Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melecehkan lewat kartun dan film

Melecehkan lewat kartun dan film Produser film The Innocence of Muslims,Sam Bacile, bersama aktirs Anna Gurji. (dailymail.co.uk)

Merdeka.com - Dua pekan terakhir, umat Islam sejagat dibuat marah besar. Sebab muncul cuplikan film the Innocence of Muslims di situs berbagi video Youtube. Kaum muslim menuding dokumenter ini menghina Islam lantaran menyebut Nabi Muhammad penipu dan tukang merayu.

Unjuk rasa besar-besaran dan emosional meletup di pelbagai negara, dimulai dari Timur Tengah. pengunjuk rasa di Ibu Kota Kairo, Mesir, menurunkan lantas membakar bendera Amerika Serikat sedang berkibar setengah tiang di kedutaan negara itu. Bahkan, milisi bersenjata menembakkan sejumlah roket ke arah Konsulat Amerika Serikat di Kota Benghazi, Libya. Serangan itu menewaskan empat warga negara adikuasa itu, termasuk Duta besar Amerika buat Libya John Christopher Stevens.

Film ni bikinan Sam Bacile, warga Amerika keturunan Yahudi. Sejumlah laporan menyebut dia produser film porno dan dikenal sangat membenci Islam. "Islam itu kanker, titik," dia menegaskan berkali-kali, seperti dilansir stasiun televisi Fox News.

MUnculnya film-film anti-Islam ini bukan hal baru. Bulan lalu, dokumenter berjudul Islam: the Untold Story yang disiarkan di stasiun televisi Inggris, Channel 4, menuai ribuan kritik dan kecaman. Film ini bikinan sejarawan Inggris, Tom Holland, yang dikenal kerap mengkritik agama dibawa Nabi Muhammad ini. Holland menyebut Islam sebagai agama buatan.

Mundur empat tahun ke belakang, ada Fitna yang menggegerkan. Kali ini, pelakunya adalah Geert Wilders, politikus sayap kanan Belanda yang memimpin Partai Bagi Kebebasan. Stasiun televisi ABC News melaporkan tayangan berdurasi 16 menit 48 detik ini memperlihatkan surat Al-Anfal ayat 60, potongan klip media, dan guntingan surat kabar memberitakan kekerasan oleh kaum muslim. Ini merupakan ayat tentang jihad.

Dia menyerukan menghentikan Islamisasi di Belanda dan mendesak menyetop imigran dari negara-negara muslim ke negara itu. Dia juga menyokong larangan membangun masjid baru. "Saya tidak membenci muslim, saya membenci Islam," kata Wilders.

Bukan hanya lewat film, penghinaan terhadap Islam juga muncul melalui kartun dan buku. Setahun setelah surat kabar terbitan Denmark, Jylland Posten, melansir kartun yang membuat mendidih kaum muslim, majalah sinis Prancis, Charlie Hebdo, berbuat hal serupa. Bahkan sampai dua kali.

Mereka melansir lagi kartun hina nabi dalam edisi Rabu pekan lalu. Padahal, gelombang demonstrasi terhadap the Innocence of Muslims belum berakhir. Pemimpin redaksi mingguan itu, Stephane Charbonnier, seolah menantang. "Batasan kami hanya hukum Prancis. Kami berhak menggunakan kebebasan kami karena kami memahami itu," dia menegaskan, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera Kamis pekan lalu.

Jika warga di negara-negara Barat - yang menghargai kebebasan berpendapat dan berekspresi - berpandangan seperti Charbonnier, alhasil karya-karya yang sengaja mengail kemarahan kaum muslim akan terus muncul. (mdk/fas)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP