Profil
Ki Manteb Soedharsono
Ki Manteb Soedharsono adalah seorang dalang wayang kulit ternama yang dari Jawa Tengah. Karena keterampilannya dalam menggerakkan wayang (sabetan) sangat cepat, ia pun dijuluki para penggemarnya sebagai Dalang Setan. Ia juga dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern.
Putra dari Hardjo Brahim Hardjowijoyo, seorang dalang asal Jawa Tengah, ini dididik dengan keras agar bisa menjadi dalang tulen seperti ayahnya. Sementara itu, ibu Ki Manteb adalah seorang seniman penabuh gamelan. Sejak kecil, Ki Manteb sudah laris sebagai dalang sehingga pendidikannya terbengkalai. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti sekolah demi untuk mendalami karier mendalang.
Demi mendukung karier dalangnya, Ki Manteb mendalami seni menggerakkan wayang, atau yang disebut dengan istilah sabet. Ki Manteb banyak belajar kepada para dalang senior, misalnya kepada dalang legendaris Ki Narto Sabdo pada tahun 1972, dan kepada Ki Sudarman Gondodarsono yang ahli sabet, pada tahun 1974. Keahlian Ki Manteb dalam olah sabet antara lain adegan bertarung, menari, sedih, gembira, terkejut, mengantuk, dan sebagainya. Selain itu ia juga menciptakan adegan flashback yang sebelumnya hanya dikenal dalam dunia perfilman dan karya sastra saja.
Nama Ki Manteb kian bersinar ketika ia menggelar pertunjukan Banjaran Bima sebulan sekali selama setahun penuh di Jakarta pada tahun 1987. Promotor dari pagelaran Banjaran Bima ini adalah Soedharko Prawiroyudo, seorang penggemar Ki Narto Sabdo (guru Ki Manteb). Ketika Ki Narto meninggal dunia, Soedharko bertemu dengan Ki Manteb dan mengundangnya mendalang dalam acara khitanan putra Soedharko.
Pada tahun 90-an, tingkat popularitas Ki Manteb melebihi dalang Ki Anom Suroto (dalang yang terkenal mahir di olah suara). Pada tahun 2004 Ki Manteb juga telah memecahkan rekor MURI mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat.
Selain gaya pedalangan yang atraktif, Ki Manteb juga dikenal sebagai pelopor dalam hal manajemen keuangan. Honor hasil pentas tidak dihabiskan langsung, melainkan dikelola oleh manajernya. Ki Manteb memiliki banyak kru dalam setiap pementasannya. Ia juga membutuhkan biaya perawatan untuk armada dan peralatan mendalangnya. Manajemen yang baik amat diperlukan agar tidak bernasib sama seperti dalang lainnya yang semasa muda hidup berlimpah karena laris, namun setelah tua menderita kekurangan.