Pemerintah tak memberi jaminan pasti setelah atlet juara
Merdeka.com - Mungkin nama-nama seperti Tony Gunawan, Mia Audina, Halim Haryanto dan Albertus Susanto Njoto tidak banyak orang mengenalnya saat ini. Keempat nama itu kini memilih berkarir di negeri orang sekaligus menjadi warga negara asing. Tony peraih emas Olimpiade tahun 2000 kini sudah permanen menjadi warga Amerika Serikat. Kemudian juga Halim Haryanto, pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, ini memilih mewakili tim bulu tangkis Amerika Serikat sejak 2005. Padahal Tony pernah mengharumkan nama Indonesia dalam ajang ganda putra tahun 2001.
Jejak pebulu tangkis lain juga mengekor. Mia Audina, peraih perak dalam Olimpiade Atlanta kini menjadi warga negara Belanda. Setelah menjadi warga negeri kincir angin itu, Mia juga mendapatkan mendali perak tahun 2004. Lalu terakhir, Albertus Susanto Njoto. Dia memilih pindah kewarganegaraan karena alasan persaingan masuk pelatnas bulu tangkis Indonesia terlalu berat. Njoto memilih menjadi warga negara Hongkong. Padahal dia merupakan juara Ganda Putra Filipina Terbuka tahun 2006.
Hijrahnya empat pebulu tangkis Indonesia bukanlah tanpa sebab. Menurut mantan atlet bulu tangkis, Susi Susanti, kepindahan mereka dipicu banyak faktor. Salah satunya, kata Susi, karena kurangnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap mantan atlet. "Ya tidak ada jaminan yang pasti setelah mereka mendapatkan juara," kata Susi saat berbincang melalui seluler kemarin.
-
Mengapa pertemuan Susi dan Prabowo jadi sorotan? Meski capres telah diumumkan, hingga kini bakal cawapres belum terlihat hilalnya. Justru Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah bertemu dengan dua tokoh besar Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Apa prestasi Sya Sya di Kejuaraan Percasi Kota Kediri? Saat usianya tujuh tahun, Sya Sya mendapatkan Juara I Kejuaraan Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kota Kediri.
-
Siapa yang jadi juara di kategori Sport? Sementara itu, Firdaus juga sukses meraih juara nasional di kategori Sport melalui modifikasinya pada CBR 250RR.
-
Susan Sameh kehilangan apa? Susan Sameh cerita, dia nungguin orang jual tiket tapi ternyata cuma bohongan doang, nggak ada yang dateng,' ungkap Susan Sameh.
-
Kenapa Elly Sugigi membuang susuk? Dalam penjelasannya, Elly Sugigi mengungkapkan alasan mengapa ia membuang susuk, yaitu karena takut bahwa susuk akan memberikan kesulitan saat ajalnya tiba. Elly menjelaskan bahwa dia membuangnya karena tidak tahu kapan umurnya, jadi jika dia meninggal lebih dulu, orang-orang sudah tahu bahwa dia menggunakan susuk sehingga dia dibuang.
-
Bagaimana acara tersebut? Acara gender reveal diadakan serentak dengan ulang tahun Michael di Bali, yang membuat momen tersebut sangat menarik.
Berikut penuturan sang 'Ratu Superseries' dalam wawancara khusus selama 35 menit melalui sambungan seluler kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com soal dunia bulu tangkis Indonesia.
Sejak anda masih aktif menjadi atlet, apakah terkendala juga masalah dana dari pengurus bulu tangkis?
Sangat.
Sangat minim?
Begini ya, mungkin kalau dana yang PBSI ini sebetulnya punya dana abadi ya. Bukan dari pemerintah, justru dari pengusaha-pengusaha yang punya perhatian terhadap bulu tangkis. Itu pada saat saya juara Olimpiade itu terkumpul. Sampai sekarang itu hanya dipakai bunganya saja untuk membiayai pembinaan. Sebetulnya dari pemerintah itu nol lho. Pemerintah tidak memberikan dana untuk pembinaan. Lalu dari sponsor-sponsor, mungkin karena prestasi ya, mungkin untuk bisnisnya, pemain-pemain yang bertanding mereka kan dapat logo. Kompensasinya kan mereka membayar dan itu yang dipakai untuk pembinaan. Jadi kalau dibilang kurang, pasti kurang karena pemberangkatan ke luar negeri kan untuk biaya itu juga. Butuh dana yang cukup besar.
