Agar efisien, PG Kremboong olah ampas tebu jadi bahan bakar
Merdeka.com - Pabrik Gula (PG) Kremboong, Sidoarjo, Jawa Timur, segera mengoptimalkan mesin produksi gula berbahan bakar ampas tebu. Bila itu dilakukan, perusahaan milik PT Perkebunan Nasional (PTPN)X itu bisa melakukan efisiensi biaya sebab menghemat energi bahan bakar minyak (BBM).
"Tahun 2015, ditargetkan pengoperasian mesin parik tanpa bahan bakar minyak (BBM)," kata Direktur Utama PTPN X, Subiyono di PG Kremboong, di Krembung, Sidoarjo, Kamis (14/8).
Dia memaparkan, ampas tebu adalah bahan bakar hasil produk samping dalam proses pengolahan tebu menjadi gula. Satu ton tebu bisa menghasilkan sekitar 300 kilogram ampas yang bisa digunakan untuk bahan bakar pabrik.
-
Mengapa BPH Migas dorong pemanfaatan gas bumi? Dalam rangka turut menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, BPH Migas terus mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi melalui pipa,' imbuhnya.
-
Apa target Pertamina dalam transisi energi? 'Kita dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, biogasoil, bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan juga penyeimbangan karbon seperti solusi berbasis alami dan CCUS (carbon capture, utilisation, and storage),' tambahnya.
-
Apa target Pertamina dalam pengembangan energi panas bumi? Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di tahun 2030.
-
Bagaimana Pertamina Hulu Energi meningkatkan produksi minyak? Perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk peningkatan produksi minyak dengan berbagai macam recovery plan yang sudah disiapkan serta inisiatif baru.
-
Bagaimana cara Pertamina mencapai tujuannya? 'Kita harus melakukan tiga hal tersebut namun kita juga harus menjaga semua agar berjalan paralel. Kita yakin Indonesia bisa mandiri energi. Kita harus bergerak lebih cepat, lebih lincah karena tantangan ke depan lebih menantang. Semuanya memiliki perannya masing-masing. Kita akan harmonisasi dan sinergi sehingga Pertamina Grup memiliki kekuatan untuk bergerak lebih cepat menuju net zero emmision 2060,' tutupnya.
-
Kenapa Pertamina mengembangkan bioenergi? 'Bagi Pertamina, bioenergi bukan hanya mengurangi emisi saja tapi mengurangi ketergantungan impor dan menciptakan lapangan pekerjaan. Ketika perkebunan kita dorong, kita tambah menyerap banyak tenaga kerja,' imbuh Nicke.
"Ampas tebu itu bahan bakar alami. Jadi kalau PG bisa menghasilkan ampas, berarti PG itu efisien. Ampasnya bisa digunakan untuk menggerakkan mesin tanpa harus menggunakan BBM atau batubara," ujar pria yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu.
Dulu, lanjut dia, Belanda sudah mendesain semua PG bisa mandiri dengan ampas tebu sebagai bahan bakar. "Namun, dalam perjalanannya, banyak PG di Indonesia yang justru menggunakan bahan bakar fosil yang sangat mahal, sehingga menimbulkan inefisiensi."
Karena itulah, sejak empat tahun terakhir, PTPN X mengoptimalkan limbah tebu sebagai bahan bakar mesin pabrik. Sehingga, penggunaan bahan bakar dari fosil makin menurun. Bahkan, kata dia, tahun depan ditargetkan bisa zero BBM untuk pengoperasian pabrik.
"Kami jadikan ampas tebu sebagai indikator. Jika PG tidak bisa hasilkan ampas tebu, berarti PG tersebut tidak berkinerja baik. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu berarti kinerja mesinnya baik. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu juga menunjukkan budidaya lahan yang baik," papar dia lagi.
Dia mencontohkan, kinerja PG Kremboong cukup baik, sehingga mempunyai manajemen ampas tebu yang baik pula. PTPN X telah menginvestasikan dana sekitar Rp 3 miliar untuk PG Kremboong, antara lain untuk mesin Press Ball dan Conveyor Radial.
"Dengan revitalisasi pada 2013, saat ini kapasitas giling PG Kremboong mencapai 2.700 ton tebu per hari. PG Kremboong bisa menghasilkan 2,8 ton ampas tebu per jam. Dalam satu tahun bisa mencapai 5.103 ton ampas tebu," katanya.
Dengan kelebihan ampas tebu tersebut, PG Kremboong bisa memakainya untuk bahan bakar operasional pabrik, sehingga tidak membutuhkan BBM. Ampas tebu tersebut bisa dipasok untuk PG lain dan dijual ke pihak lain.
"Hingga akhir musim giling ini, PG Kremboong menargetkan bisa mendapatkan kelebihan ampas sekitar 8.480 ton yang akan dijual, sehingga secara ekonomis, bisa mendapatkan keuntungan."
"PG Kremboong menjadi model yang baik (role model) pengelolaan PG berkapasitas giling antara 2.000-3.000 ton tebu per hari. Dan PG dengan kapasitas tersebut sangat banyak di Indonesia," tandas Subiyono. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit untuk biomassa berpotensi besar, karena sumbernya melimpah.
Baca Selengkapnyamenteri ESDM menilai untuk mencapai B100 diperlukan peningkatan bertahap.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertamina akan terus mengembangkan penggunaan bahan bakar berbasis bioenergi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Baca SelengkapnyaUji bakar cofiring serbuk gergaji tersebut menggunakan 250 ton atau 10 persen dari total pemakaian batu bara PLTU Bengkayang per harinya.
Baca SelengkapnyaFokus penelitian untuk peningkatan produksi biogas yang ramah lingkungan melalui tandan kosong kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaUpaya ini merupakan salah satu inovasi dan komitmen korporasi dalam mengurangi emisi karbon di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM akan melakukan konversi 1.000 unit motor BBM menjadi motor listrik secara gratis.
Baca SelengkapnyaPemkab Banyuwangi terus melakukan berbagai langkah pengolahan sampah.
Baca SelengkapnyaPertamina telah meluncurkan Pertamax Green 95 untuk mendukung transisi energi.
Baca SelengkapnyaPeluncuran BBM bersubsidi yang berkualitas atau rendah sulfur untuk mengatasi polusi udara.
Baca SelengkapnyaSaat ini masih terdapat sederet permasalahan terkait pengembangan lahan tebu. Permasalahan tersebut berasal dari ketersediaan lahan.
Baca Selengkapnya