Bang Koko, tokoh pendidikan yang juga rektor kedua universitas PBB
Merdeka.com - Tak hanya Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan yang berjuang demi kemajuan pendidikan Indonesia. Masih ada nama lain yang juga penuh prestasi membanggakan sebagai anak bangsa, beliau adalah Soedjatmoko.
Soedjatmoko adalah mantan duta besar dan intelektual Indonesia yang menjadi rektor kedua di United Nations (PBB) University di Tokyo , Jepang pada September 1980. Beliau ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB dalam konsultasinya dengan Direktur Jenderal UNESCO untuk menggantikan rektor pertama, Dr James M. Hester.
Soedjatmoko lahir dengan nama Soedjatmoko Mangoendiningrat. Sekitar tahun 1946an, beliau tidak lagi menggunakan nama Mangoendiningrat, sebab nama ayahnya itu membuatnya teringat akan aspek feodalisme dalam budaya Indonesia. Seoedjatmoko memang berasal dari keluarga bangsawan di Sawahlunto, Sumatra Barat.
-
Bagaimana Ki Hajar Dewantara mendukung jiwa merdeka murid? Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara memiliki istilah sistem among, yaitu melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematahkan jiwa merdeka serta mematikan kreativitasnya.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
-
Kenapa Ki Hajar Dewantara menekankan jiwa merdeka bagi murid? Maksudnya, manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan pada aturan yang ada di masyarakat. Maka dari itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa yang merdeka, dalam artian merdeka secara lahir batin serta tenaganya.
-
Apa tujuan utama dari pengajaran dan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara? Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggauta persatuan (rakyat).
-
Apa arti 'mencerdaskan bangsa' menurut Ki Hajar Dewantara? Pemikiran Ki Hajar Dewantara perihal merdeka belajar selaras dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terkait mencerdaskan bangsa. Artinya 'Mencerdaskan Bangsa' di sini adalah menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia.
-
Bagaimana Ki Hadjar Dewantoro dikenal? Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap pemerintahan Pemerintah Belanda, terutama tentang pendidikan.
Pada tahun 1943, ketika menempuh pendidikan kedokteran di Jakarta, beliau dikeluarkan dari sekolah karena keterlibatannya dalam protes terhadap pendudukan Jepang dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Sutan Sjahrir. Kemudian beliau pun pindah ke Surakarta dan membuka praktik pengobatan bersama ayahnya. Pada tahun 1947, setelah kemerdekaan Indonesia, Soedjatmoko dan dua pemuda lain dikirim untuk mewakili Indonesia di United Nations (PBB) di Lake Success, New York, Amerika Serikat.
Pada tahun 1952 beliau kembali ke Indonesia dan bergabung dengan pers sosialis dan Partai Sosialis Indonesia. Soedjatmoko terpilih sebagai anggota Konstituante (1955-1959). Seiring berjalannya waktu, pemerintahan Presiden Soekarno menjadi semakin otoriter, Soedjatmoko mulai mengkritik pemerintah. Untuk menghindari penyensoran, Soedjatmoko bekerja sebagai dosen tamu di Cornell University di Ithaca, New York, selama dua tahun.
Soedjatmoko baru kembali bekerja ke Indonesia setelah kegagalan Gerakan 30 September dan lengsernya Soekarno digantikan Soeharto menjadi presiden Indonesia. Beliau sebagai salah satu wakil Indonesia di PBB (1966), kemudian menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (1968) dan pada waktu yang sama beliau mendapatkan beberapa gelar doktor honoris.
Pria yang akrab disapa dengan panggilan Bung Koko ini pernah menjadi penasehat untuk Menteri Luar Negeri Adam Malik. Beliau juga sempat menjadi anggota beberapa wadah pemikir di tahun 1970an. Setelah peristiwa Malari pada Januari 1974, Soedjatmoko ditangkap dan diinterogasi karena diduga menjadi perencana tindakan protes tersebut. Beliau akhirnya dibebaskan dengan catatan tidak dapat keluar negeri selama dua setengah tahun lamanya. Pada tahun 1978 Soedjatmoko menerima Penghargaan Ramon Masaysay untuk Hubungan Internasional, dan pada tahun 1980 beliau diangkat sebagai rektor United Nations University di Tokyo, Jepang.
(mdk/iwe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada sejarah penting di balik tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua BKSAP DPR 2019-2024 Putu Supadma Rudana mengatakan pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia harus dikaji saat ini.
Baca SelengkapnyaPutu Supadma Rudana menilai sistem pendidikan Indonesia saat ini perlu merujuk kembali ke ajaran Ki Hajar Dewantara.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Bapak Pendidikan Nasional saat dikunjungi oleh sosok penguasa Indonesia sebelum wafat.
Baca SelengkapnyaKata-kata pahlawan nasional tentang pendidikan bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaKonsep Merdeka Belajar ini diharapkan dapat memperbaiki proses belajar mengajar agar dapat berdampak baik dalam aspek kehidupan
Baca SelengkapnyaMenurut Nadiem, manfaat program Merdeka Belajar tersebut dirasakan guru, pelajar, maupun mahasiswa.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan nasional yang pernah berjuang bantu Palestina sekaligus merumuskan Pancasila.
Baca SelengkapnyaHari Pendidikan Nasional, yang diperingati setiap tanggal 2 Mei adalah momen untuk membangkitkan semangat belajar dan mengajar yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaAnugerah gelar Pahlawan Nasional itu diterima oleh ahli waris Abdul Chalim.
Baca SelengkapnyaSeorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.
Baca SelengkapnyaTjokroaminoto dikenal sebagai Ksatria Piningit oleh para pribumi karena melakukan kebaikan bagi orang banyak
Baca Selengkapnya