Mushaf Nusantara, Ditulis 365 Kaligrafer dari 30 Provinsi Raih Dua Rekor MURI
Mushaf Nusantara berhasil mencatatkan dua rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Penulisan Mushaf Nusantara dilakukan oleh 365 kaligrafer secara bersamaan dari 30 provinsi dalam waktu hanya 10 jam, dan berhasil mencetak rekor yang diakui oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Selain itu, satu rekor tambahan juga dicatatkan sebagai mushaf dengan jumlah corak iluminasi, yang berupa hiasan pinggir, terbanyak.
Piagam dan medali rekor MURI diserahkan oleh Triyono, Senior Manager MURI, kepada Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, pada acara penutupan penulisan Mushaf Nusantara yang berlangsung di Auditrium HM Rasyidi Kemenag RI, Jakarta, pada Rabu (19/3/2025) sore. Triyono, yang mengamati proses penulisan sejak pagi, menyatakan bahwa MURI sangat mengapresiasi kegiatan ini. Penulisan yang melibatkan ratusan kaligrafer di 30 provinsi secara serentak dalam waktu 10 jam ini berhasil menghasilkan satu mushaf utuh Al-Qur'an.
"Oleh karena itu, MURI menegaskan bahwa kegiatan ini sangat pantas untuk dicatat sebagai rekor. Selain itu, Mushaf Nusantara ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu penggunaan ornamen dari 38 provinsi dengan total 106 motif corak nusantara. Kami juga memberikan penghargaan sebagai rekor yang berbeda," ungkap Tri, seperti yang dikutip dari keterangan resmi Kemenag, pada Rabu (19/3/2025).
Kaligrafer yang memenuhi standar nasional dan internasional

Menurut Menteri Agama, pencatatan Mushaf Nusantara yang melibatkan jumlah penulis terbanyak menunjukkan bahwa semakin banyak kaligrafer Indonesia yang telah memenuhi standar kualitas tulisan baik di tingkat nasional maupun internasional. "Sebagian dari mereka adalah para juara di 14 kejuaraan kaligrafi tingkat internasional yang digelar hampir setiap tahun," ungkap Nasaruddin.
Nasaruddin juga menyatakan bahwa pencapaian ini dapat menjadi momentum untuk menghidupkan kembali tradisi seniman muslim di masa lalu, yang mengekspresikan kecintaan mereka terhadap Al-Qur'an melalui penulisan mushaf. Seiring dengan hadirnya mesin cetak, mesin tik, dan komputer, tradisi menulis mushaf seolah tergeser. "Mudah-mudahan Mushaf Nusantara menjadi pendulum awal sekaligus titik tolak lahirnya mushaf-mushaf lain karya anak-anak bangsa, dengan ragam keunikan tulisan dan corak iluminasinya," kata Nasaruddin.
Mushaf dengan corak khas daerah

Direktur Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka) yang juga menjadi penggagas penulisan Mushaf Nusantara mengungkapkan harapannya dalam sambutannya. Ia berharap agar program ini diikuti dengan penulisan mushaf-mushaf yang khas dari berbagai daerah atau provinsi. "Dengan demikian, kita akan memiliki lebih banyak variasi mushaf yang mencerminkan keanekaragaman budaya nusantara," kata Pengasuh Pesantren Kaligrafi Lemka yang berada di Sukabumi, Jawa Barat. Penulisan Mushaf Nusantara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-40 Lemka, yang dilaksanakan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.