Kasus Risma dan kemandulan PDIP
Merdeka.com - Rasionalitas partai selalu mengedepankan kepentingan partai dan kadernya. Tidak peduli bahwa hal itu bertentangan dengan kecerdasan masyarakat dan kehendak publik. Selama tidak terjadi kasus hukum itu pun setelah jadi terpidana– maka partai akan terus membela kepentingan kader yang diatasnamakan kepentingan partai.
Inilah yang terjadi dengan masalah yang membelit Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani. Ini pula yang menyebabkan partai kehilangan simpati, kehilangan kepercayaan, kehilangan dukungan, dan kehilangan suara dalam pemilu. Kasus ini bisa menjelaskan mengapa PDIP tidak menjadi partai besar di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya.
Wali Kota hebat yang pernah dimiliki negeri ini, Risma mau mundur dari jabatannya. Para elit PDIP menyatakan Risma sedang mendapat tekanan politik. Dengan berkata demikian, seakan-akan masalah utama Risma adalah tekanan politik dari luar, juga dari luar PDIP. Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo menyebut, ada politik adu domba.
-
Kenapa Risma dipuji? Senyum Risma semakin merekah ketika berfoto bersama temannya saat bertemu di acara resepsi. 5 Gayanya pun masih sangat modis, bukan? Kecantikannya selalu membuat Risma mendapatkan pujian
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Bagaimana cara Risma mundur? 'Sampai dengan saat ini, Ibu Risma belum menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Menteri Sosial,' ujar Ari.Sebelumnya, Bakal calon gubernur Jatim Tri Rismaharini atau Risma segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Sosial (Mensos), usai mendaftar Pilkada Jatim ke KPU.
-
Siapa yang mengagumi Rizma? Sontak saja, banyak dari warganet yang menyukai serta mengagumi paras cantik dan sikap ramah Rizma saat mengajar anak didiknya di sekolah.
-
Siapa yang memuji kecantikan Risma? Banyak netizen yang memuji keduanya seperti kakak dan adik. Bukan ibu dan anak. Dipuji netizen awat muda. “Anak muda bgt sih kak,“ tulis salah satu netizen.
Bagi Risma, hasrat mundur itu dipicu oleh masalah sederhana: proses pengajuan dan penetapan wakil wali kota tidak sesuai prosedur. Risma khawatir, jika pengajuan dan penetapan wakil wali kota ini diteruskan, akan menimbulkan masalah politik di belakang hari. Tanpa berkata, Risma ingin pengajuan dan penetapan wali kota diulang. Sikap Risma ini juga didukung oleh fraksi-fraksi di DPRD Surabaya.
Namun di balik alasan yang sederhana itu, sebetulnya warga Surabaya sudah tahu bahwa Risma tidak cocok dengan Whisnu Sakti Buana. Inilah kader PDIP yang diajukan partai untuk menjadi wakil wali kota yang ditinggalkan Bambang DH.
Ketika menjadi wakil ketua DPRD Surabaya, Whisnu menjadi motor penggerak pemberhentian atau pemakzulan Risma. Keputusan ini didukung enam dari tujuh fraksi, termasuk Fraksi PDIP. Banyak alasan yang dipakai. Tetapi warga Surabaya tahu masalah intinya: Risma menaikkan pajak baliho. Padahal banyak anggota Dewan yang memiliki perusahaan baliho, atau setidaknya menjadi beking perusahaan baliho.
Pemakzulan gagal. Selain tidak disetujui Mendagri, tindakan itu juga mendapat perlawanan warga Surabaya. Saat itu elit PDIP Jakarta tidak banyak bersuara, sampai Risma berhasil keluar dari kemelut politik, semata atas dukungan publik.
Kini situasinya berbeda. Elit PDIP kompak menyalahkan menteri dalam negeri dan gubernur Jawa Timur sebagai pihak yang melegalkan proses penetapan wakil wali kota. Memang terdapat kejanggalan proses pengajuan dan penetapan wakil wali kota sebagaimana ditemukan oleh fraksi-fraksi DPRD Surabaya. Beberapa persyaratan administrasi tidak dipenuhi, tapi Whisnu tetap dilantik.
Jika memang itu masalahnya, mengapa PDIP hanya meributkan gubernur Jawa Timur dan mendagri sebagai biang masalah? Mengapa Whisnu tidak dipersalahkan atau dibiarkan mengikuti pelantikan wakil wali kota padahal sudah tahu itu menyalahi prosedur? Mengapa juga PDIP tidak menaruh respek ke Risma, dengan mengikuti kehendaknya agar prosesnya diulang agar sesuai prosedur, baru dilantik?
Tentu saja elit PDIP banyak melakukan kalkulasi politik. Bagi PDIP, Risma bukanlah kadernya. Oleh karena itu membela Risma sama dengan membenamkan Whisnu. Jika itu terjadi Whisnu akan melakukan perlawanan dan dampaknya bisa meluas. Apalagi ini menjelang pemilu, sehingga kenekatan Whisnu bisa diwadahi oleh partai lain.
Apalagi bila menengok ke belakang, sejarah PDIP di Jawa Timur banyak diwarnai oleh pengkhianatan kadernya. Ingat, Kongres Luar Biasa PDI 1993 di Surabaya. Saat itu peserta kongres menghendaki Mega menjadi ketua umum. Tapi dengan memakai Ketua DPD Jawa Timur Latief Pudjosakti, pemerintah menggusur Mega dan menghancurkan PDI.
Situasi dan kondisi yang berbeda tidak membuat berubah kalkulasi. Bagi elit PDIP terlalu kejam mengorbankan Whisnu yang mungkin saja sudah banyak berkorban – termasuk menggelontorkan uang – hanya demi Risma. Dia memang wali kota hebat yang siang malam pikiran dan tenaganya tercurahkan buat warga Surabaya. Tapi dia tidak pernah memikirkan masa depan partai. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasto Kristiyanto membongkar strategi untuk memenangkan pasangan Tri Rismaharini dan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans di Pilkada Jatim.
Baca SelengkapnyaMegawati disebut memberikan pesan khusus pada seluruh kadernya agar memenangkan pasangan Risma- Gus Hans di Jatim.
Baca SelengkapnyaMenurut Said, pengumuman nama Risma menjadi Cagub Jatim akan dilaksanakan besok, Rabu (28/8/2024).
Baca SelengkapnyaKetua DPD PDIP Jatim, Said Abdullah, mengatakan partainya terbuka bila dalam bekerja sama dengan partai lainnya
Baca SelengkapnyaLangkah ini merupakan bagian dari aspirasi DPC-DPC yang menginginkan ada perubahan di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKetua Badan Anggaran DPR RI itu meyakini pasangan Risma-Gus Hans akan mendapat mandat dan kepercayaan dari masyarakat Jatim.
Baca SelengkapnyaMenteri Sosial (Mensos) RI Tri Rismaharini dipastikan maju dalam bursa Pilkada Jawa Timur 2024.
Baca SelengkapnyaSedih, kalau Jawa Timur sebagai basis santri, tetapi pemerintahannya di obok-obok KPK.
Baca SelengkapnyaSaid meminta komitmen semua kader dan pengurus DPC PDIP di Jatim untuk bersungguh-sungguh memenangkan Risma
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA membagi kategori popularitas menjadi dua, yaitu tingkat pengenalan dan kesukaan publik kepada cagub.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut Risma yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial memiliki rekam jejak bersih dari korupsi.
Baca SelengkapnyaKaesang menegaskan, jika partainya hanya fokus bekerja.
Baca Selengkapnya