mereka jalan di tempat, sedangkan negara-negara lain berlari, Indonesia sepertinya sudah gitu-gitu aja. Jadi orang tentunya jalan sudah tersusul, ngelewatin gitu. Orang lain larinya sprint kita cuma jalan-jalan gitu aja, gitu lho.

Artinya ada kesalahan di pengelolaan cabang bulu tangkis?

Boleh dibilang kesalahan sebetulnya tidak salah. Tapi bagaimana kita tuh harus kerja keras lagi tidak hanya begitu-begitu saja. Karena memang kita saat ini banyak sekali pelatih-pelatih Indonesia tersebar di seluruh dunia. Otomatis kan dari pelatihan, program, otomatis kan jadi sama. Sedangkan mereka yang di sana pemainnya lebih ngotot, lebih konsentrasi, lebih semua, ditambah dukungan. Betul-betul luar biasa, jadinya lebih menjadikan bulu tangkis itu lebih berprestasi lagi buat negara mereka.

Untuk Indonesia sendiri, kalau dibilang kita membina betul, tapi mungkin kalau saya bilang, pasti ada, kalau saya bilang mandek tentunya. Bisa jalan di tempat, ada yang kurang. Mungkin dalam pembinaan itu, ya kita juga tidak mau instan, ya dari pemerintah sendiri tentunya juga harus turun tangan juga selain pihak swasta. Kalau yang saya lihat, kita ini kalau dibilang punya orang tua ya, investasi mau jadi pemain tapi setelah mereka mulai naik ke atas banyak sekali dari keluarga kalangan kurang mampu, sehingga banyak yang akhirnya berhenti di tengah jalan. Kesempatan itu juga banyak yang tidak mendapat kesempatan. Sebetulnya pihak swasta yang membina, dari pemerintah justru tidak ada. Dan kita tahu bahwa pembinaan untuk Indonesia kayaknya berjalan dengan sendiri ya.

Ini berbeda dengan dulu ketika anda masih aktif sebagai atlet?

Kalau dibilang berbeda, tidak jauh berbeda, tapi mungkin saat ini zamannya sudah berbeda.

Bagaimana dengan peminat bulu tangkis saat ini?

Sebetulnya banyak sekali tapi mungkin tidak sebanyak dulu ya. Jadi kemarin baru ada kejuaraan Djarum. Djarum kan selalu memberikan audisi bagi atlet-atlet yang berbakat. Nah mungkin peran dari swasta yang saya bilang jauh ya, kalau pemerintah sama sekali, pokoknya dan saat mungkin mau Sea Games, Asean Games atau pun Olimpiade baru kita kan mau prestasi-prestasi tapi enggak mungkin 3 bulan dibina bin salabim jadi juara kan yah. Dan sama sekali, sebetulnya kalau dilihat dari induk organisasi bulu tangkis itu yang paling terus. Kita bisa lihat siapa sih yang mengharumkan nama bulu tangkis, selalu dari bulu tangkis kan tanpa menyepelekan yang lain. Tapi kan kita lihat dari buktinya. Mungkin PBSI itu terbaik dari yang lain, padahal PBSI itu sendiri itu kan benar-benar dengan keterbatasan. Mereka pakai dana sendiri, pemerintah sama sekali tidak ada bantuan.

Banyak orang-orang berpotensi tidak dimunculkan, justru atlet bulu tangkis itu-itu saja yang dimunculkan?

Begini ya, kalau saya melihatnya ada beberapa yang harus dibenahi. Mungkin pembinaan itu harus bertahap, berjenjang. Satu, mungkin kita boleh dibilang mencontoh dulu dimana ada pratama dan utama karena regenerasi ini kan harus terus berkesinambungan, jadi memang dari pemrov, pemkot memang harus aktif ya. Harus aktif untuk menjaring bibit-bibit, menjaring untuk seleksi agar bisa masuk. Di Atlanta sendiri alangkah baiknya juga harus ada jenjangnya juga yang mungkin 14, 15 lalu ada juga 17, ada 18, lalu juga ada yang senior ya. Nah ini kita lihat yang punya prestasi kan, yang setelah itu kan mereka juga harus menyiapkan lagi untuk regenerasi kedua atau ketiga. Mungkin program, planning dan perencanaan itu harus benar-benar matang. Enggak mungkin juga, kalau itu berjalan setahun atau dua tahun jadi.

