Begini Risiko jika Moge Diperbolehkan Masuk Jalan Tol
Usulan moge masuk tol menuai pro dan kontra. Pengamat ingatkan risiko kecelakaan, sementara solusi jalur khusus diajukan.
Usulan DPR untuk mengizinkan motor gede (moge) melintas di jalan tol telah memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Beberapa pihak berpendapat bahwa kebijakan ini bisa memberikan keuntungan ekonomi, terutama dalam hal pendapatan tol, tetapi masalah keselamatan tetap menjadi isu utama yang perlu diperhatikan.
Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, dalam wawancaranya dengan Liputan6.com, mengizinkan moge di jalan tol dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Ketidakstabilan sepeda motor pada kecepatan tinggi dan perbedaan karakteristik dengan mobil menjadi tantangan signifikan dalam penerapannya.
Saat ini, hanya Jalan Tol Mandara di Bali dan Tol Suramadu yang memiliki jalur khusus untuk sepeda motor. Namun, penerapan kebijakan serupa di jalan tol lainnya memerlukan pertimbangan yang matang terkait aspek finansial dan infrastruktur.
Usulan Moge Masuk Tol dan Tujuan Utamanya
Usulan untuk mengizinkan motor gede (moge) melintas di jalan tol bertujuan untuk meningkatkan akses bagi pengendara motor besar dan sekaligus menciptakan peluang untuk meningkatkan pendapatan tol. Dengan memberikan izin bagi moge untuk menggunakan jalan bebas hambatan, DPR berharap lebih banyak pengguna motor besar dapat merasakan kenyamanan dalam perjalanan jarak jauh.
Namun, Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat, berpendapat bahwa dampak ekonomi dari kebijakan ini tidak akan signifikan. Ia menunjukkan bahwa jumlah pengguna moge di Indonesia masih terbilang sedikit, sehingga kontribusi mereka terhadap pendapatan tol tidak akan terlalu besar.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kebijakan ini bertentangan dengan tujuan utama jalan tol, yaitu menyediakan jalur yang bebas hambatan dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Jika semua jenis motor diizinkan masuk ke jalan tol, maka fungsi jalan tol sebagai jalur cepat bisa terganggu.
Risiko Keselamatan Pengendara Moge di Jalan Tol
Walaupun tampak menjanjikan, proposal untuk memperbolehkan moge masuk ke jalan tol membawa risiko keselamatan yang cukup besar. Djoko menyatakan bahwa pengendara sepeda motor memiliki stabilitas kendaraan yang lebih rendah dibandingkan dengan mobil, terutama saat melaju dengan kecepatan tinggi.
Ia menambahkan, "Apabila sepeda motor diizinkan untuk melintasi jalan tol, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat ketidakstabilan kendaraan pada kecepatan tinggi serta perbedaan karakteristik antara jenis kendaraan." Masalah ini semakin diperparah oleh kurangnya jalur khusus untuk moge di banyak jalan tol di Indonesia.
Di samping itu, perbedaan kecepatan antara mobil dan moge bisa menjadi pemicu terjadinya kecelakaan serius. Mobil yang bergerak cepat mungkin akan kesulitan dalam mengantisipasi pergerakan moge, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan di jalan bebas hambatan.
Contoh Implementasi Jalur Motor di Jalan Tol
Saat ini, di Indonesia hanya terdapat dua jalan tol yang mengizinkan kendaraan bermotor roda dua untuk melintas, yaitu Tol Mandara yang ada di Bali dan Tol Suramadu di Jawa Timur. Kedua jalan tol ini dilengkapi dengan jalur khusus bagi sepeda motor yang terpisah dari jalur untuk kendaraan roda empat. Sebagai contoh, di Tol Suramadu, jalur sepeda motor berada di sisi luar jembatan, sehingga kendaraan roda dua terpisah dari arus kendaraan berat. Desain ini dianggap lebih aman karena mengurangi kemungkinan interaksi langsung antara sepeda motor dan mobil. Namun, untuk menerapkan jalur khusus sepeda motor di jalan tol lainnya, seperti Tol Trans Jawa atau Tol Trans Sumatera, diperlukan lahan tambahan serta investasi yang cukup besar. Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) juga harus menilai kelayakan finansial dari pembangunan jalur khusus bagi sepeda motor ini.
Pro dan Kontra Kebijakan Moge Masuk Tol
Diskusi mengenai izin motor gede (moge) untuk melintas di jalan tol memicu berbagai pendapat di masyarakat. Para pendukung berargumen bahwa moge, yang memiliki kapasitas mesin besar dan mampu melaju dengan kecepatan tinggi, menawarkan tingkat keselamatan yang lebih baik dibandingkan dengan motor berukuran kecil.
Di sisi lain, para ahli transportasi berpendapat bahwa moge tidak dapat dianggap seaman mobil, terutama di lingkungan jalan tol yang mengutamakan kecepatan. Ketidakstabilan kendaraan roda dua pada kecepatan tinggi serta potensi terjadinya tabrakan menjadi alasan utama penolakan terhadap usulan ini.
Lebih jauh lagi, terdapat kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat membuka jalan bagi sepeda motor lainnya untuk meminta hak yang serupa. Jika semua jenis sepeda motor diizinkan masuk ke jalan tol, maka risiko kecelakaan dapat meningkat, dan fungsi jalan tol sebagai jalur cepat akan terganggu.
Solusi yang Diusulkan untuk Mengatasi Risiko
Untuk mengurangi risiko keselamatan yang mungkin terjadi, Djoko Setijowarno mengusulkan agar dibangun jalur khusus untuk sepeda motor di sepanjang jalan tol. "Jalur khusus untuk sepeda motor bisa saja dibangun di lahan baru yang berdekatan dengan jalan tol yang sudah ada," katanya.
Ia juga menekankan pentingnya bagi pengelola jalan tol untuk mempertimbangkan dampak finansial dan infrastruktur sebelum menerapkan kebijakan ini. Pembangunan jalur khusus untuk motor besar perlu direncanakan dengan baik agar tidak membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya.
Di samping itu, pemerintah harus menyusun regulasi yang jelas mengenai syarat dan standar keselamatan untuk pengendara motor besar di jalan tol. Dengan pendekatan yang menyeluruh, kebijakan ini dapat dilaksanakan tanpa mengorbankan keselamatan pengguna jalan lainnya.