Untuk pembinaan, enggak mungkin langsung juara. Membina itu kan perlu proses yang panjang. Jadi dana juga sangat butuh sekali yah, bukan hanya pemain. Perhatian dari pemerintah itu juga bukan hanya perhatian saja, tapi juga mendapat dukungan dana juga. Kalau dibilang susah-susah gampang betul karena banyak sekali gitu kan, manusianya, manajemennya, pemerintahnya punya dana dan sarana dan pra sarana tentunya itu. Jadi memang sangat-sangat, kalau dibilang ribet karena banyak faktor harus betul-betul ditata dengan baik, dibereskan dan terakhir itu di ujung tombaknya, di PBSI sendiri, di pemain dan pengurus. Yang terakhir ujung tombaknya di situ, yang menjalankan, yang melakukan dan yang menerapkan dalam lapangan itu sendiri.
Karena tidak adanya dana dari pemerintah akhirnya cabang bulutangkis Indonesia jalan di tempat?
Ya ada sedikit ke situ juga. Karena untuk segala macam, mulai dari pembinaan terus terang kita. Kalau tidak ada peran dari pihak swasta, contohnya mungkin, Djarum, ya kita tahu lah. Banyak sekali kebutuhan, tahu-tahu, istilahnya kalau ini tuh dapat bantuan dari pengusaha-pengusaha, mungkin dari pengusaha yang punya perhatian sama bulu tangkis, kayaknya susah lho. Seperti itu, di samping juga atlet-atletnya juga. Dan yang pasti kenapa mungkin bulu tangkis juga tidak menjadi prioritas karena sekarang kan pilihan banyak ya. Pemerintah pun, jangan kan dana, pemain yang sudah memberikan prestasi mereka pun tidak memberikan jaminan ke depan sama atlet itu sendiri. Jadi sekarang mereka milih, kalau mau jadi atlet, juara juga, istilahnya kita yang juara-juara aja mau jadi apa ya sudah. Jadi luar biasa kan, begitu. Pada saat mereka dibutuhkan saja mereka diperhatikan, tapi pada saat mereka tidak dibutuhkan ya sudah.
Itu salah satu banyak mantan atlet berprestasi pindah kewarganegaraan?
Ya tidak ada jamin yang pasti setelah mereka mendapatkan juara. Kita pensiun, itu bukan hanya di bulu tangkis saja tapi di cabang lain pun sama. Jadi mereka kalau sekarang melatih di mana atau mungkin mereka pindah negara, kalau menurut saya bukan karena mereka tidak nasionalis. Tapi mereka juga berpikir kan. Sekarang kalau mereka sudah selesai, contohnya mereka melatih di sini dan tidak mendapat perhatian atau mungkin mereka mendapat perhatian yang lebih untuk menghidupi keluarganya, kenapa enggak.
Sebetulnya Indonesia punya SDM bagus, tetapi kenapa kalah dari China?
Kalau kita tahu di China. Kalau kita membandingkan dengan China jauh ya mas, karena di China sendiri betul-betul total. Atlet itu kalau dia sudah menjadi juara, mereka sudah mendapatkan jaminan hidup seumur hidup. Jadi semua orang tua berlomba-lomba memberikan anaknya untuk jadi atlet.
Seharusnya itu dicontoh Indonesia untuk kembali membangkitkan cabang bulu tangkis?
Betul-betul. Menjadi satu, bukan patokan. Umpamanya begini, juara Olimpiade, jangan Olimpiade deh, juara dunia aja mereka bisa mendapat jaminan untuk hidup jadi saat mereka pensiun nanti, mereka melatih lagi dan tidak usah pusing cari uang untuk keluarganya. Mereka melatih adik-adiknya lagi, dijadiin lagi. Mereka melakukan terus secara bertahap dan mereka fokus untuk menjadikan pemain, mereka benar-benar fokus untuk olahraga yang berkesinambungan. Kalau di Indonesia mereka harus berpikir lagi, gitu kan.
Kalau anda bagaimana, ada tidak perhatian dari pemerintah?