Dan itu yang sekarang tidak berjalan soal pembinaan atlet-atlet bulu tangkis?

Kalau dibilang berjalan ya, ada yang mulai, ada yang kelihatan. Kita enggak bisa mendapatkan hasil yang instan untuk yang muda-muda. Makanya kenapa kalau dibilang kan kok itu-itu aja. Ya pastinya kalau untuk pasti kita mengandalkan pemain-pemain yang sudah senior, yang sudah ada nama. Kalau pemain yang masih baru-baru masuk alegment itu enggak. Istilahnya jangan dulu lah.

Kesalahan ini artinya ada di pengelolaan cabang bulu tangkis?

Ya kita tidak bisa saling menyalahkan ya, karena itu semua betul-betul terprogram, terencana betul-betul. Harus dikomunikasikan dengan baik dan punya sistem yang rapih. Memang kita selalu berharap inginnya prestasi-prestasi, tapi kan utuk mencapai prestasi itu ada beberapa tahapan, beberapa faktor untuk atlet itu sendiri, termasuk juga atletnya sekarang ini harus mempunyai program jelas lah. Misalnya program untuk jangka pendek apa, untuk yang di Platnas ya. Untuk yang jangka menengah dan jangka panjang apa, itu harus sudah ada.

Tapi selain itu juga harus juga menyiapkan lagi, bibit-bibit yang mungkin untuk generasi selanjutnya. Itu kan di daerah-daerah sudah mulai dipantau siapa yang berpotensi. Jadi memang harus berlapis-lapis dan tentunya program latihannya harus juga ya. Jadi memang benar-benar management dari kepengurusan ini harus lebih baik dan ini menjadi satu tugas cukup berat, tidak hanya pengurus tapi pemainnya juga harus menyadari. Jadi memang banyak banget faktor, kalau kita menilai sih gampang ya, kenapa sih enggak prestasi aja, tapi memang untuk satu juara saja itu luar biasa. Ini menyangkut manusia, menyangkut sifat, menyangkut kebutuhan, menyangkut dari etnis dari manusia itu.

Kemenangan masa lalu menjadi kita makin terbuai?

Bukan masa lalu. Jadi begini kalau kita dibilang pernah juara ini, juara ini, sebetulnya plus-minus. Itu jadi perbandingan juga. Tentunya dengan prestasi yang ada saat ini menjadi pembanding ya. Oh dulu bisa juara, ada minus-nya juga. Tapi dari dulu kita selalu didengung-dengungkan, kan sebagai negara bulu tangkis. Jadi saat ini tentunya kita harus melimpahkan semua prestasi yang ada, tapi kita melihatnya ke depan paling utama. Di samping itu juga kita mau kerja keras lagi, belajar lagi dan tentunya atlet-atletnya juga harus mempunyai karakter dia mau menjadi juara. Punya karakter, punya kemauan, punya semangat begitu.

Artinya membangun nasionalisme itu memang harus ditanamkan?

Harus. Yang paling utama begini, jadi yang paling utamakan dari atletnya dulu. Karena yang menjadi juara kan atletnya. Atlet itu harus, begini ditanya dulu, kamu mau jadi apa, kalau pengen menjadi juara se-Indonesia, jangan. Artinya kan dia punya cita-cita tidak tinggi. Kalau dia punya cita-cita menjadi juara dunia, dia punya kemauan untuk menggapai cita-citanya.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: Menpora Dito Tanggapi Atlet Andalan Badminton Berguguran di Olimpiade 2024
VIDEO: Menpora Dito Tanggapi Atlet Andalan Badminton Berguguran di Olimpiade 2024

Menpora, Dito Ariotedjo menanggapi, kinerja para atlet Olimpiade Indonesia 2024.

Baca Selengkapnya
Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah
Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah

Sejumlah budaya terkait olahraga dan kebugaran yang ada di Indonesia dianggap bisa berdampak buruk pada kondisi secara keseluruhan.

Baca Selengkapnya