Polisi seperti anak yang tidak boleh dewasa
Merdeka.com - Jejak kehadiran polisi di Indonesia bisa dilacak pada zaman kolonial, khususnya setelah VOC membuka kantor di Batavia. Namun dasar-dasar pengorganisasiannya diletakkan Gubernur Jenderal Inggris Raffles.
Memasuki zaman kemerdekaan, para bekas polisi kolonial segera memposisikan diri sebagai polisi republik. Di sini muncul usaha-usaha menjadikan polisi sebagai bagian dari kesatuan militer. Hal ini tampak dalam Sidang PPKI 19 Agustus 1945, yang menetapkan polisi berada di bawah Angkatan Perang. Berlangsungnya perang kemerdekaan menyusul agresi Belanda, dengan sendirinya menyatukan kepolisian ke dalam satuan-satuan tentara yang tengah bergerilya.
-
Kenapa konflik terjadi? Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
-
Bagaimana cara konflik muncul? Konflik berasal dari bahasa Latin 'configure' yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
-
Siapa saja yang terlibat dalam konflik interpersonal? Konflik yang ada di antara dua orang disebut konflik interpersonal. Konflik berada di luar setiap orang (karena itu menjadi awalan 'inter-') dan hanya ada di antara dua orang. Konflik antar pribadi dapat dilihat setiap kali dua orang tidak setuju pada suatu topik. Contohnya yaitu anak balita ketika mereka memperebutkan satu mainan atau dua pasien panti jompo ketika mereka berdebat tentang politik.
-
Apa yang dimaksud dengan konflik vertikal? Konflik vertikal mengacu pada bentuk konflik atau pertentangan yang terjadi antara tingkatan atau lapisan yang berbeda dalam struktur organisasi atau masyarakat.
-
Bagaimana konflik vertikal di masyarakat bisa terjadi? Konflik vertikal di masyarakat mencerminkan dinamika kekuasaan dan ketidaksetaraan yang melekat dalam struktur sosial.
-
Mengapa konflik pribadi bisa terjadi? Konflik pribadi dapat memiliki dampak yang beragam, mulai dari ketegangan dalam hubungan interpersonal, produktivitas yang terganggu, hingga terjadinya kekerasan fisik atau emosional. Oleh karena itu, penting bagi individu-individu yang terlibat untuk mengelola konflik dengan baik, baik melalui komunikasi yang efektif, negosiasi, maupun upaya-upaya lain untuk mencapai solusi yang memuaskan bagi semua pihak yang terlibat.
Usaha-usaha membangun jawatan kepolisian yang civilian, mengayomi dan menjaga ketertiban masyarakat dilakukan kembali, menyusul diberlakukannya UUDS 1950 yang menandai awal berlangsungnya sistem demokrasi parlementer. Pada masa ini posisi dan fungsi polisi sebagai bagian dari aparat sipil hampir mencapai bentuknya. Namun seiring bergantinya zaman, memasuki demokrasi terpimpin, jawatan kepolisian yang tadinya netral mulai terseret dalam permainan politik.
Lahirnya UU No. 13/1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian Negara, adalah tanda dimulainya militerisasi polisi. UU ini mengintroduksi istilah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang menyatukan Angkatan Kepolisian bersama AD, AL dan AU. UU No. 13/1961 ini menimbulkan perpecahan dalam tubuh kepolisian, karena banyak perwira polisi yang menolak menyatu dalam militer. Bersatunya kepolisian dalam ABRI berarti menambah kekuatan politik Soekarno yang saat itu memang tengah bersaing dengan AD.
Peristiwa G30S 1965 memberi jalan politik buat AD untuk menggulingkan Soekarno. Lahirnya rezim Orde Baru kian mengintegrasikan kepolisian dalam tubuh militer. Internalisasi nilai-nilai militer dalam tubuh polisi berlangsung sepanjang 30 tahun kekuasaan Orde Baru. Pikiran dan tindak-tanduk polisi pun tak beda dengan tentara, meskipun mereka dalam keseharian bertugas menjaga ketertiban masyarakat dan menegakkan hukum. Seorang polisi yang mestinya banyak mengambil keputusan sendiri pada saat menghadapi masalah ketertiban masyarakat dan penegakan hukum, justru mengandalkan garis komando.
Hal ini tidak hanya menyebabkan polisi keliru dalam menghadapi masalah ketertiban masyarakat dan penegakan hukum, tetapi juga menyebabkan polisi tidak tumbuh menjadi sosok profesional mandiri. Di sisi lain, polisi juga sering terlibat dalam operasi-operasi militer yang didesain AD untuk menindak mereka yang disebut sebagai ’musuh negara’. Itulah masalah-masalah yang dihadapi kepolisian sebagai bagian dari militer.
Menurut Satjipto Rahardjo, polisi memang a civilian uniform. Sebab, untuk menghadapi kejahatan, polisi harus bergerak sebagai satu kesatuan yang solid, dan oleh karena itu ia diorganisir seperti militer agar disiplin dan terkomando. Tapi, sifat militer harus berhenti di situ. Selanjutnya ia harus berwatak sipil, sebab polisi sama sekali bukan kekuatan militer. Karena fungsi yang berbeda dari tiga angkatan lain, polisi bagai ’anak tiri’ ABRI. Rencana pengembangan profesionalisme terabaikan, kebutuhan operasional tidak dipenuhi. Jadinya, polisi seperti anak bungsu yang tidak pernah dibolehkan dewasa; di sisi lain, hal itu juga menyebabkan polisi menderita inferior kompleks.
Perbedaan fungsi militer dan polisi, dan bagaimana masing-masing memaknai nilai-nilai profesionalisme masing-masing, serta sindrom superior dan inferior dalam diri tentara dan polisi, telah menjadi sumber-sumber konflik laten bertahun-tahun antara pasukan TNI dan anggota Kapolri. Konflik itu menjadi menifes saat menemukan pemicu dalam momen di mana tiada lagi garis komando dan koordinasi di antara kedua institusi. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Kombes Polisi soal kehidupan taruna selama jalani pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol).
Baca SelengkapnyaSeorang Perwira Polisi anak dari anggota Polisi Militer mengaku bangga dengan didikan orang tuanya hingga berhasil menjadi Perwira. Siapa sosoknya?
Baca SelengkapnyaBerikut kisah jenderal Kowad yang berbeda profesi dengan sang anak sebagai seorang perwira polisi.
Baca SelengkapnyaMomen komandan polwan cantik Iptu Warti Prakoso memberikan arahan pada para Bintara Remaja Polri. Dua anak buruh tani jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaPolda Sumatra Utara menerapkan Criminal Profiling kepada tiga pelaku begal yang sedang menjalani proses penahanan di Mapolrestabes Medan.
Baca SelengkapnyaSejumlah gaya parenting atau pengasuhan bisa memberi dampak negatif pada perkembangan anak.
Baca SelengkapnyaInferiority complex merupakan kondisi yang ditandai rasa percaya diri yang rendah pada seseorang.
Baca Selengkapnya