Harmoni di Desa Krimun
Merdeka.com - "Jangan sungkan di sini, apa yang dibutuhkan kalau kami sanggup akan kami berikan," kata Wardi, 40 tahun, murid sekaligus Juru Bicara Masyarakat Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu membuka perbincangan dengan merdeka.com, Sabtu pekan kemarin.
Wardi mempersilakan masuk ke dalam bangunan bernama Punden Gunung Krakatau, sebuah tempat yang dijadikan oleh Masyarakat Dayak Indramayu untuk melakukan ritual pujian. Saban Jumat Kliwon mereka melakukan ritual pujian yang dimulai pada malam hari.
Penampilan mereka memang unik, hanya mengenakan celana berwarna hitam putih ditambah aksesoris gelang dan kalung layaknya Suku Dayak di Kalimantan. Namun Masyarakat Dayak Indramayu bukanlah suku etnis dalam terminologi suku bangsa. Melainkan istilah yang diambil berasal dari bahasa-bahasa Jawa. Kebanyakan anggota mereka merupakan orang Jawa.
-
Kenapa Suku Dayak memilih bergabung dengan Indonesia? Rasa nasionalisme yang tertanam dalam diri mereka yang akhirnya membuat mereka memilih bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-
Kenapa orang Jawa dan Sunda sulit bersatu? Mitos orang Jawa menikah dengan Orang Sunda disebut sulit bersatu. Mitos orang jawa menikah dengan orang Sunda sering terdengar di masyarakat.
-
Siapa saja yang mendiami kampung Dayak ini? Masyarakat desa banyak yang merupakan keturunan Dayak dan Tionghoa
-
Contoh akulturasi apa di Jawa Tengah? Adanya rumah-rumah dengan arsitektur nuansa China Kuno yang terdapat di daerah Tembang dan Lasem, Jawa Tengah.
-
Apa saja perbedaan orang Jawa dan Sunda? Orang-orang Jawa dan Sunda di Indonesia memiliki budaya yang berbeda dalam banyak aspek, termasuk dalam hal bahasa, adat istiadat, tradisi, dan kebiasaan sehari-hari.
-
Dimana imigran Jawa membangun komunitas? Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas. Kemudian, para petani Jawa itu mendirikan pemukiman sendiri.
Cikal bakal mereka memang berasal dari Desa Krimun, Blok Tanggul, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kelompok masyarakat yang mendiami bangunan seluas 800 meter per segi di pinggiran aliran air Kementerian Pekerjaan Umum ini memang eksklusif. Meski begitu mereka tetap berbaur dengan warga sekitar yang kebanyakan memiliki keyakinan berbeda.
Bahkan, mereka hidup dalam toleransi antar umat beragama. Ajarannya lebih memercayai kepada alam. Mereka memercayai alam dan wanita sebagai sumber kehidupan.
Jangan heran jika aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci pakaian dan mencari nafkah untuk keluarga dilakukan oleh kaum laki-laki. Menurut Wardi, Dayak Indramayu bukanlah turunan dari Suku Dayak di Kalimantan. Anggota kelompok ini, kata dia, merupakan orang-orang Jawa. "Di sini tidak ada hubungannya dengan Suku Dayak Kalimantan, karena di sini kebanyakan orang-orang Jawa," kata Wardi menegaskan.
Bagi Dayak Indramayu, siapapun boleh mendatangi pendopo. Bahkan mereka sangat senang jika anggotanya bisa membantu dengan sesama. Di Desa Krimun, Dayak Indramayu memang hidup dalam toleransi yang harmoni. Warga sekitar yang tinggal dekat dengan pendopo bebas masuk untuk bermain atau sekadar duduk. Bentuk toleransi itu pun tergambar dalam sebuah bangunan yang dinamai Lebak Keraton Bumi Segandu.
Bangunan beratap bulat mirip kubah masjid itu merupakan tempat untuk menginap bagi siapa saja yang datang ke Dayak Losarang. Bangunan itu, kata Wardi, memiliki filosofi; Lebak yang berati lautan, Kerton berarti tempat sedangkan bentuk bangunan bulat merupakan wujud dari bumi.
Sementara di sisi bangunan terdapat empat pintu yang menggambarkan sisi bumi yang berarti timur, barat, selatan dan utara. "Silakan bagi siapa saja yang datang bisa ibadah di sana sesuai dengan kepercayaan masing-masing," ujar Wardi.
Sebagai bentuk nyata dari ajaran Dayak Indramayu setelah menjalani ritual ngaji rasa, biasanya mereka sering memberikan bantuan kepada warga Desa Krimun yang kesusahan. Bahkan untuk pembangunan masjid, Ki Takmad, kepala Masyarakat Dayak Indramayu tidak sungkan-sungkan untuk mengulurkan bantuan berupa semen. "Bahkan diundang tahlilan pun Pak Takmat datang," ujarnya.
Harmoni kehidupan Dayak Indramayu dengan warga sekitar memang terlihat saling menghormati. Meski pakaian mereka boleh dibilang memiliki keanehan, namun warga sekitar pendopo hidup tanpa batas perbedaan. Karena menurut Wardi, ajaran Dayak Indramayu sejatinya sangat menjunjung tinggi nilai toleransi terhadap sesama.
Bagi mereka yang sudah berkeluarga sangat menjunjung tanggung jawab terhadap keluarganya. Selain itu mereka juga sangat menjaga terhadap kelestarian lingkungan sekitar. "Kami tidak memotong hewan sekecil apapun," tutur Wardi.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang Youtuber membagikan momen ketika dirinya mengunjungi salah satu kampung yang amat menyita perhatian publik, khususnya anak rantau.
Baca SelengkapnyaDi pelosok Pegunungan Serayu Selatan, Kabupaten Banyumas, ada sebuah desa yang mayoritas warganya menganut agama Hindu
Baca SelengkapnyaKepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, 23-24 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaDesa ini dinobatkan sebagai desa Pancasila karena tingkat implementasi Pancasila sangat baik
Baca Selengkapnya