Iya memang seperti itu adanya. Ya kita selesai menjadi atlet adalah masyarakat biasa yang bukan siapa-siapa. Tentu sama sekali tidak ada. Pernah ada yang mengusulkan, dari temen juga anggota DPR. Ya untuk menarik minat anak-anak ini mau menjadi atlet, mungkin juara Olimpiade ini hanya beberapa orang di Indonesia, tapi jawaban-jawaban dari pemerintah, orang-orang yang terhormat jawabannya tidak punya duit. Begitu. Sekarang yang juara aja tidak ada perhatiannya, apalagi yang setengah-setengah ya. Dan orang tua yang saya tahu, anaknya jadi atlet itu apakah ada yang berani jamin.
Saya aja yang juara aja tidak ada jaminan apa-apa, saya tidak bisa ngomong seperti itu. Jadi memang banyak, kita-kita sih kalau dibilang bukan pesimis tapi kembali lagi sekarang ini kan era globalisasi. Jadi mereka kalau mau menjadi atlet itu harus invest dulu, biayanya kan banyak dan tidak murah. Mulai dari biaya melatihnya, ikut pertandingannya dan banyak orang-orang yang sekarang tidak mau menjadi atlet. Karena apa, setelah juara memang kamu mau ngapain, memang pemerintah akan menjamin. Seperti itu.
Dan itu bukan hanya di cabang bulu tangkis saja tapi cabang olahraga lain juga?
Justru cabang lain lebih miris lagi ya mas. Kalau di bulu tangkis, karena kita semi profesional kalau kita juara masih ada fresh money. Paling tidak kalau kita bisa nabung, paling tidak kita punya modal. Kalau di cabang lain memang tidak ada hadiah uang, lebih parah lagi menurut saya. Otomatis sekarang orang tidak tertarik untuk jadi atlet. Mungkin saya pun salah satunya, sebagai orang tua saya tidak mendukung anak saya jadi atlet. Pokoknya hanya pasti-pasti aja. Juara itu hanya satu lho di dunia, juara hanya satu dari berapa miliar orang di dunia. Di saat kita juara, penghargaan, jaminan dari pemerintah tidak ada. Kalau memang begitu mending anak saya jadi insinyur.
Itu pesan yang anda sampaikan kepada buah hati anda?
Yang pasti-pasti aja. Kalau seribu murid, mereka dapat enam saja lulus kok. Kalau juara, nomor dua aja kalah lho mas dari beberapa miliar orang lho. Itukan sesuatu yang spesial. Kalau kita di China, Amerika atau di mana-mana itu penghargaannya luar biasa. Kalau di Indonesia pada saat juara disambut atau apa, tapi setelah itu mereka lupa. Faktor-faktor itu mungkin ada pengaruhnya juga, sehingga mungkin orang punya bakat tapi ya udah deh mending yang pasti-pasti aja.
Artinya setelah anda memang pensiun jadi atlet, pemerintah benar-benar tidak peduli?
Ada sih mas waktu saya jadi juara dari pemerintah ya bukti-bukti tanda jasa aja.
Hanya tanda jasa saja?
Tanda jasa utama, lalu ketika saya juara All England apa juara dunia, itu tanda jasa juga. Tanda jasa semua.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Atlet angkat besi Rizki Juniansyah blak-blakan kecewa pada pejabat Pemprov Banten.
Baca SelengkapnyaRizki mengungkapkan hanya dari stafnya KONI Banten yang datang ke rumahnya saat dirinya akan menuju Paris.
Baca SelengkapnyaMenpora, Dito Ariotedjo menanggapi, kinerja para atlet Olimpiade Indonesia 2024.
Baca SelengkapnyaNominal bonus tersebut lebih besar dari yang diberikan kepada atlet peraih medali emas saat Olimpiade Tokyo 2020.
Baca SelengkapnyaMeutya menjelaskan pernyataan Jokowi terkait kampanye dan keberpihakan di Pemilu, hanya dalam konteks menjelaskan aturan.
Baca SelengkapnyaJokowi menerima sejumlah atlet Indonesia yang bertanding pada Olimpiade Paris 2024 di halaman Istana Merdeka, Jakarta.
Baca SelengkapnyaBegitu juga dengan menteri disebut Jokowi boleh berkampanye
Baca SelengkapnyaBukan hanya presiden, para menteri kabinet Jokowi juga bisa kampanye dan mendukung paslon.
Baca Selengkapnya