50 Ton Pupuk Organik Hasil Metode Osaki Jepang Dibagikan ke Petani Klungkung Bali
Pembagian pupuk organik dilaksanakan di Desa Selisihan Kawan sebanyak 40 ton dan Desa Gembalan sebanyak 10 ton.
Pj Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika membagikan pupuk organik gratis di beberapa desa di kecamatan Klungkung. Pupuk organik tersebut merupakan hasil produksi dari TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat).
50 Ton Pupuk Organik Hasil Metode Osaki Jepang Dibagikan ke Petani Klungkung Bali
"Inilah salah satu bentuk komitmen Pemkab Klungkung dalam mendukung dan mewujudkan pertanian organik. Pembagian pupuk ini sekaligus langkah solutif mengantisipasi kelangkaan pupuk subsidi kimia. Hari ini kami menebarkan pupuk di lahan subak, semoga hasil pertaniannya lebih subur," tutur Pj Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika saat dihubungi Selasa (6/02/2024).
Pembagian pupuk organik dilaksanakan di Desa Selisihan Kawan sebanyak 40 ton dan Desa Gembalan sebanyak 10 ton. Pupuk organik yang diberikan dibuat menggunakan metode Osaki Jepang.
Pupuk organik metode Osaki ini telah diujicobakan untuk tanaman padi, jagung, kedelai, bawang, dan cabai.
Terbukti mampu meningkatkan hasil produksi. Dengan demikian diharapkan pertanian organik bisa terus berkembang dan secara berkelanjutan.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung, pupuk osaki bisa meningkatkan hasil panen. Pada uji coba tahun 2021, hasil panen tanaman kedelai yang menggunakan pupuk osaki dapat menghasilkan 2,4 ton kedelai per hektare. Sedangkan menggunakan pupuk kimia hasilnya sekitar 1,3 ton per hektare
Pupuk osaki merupakan inovasi Pondok Kompos Osaki Klungkung (Pokok). Inovasi ini menjadi salah satu upaya Klungkung dalam mengolah sampah organik menjadi bernilai ekonomis.
Total blok pembuatan kompos di TOSS Center sebanyak 24 unit. Adapun estimasi penampungan fermentasi sampah organik sebanyak 15 ton setiap bloknya.
"Jadi ada 540 ton kapasitas sampah yang bisa diubah menjadi pupuk osaki," ujar I Nyoman Jendrika.
Petani di Klungkung sebenarnya sangat ingin memanfaatkan pupuk organik. Hanya saja jumlah pupuk organik yang dibutuhkan untuk satu hektare lahan jauh lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. Sehingga biaya operasional pupuk organik lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kimia. Kalau diberikan secara gratis, tentunya petani tertarik menggunakan pupuk organik.
Ketua paguyuban petani Desa Selisihan Kawan, Ketut Sarjiman mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Klungkung atas bantuan pupuk organik penyubur tanah tersebut.
"Kami menyambut baik pemberian pupuk organik gratis di saat kelangkaan pupuk kimia. Kami mengharapkan seterusnya mendapat perhatian dari pemerintah," kata Sarjiman.