Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tahu dan siap menghadapi MEA

Tahu dan siap menghadapi MEA Jokowi hadiri KTT Asean 2014. ©Setpres RI/Rusman

Merdeka.com - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terjadi dan akan segera dirasakan dampaknya secara langsung dan nyata oleh masyarakat pada 31 Desember 2015. Aspirasi ASEAN mengenai sebuah kawasan ekoDesembernomi yang terintegrasi baik secara regional dan global sudah di depan mata meski sebagian besar masyarakat dan pelaku ekonominya kemungkinan tidak tahu dan tidak siap.

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan telah mengeluarkan data bahwa 69 persen industri di tanah air masih jauh dari kata siap dalam menyongsong MEA karena antara lain banyaknya bahan baku yang diimpor (merdeka.com, 18/7). Banyaknya komoditas andalan kita yang sangat sensitif terhadap fluktuasi harga dunia, kenaikan tarif listrik dan kurangnya pasokan energi merupakan segelintir contoh ketidaksiapan itu.

Selain masalah ketidaksiapan, ketidaktahuan masyarakat ASEAN akan segera berlangsungnya MEA juga merupakan tantangan besar. Sanchita Basu Das dari Institute of Southeast Asian Studies (23/4) menyatakan bahwa MEA merupakan inisiatif dari atas (top down) sehingga kesadaran mengenai MEA di kalangan masyarakat awam bahkan pelaku bisnis sangatlah rendah.

Orang lain juga bertanya?

Katanya, karena secara historis pendirian ASEAN lebih banyak untuk peningkatan kerjasama politik (perdamaian dan keamanan), diplomasi dan kerjasama ekonomi baru marak belakangan dan dijalankan oleh forum menteri luar negeri yang berkonsultasi dengan menteri ekonomi sehingga regionalisme ekonomi adalah sesuatu yang sangat elitis dengan keterlibatan pemangku kepentingan lain yang sangat minimal. Hanya pada saat menjelang tenggat waktu 2015 berbagai sektor usaha mulai menyampaikan suaranya mengenai MEA antara lain soal hambatan tarif dan non tarif.

Soal tahu dan siap masyarakat kita merupakan tantangan yang tidak ringan mengingat empat pilar dalam kerangkan integrasi ekonomi MEA telah dijalankan meski banyak kendala.

Di pilar pertama yaitu mewujudkan pasar tunggal dan basis produksi, ASEAN telah mengurangi hambatan tarif khususnya Common Preferential Tariff antara ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) yang hampir nol.

Dalam hal fasilitasi perdagangan dan liberalisasi investasi, dalam ASEAN-6, mereka juga telah mewujudkan National Single Window yang merupakan layanan satu pintu untuk kepabeanan. Masalahnya empat negara anggota ASEAN lainnya belum siap yaitu Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.

Perwujudan kawasan ekonomi yang kompetitif sebagai pilar kedua MEA meski sudah diupayakan ASEAN, nampaknya masih menjadi tantangan berat karena kebijakan mengenai kompetisi dan perlindungan hak kekayaan intelektual dianggap belum optimal karena hal itu merupakan area yang sulit untuk direformasi.

Pilar ketiga yaitu pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan nampaknya menjadi tantangan yang paling kasat mata karena besarnya kesenjangan pendapatan dan pembangunan di antara negara-negara anggota ASEAN, karena kesenjangan adalah hal yang tidak sejalan dengan ide atau cita-cita suatu masyarakat atau komunitas ekonomi.

Meski banyak tantangan, integrasi pada ekonomi global yang merupakan pilar keempat nampaknya akan menjadi progres yang paling signifikan bagi ASEAN sehingga memungkinkan ASEAN mewujudkan “Factory ASEAN” menggeser China karena keunggulan komparatifnya. Meski banyak yang menilai ini terjadi karena lebih banyak digerakkan oleh kekuatan pasar dan kebijakan unilateral bukannya oleh kesepakatan regional.

MEA bukan hanya sekadar berita luar negeri dan ekonomi yang bisa didengar atau dibaca sambil lalu saja. Masyarakat harus dibuat tahu dan siap menghadapinya. Langkah-langkah nyata harus segera dijalankan. Di level bisnis paling kecil misalnya pembinaan dan peningkatan kapasitas seperti mempersiapkan sumber daya manusia (SDM), peningkatan kualitas produk hingga kualitas manajerial kelembagaan koperasi dan UKM harus terus ditingkatkan.

Akses modal untuk mereka juga harus ditingkatkan. Niat pemerintah untuk menurunkan suku bunga KUR dari 22 persen menjadi 12 persen dan menjadi 9 persen pada tahun 2016 patut diapresiasi. Semuanya dimaksudkan agar kita tahu dan siap menghadapi MEA yang telah mengetuk pintu kita dan kita mau tidak mau harus membukanya. (mdk/war)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kontribusi Industri Pengolahan ke Pertumbuhan Ekonomi Malemah, Ternyata Ini Penyebabnya
Kontribusi Industri Pengolahan ke Pertumbuhan Ekonomi Malemah, Ternyata Ini Penyebabnya

Meski begitu, Faisol menilai hal ini justru menjadi peluang bagi industri dalam negeri seperti pabrik smelter nikel.

Baca Selengkapnya
PMI Manufaktur Indonesia Kalahkan China, AS hingga Eropa
PMI Manufaktur Indonesia Kalahkan China, AS hingga Eropa

Hal ini menunjukkan sektor manufaktur Tanah Air ini dalam kategori ekspansif dan akseleratif bersama dengan India, Filipina, dan Meksiko.

Baca Selengkapnya
4 Strategi Pemerintah Dorong UMKM Go Internasional
4 Strategi Pemerintah Dorong UMKM Go Internasional

Pemerintah terus berupaya agar UMKM lokal bisa menembus pasar global.

Baca Selengkapnya
Industri Pengolahan Tetap Cuan di Tengah Lesunya Kinerja Manufaktur
Industri Pengolahan Tetap Cuan di Tengah Lesunya Kinerja Manufaktur

Kontraksi PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada output dan pesanan baru.

Baca Selengkapnya
PMI Manufaktur RI Bertengger di Level Ekspansif 30 Bulan Berturut-turut, Apindo: Jadi Momentum Keluarkan Kebijakan Pro Industri
PMI Manufaktur RI Bertengger di Level Ekspansif 30 Bulan Berturut-turut, Apindo: Jadi Momentum Keluarkan Kebijakan Pro Industri

Capaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Beberkan Bukti Sektor Manufaktur Tetap Tangguh
Pemerintah Beberkan Bukti Sektor Manufaktur Tetap Tangguh

Capaian ini tidak lepas dari kerjasama solid dari sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat luas.

Baca Selengkapnya
Utang UMKM di Jawa-Bali Tembus Rp2.000 Triliun
Utang UMKM di Jawa-Bali Tembus Rp2.000 Triliun

pembiayaan UMKM pada tahun 2022 masih terpusat di Jawa dan Bali. Nilainya mencapai Rp2.000 triliun atau 62 persen dari realisasi pembiayaan nasional.

Baca Selengkapnya
Kejelasan soal Insentif Jadi Salah Satu Kunci Dongkrak Pertumbuhan Industri Manufaktur RI
Kejelasan soal Insentif Jadi Salah Satu Kunci Dongkrak Pertumbuhan Industri Manufaktur RI

Sektor manufaktur merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar dalam perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya
Masih Ada Sisa Rp140 Triliun Investasi Mangkrak Jelang Akhir Kepemimpinan Jokowi
Masih Ada Sisa Rp140 Triliun Investasi Mangkrak Jelang Akhir Kepemimpinan Jokowi

Menjelang akhir masa jabatan Presiden Jokowi, masih ada Rp140 triliun investasi mangkrak yang belum terselesaikan.

Baca Selengkapnya
Utang Pemerintah Terus Naik, Kini Tembus Rp8.444 Triliun
Utang Pemerintah Terus Naik, Kini Tembus Rp8.444 Triliun

Mayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.

Baca Selengkapnya
Indeks Bisnis UMKM BRI Triwulan I 2024: Ekspansi Bisnis UMKM Masih Melambat, Namun Tetap Prospektif
Indeks Bisnis UMKM BRI Triwulan I 2024: Ekspansi Bisnis UMKM Masih Melambat, Namun Tetap Prospektif

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan pertumbuhan bisnis UMKM ini didorong oleh sejumlah faktor.

Baca Selengkapnya
Kondisi Global Suram, Sri Mulyani Waspadai Imbas ke Ekonomi RI
Kondisi Global Suram, Sri Mulyani Waspadai Imbas ke Ekonomi RI

Sri Mulyani menyebut PMI manufaktur Indonesia berada dalam tren menanjak di atas 50, bersama dengan beberapa negara seperti Turki dan Meksiko.

Baca Selengkapnya