Profil
Muhammad Romahurmuziy
M. Romahurmuziy menjabat sebagai Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 2011-2015 yang terpilih dalam Muktamar VII PPP tahun 2011. Romy, sapaan akrabnya, dibesarkan dalam tradisi politik santri, ayahnya, KH Prof. Dr. M. Tolchah Mansoer, SH, yang merupakan pendiri IPNU (Ikatan Pelajar NU), anggota DPR-GR mewakili Partai NU DIY zaman Orde Lama, dan Rois Syuriah PBNU 1984-1986.
Romy memang lahir dari keluarga politik. Meski begitu, pada mulanya Rommy tidak tertarik pada politik. Cita-citanya, ingin menjadi menjadi seorang kyai yang memimpin pesantren besar. Buktinya dia pandai qiroah. Beberapa kali juara Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) di tingkat provinsi Yogyakarta. Tidak hanya itu, Romy juga seorang santri yang 'gaul' selayaknya anak muda. Dia bergabung dalam sebuah grup band yang pernah juara tingkat provinsi.
Seiring perkembangan, cita-cita Romy bergeser. Terutama setelah berproses sosial dan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Di kota Kembang itu, Romy justru tertarik ilmu ekonomi bidang engineering economics.
Romy, cucu Menteri Agama ketujuh RI KH M. Wahib Wahab, sejak kecil sudah sering mendampingi ibunya berkampanye. Lekat di benaknya betapa menjadi PPP pada masa Orde Baru berarti melawan negara. Namun baginya, sejarah adalah Cakra Manggilingan, ada kalanya di atas ada kalanya di bawah. Sejalan dengan bergabungnya PPP ke pemerintahan, dia pernah dipercaya menduduki jabatan sebagai Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM RI.
Meski pernah tergabung menjadi anggota Garda Bangsa PKB di Bandung, Jawa Barat, tahun 1998, Romy lebih memilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai tambatan hati berpolitik. Sejak 30 Mei 2011 lalu, Romy duduk sebagai Ketua Komisi IV DPR RI mewakili Fraksi PPP. Komisi IV ini membidangi masalah pertanian, kehutanan, bulog dan kelautan.
Karirnya di politik semakin gemilang. Sedikitnya tiga posisi penting ia sandang saat ini yakni Sekretaris Fraksi PPP, Ketua Komisi IV, serta anggota Badan Anggaran DPR Romi mengaku menjadi Ketua Komisi IV menguras tenaga ekstra dibanding sebagai anggota di alat kelengkapan DPR. Karena, menjadi pimpinan komisi membutuhkan konsentrasi penuh saat memimpin rapat.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic