Profil
Marzuki Daud
Di kalangan politisi senior maupun junior mungkin tak banyak orang mengenal namanya, namun jangan salah ia adalah putra Aceh yang telah berkecimpung di dunia politik sejak dirinya berumur 33 tahun. Saat itu, pria kelahiran Beureun, 1 Oktober 1954 ini bergabung dan menjabat sebagai Wakil Ketua DPD KNPI Nangroe Aceh Darussalam. Kiprahnya dalam dunia politik pria lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Iskandar Muda ini seolah tak pernah putus. Melihat serentetan aktivitas keorganisasiannya membuat politikus senior ini tak bisa dipandang sebelah mata. Nama mungkin boleh tak dikenal tapi tidak pada karya, ungkapan tersebut rasanya pantas disematkan pada pria yang berhasil duduk di kursi DPR-RI ini diusung oleh Partai Golkar.
Berangkat dari tanah Aceh dengan misi memajukan tempat kelahirannya melalui argumentasi berpolitik membuat nama Marzuki Daud perlahan mulai dikenal. Ayah dari satu anak ini beberapa kali sempat menghiasi media massa lantaran dirinya kecewa pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Utara yang dengan seenak hati mengalihkan bantuan dana aspirasi yang semula akan diberikan kepada Kecamatan Senuddon tiba-tiba begitu saja dialihkan kepada Kecamatan Tanah Pasir dan Kecamatan Dewantara. Dalam kasus tersebut, ditemukan bahwa pengalihan dana aspirasi tersebut dilakukan oleh mantan Kadis DKP Aceh Utara, Mukhlis yang hingga kini persoalan tersebut belum menemukan titik temu yang berarti.
Tak hanya berupaya dalam menyejahterakan warga kampung nelayan Aceh Utara, pria yang akrab disapa Marzuki ini juga mendesak PLN agar segera menuntaskan pembangunan PLTU Nagan dan PLTA Peusangan yang berfungsi untuk menyuplai persediaan listrik di Aceh. Ia menuturkan alasan pendesakannya lantaran dipicu oleh keadaan wilayah Aceh yang sebenarnya berpotensi sebagai lahan bagi investor namun karena terkendala daya listrik maka investasi yang seharusnya bisa dilakukan menjadi batal. Ia menambahkan bahwa Aceh merupakan daerah Indonesia yang mengalami krisis listrik berkepanjangan.
Upaya dalam memajukan Aceh rupanya tak hanya menjadi impian bagi Marzuki, terbukti Menneg BUMN, Dahlan Iskan, langsung menyetujui konsep Forbes anggota DPR-RI untuk meningkatkan pembangunan Aceh melalui industri maupun sumber daya alamnya saat bertemu didampingi dua tokoh Aceh, Syamsudin Mahmud dan Bahtiar Ali serta anggota DPR-RI dari fraksi PKS, Nasir Jamil. Dalam pertemuan itu, Nasir yang menjabat sebagai Ketua Forbes Aceh DPR-RI menyatakan keinginannya dalam proses memajukan Aceh dari ketertinggalan seperti memasang pipa gas sebagai Receiving Terminal Gas Arun dari Arun Aceh hingga Pangkalan Berandan Sumatera Utara dan mengungkapkan harapannya pada Pertamina agar mau menghibahkan sebagian tanah yang nantinya dapat digunakan untuk resetlemen pemukiman atau ganti rugi tanah untuk menampung ratusan kepala keluarga yang kini masih berstatus tuna wisma.
Riset dan Analisa oleh Atiqoh Hasan.