80 Persen UMKM di DIY Belum Melek Teknologi Internet
Merdeka.com - Sebanyak 521.000 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tercatat ada di DIY. Hanya saja dari jumlah tersebut, baru sebagian kecil UMKM yang menggunakan teknologi untuk pemasaran maupun produksi.
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta menyebut bahwa dari data BPS, di DIY ada 521.000 UMKM. UMKM ini didominasi oleh sektor nonpertanian dengan angka 98,7%.
Sukamta merinci dari jumlah itu terdiri atas Sleman 140.395 UMKM, Bantul 138.332 UMKM, Gunungkidu 111.655 UMKM, Kota Jogja 66.575 UMKM dan Kulonprogo ada 64.054 UMKM.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Apa kontribusi besar UMKM terhadap ekonomi nasional? Jadi kalau melihat data ini UMKM kita ini sumbangsinya terhadap ekonomi nasional kita sangat besar. Bayangkan 97 persen tenaga kerja ini di-supply dari UMKM kita,' ucapnya.
-
Dimana UMKM beroperasi? UMKM meliputi berbagai sektor ekonomi, termasuk kuliner, fashion, otomotif, dan jasa lainnya.
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Bagaimana DPR bantu UMKM? Dari segi anggaran, Puteri juga mengalokasikan anggaran subsidi dalam APBN 2023 untuk mengejar plafon penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp297 triliun.
-
Apa peran DPR untuk UMKM? 'Kegiatan ini menjadi wujud sinergi kami di DPR bersama Pemerintah yang tiada pernah berhenti untuk menumbuhkan semangat berwirausaha maupun meningkatkan kapasitas produksi bagi pelaku UMKM.'
"Mereka (UMKM) menghadapi sejumlah persoalan seperti gagap teknologi, kurang inovasi, modal terbatas hingga tidak memiliki badan hukum. "Bahkan ada sekitar 87,22 persen UMKM di DIY ini yang tidak menjalin kemitraan lalu 97,67 persen tidak berbadan hukum," ujar Sukamta.
Politisi PKS ini menuturkan sebagian besar jumlah UMKM tersebut tidak menggunakan teknologi. Padahal di era saat ini teknologi sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM agar memiliki daya saing.
"Mereka lebih mengedepankan penjualannya secara manual, terbukti ada 90,96% UMKM di DIY ini tidak menggunakan komputer dalam usahanya. UMKM di DIY yang memakai komputer hanya sekitar 9 persen, yang tidak menggunakan internet bahkan mencapai 81,66 persen," tegas Sukamta.
Wakil Ketua Fraksi PKS ini mencontohkan sebuah pabrik mie di Bantul yang sangat legendaris dan banyak peminatnya, hingga saat ini masih menggunakan cara tradisional sehingga hasil produksinya terbatas dan tidak memiliki pengeringan akibatnya terkendala saat musim hujan
Anggota DPR dari Dapil DIY ini menjabarkan apabila usaha kecil ini mendapatkan dukungan teknologi, maka hasil produksinya banyak dan kualitasnya bisa dipertahankan. Sukamta pun mendorong agar UMKM lebih percaya diri untuk melakukan komunikasi dengan perguruan tinggi yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi UMKM.
"Mie lethek yang di Bantul ini luar biasa. Banyak peminat, tetapi produksinya masih menggunakan tradisional, digiling dengan tenaga sapi. Dijemur dengan matahari, kalau musim hujan mereka menemui kendala," ungkap Sukamta.
Terpisah, Pendiri Rumah Mesin Mashuri menyatakan dalam pengamatannya saat ini memang mulai banyak yang melakukan transaksi digital tetapi lewat marketplace. Tetapi jumlah masih tergolong sedikit dibandingkan keseluruhan UMKM di DIY yang mencapai ratusan ribu.
Mashuri menambahkan di sisi lain, UMKM yang menggunakan teknologi dalam pemasarannya, jarang yang secara khusus menggunakan website.
"Yang menggunakan teknologi ini mereka lebih banyak pakai marketplace. Sehingga kadang dibajak oleh pembeli asing lalu diborong untuk dijual lagi. Padahal jika menggunakan website, dengan memanfaatkan SEO tentu produknya akan terlacak di Google," imbuh Mashuri.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tahun 2021, jumlah pelaku UMKM mengalami penurunan menjadi 64,2 juta.
Baca SelengkapnyaBI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaUMKM diharapkan dapat berkiprah di pasar digital walaupun hal tersebut bukanlah hal yang mudah.
Baca SelengkapnyaMasih banyak UMKM Indonesia menghadapi kendala dalam adopsi teknologi digital.
Baca SelengkapnyaPadahal sudah ada 87 persen pelaku UMKM telah terlibat dalam e-katalog.
Baca SelengkapnyaKemenkop UKM akan terus melakukan pendataan K-UMKM meski kabinet pemerintahan segera berakhir.
Baca Selengkapnya