Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

BMKG bantah kualitas udara Jakarta 'tidak sehat' saat Asian Games

BMKG bantah kualitas udara Jakarta 'tidak sehat' saat Asian Games Kabut pekat selimuti Jakarta. ©2018 Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho

Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati membantah pemberitaan yang berjudul 'Air pollution welcomes athletes in Jakarta for Asian Games'. Berita tersebut menuliskan kualitas udara Jakarta sangat buruk saat Asian Games 2018. Berita itu menggunakan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO

Pemberitaan menyebutkan indeks polusi udara di Jakarta dalam kategori 'tidak sehat' yang menunjukkan kadar polusi mencapai 154 mikrogram per meter kubik.

"Jakarta atau Indonesia sendiri tidak termasuk di dalam negara-negara yang dirilis WHO dari paparan polusi udara dan dampak kesehatannya," kata Dwikorita dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, seperti dilansir Antara, Sabtu (18/8).

Dia mengatakan, Indonesia sudah sering dituding sebagai penyumbang emisi (emitter) gas rumah kaca dan parahnya tingkat pencemaran udara.

Dwikorita mencontohkan, pada 2004, Reuters menurunkan tulisan yang menyebut Indonesia sebagai negara emitter terbesar ketiga dunia karena deforestasi, degradasi lahan gambut dan kebakaran hutan.

Tulisan tersebut didasarkan pada laporan penelitian yang dibuat oleh sebuah lembaga konsultan penelitian lingkungan Indonesia yang mendapat sponsor dari Bank Dunia dan British Development Arm.

Pada 2014, World Resources Institute (WRI) masih menempatkan Indonesia dalam urutan keenam yang menyumbang empat persen dari total kumulatif emisi gas rumah kaca (GRK) dunia periode 1990-2011. Perhitungan total kumulatif GRK itu sudah menyertakan perubahan guna lahan dan kehutanan.

Namun pada 2017, sebuah penelitian terbaru oleh Boden, dkk (2017) yang berjudul National CO2 Emissions from Fossil-Fuel Burning, Cement Manufacture, and Gas Flaring yang diterbitkan oleh Carbon Dioxide Information Analysis Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S. Department of Energy, ternyata tidak menyertakan Indonesia di dalam enam negara emitter dunia terbesar.

Keenam negara penyumbang emisi dunia yang disebutkan oleh studi tersebut di antaranya Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Federasi Rusia dan Jepang.

Senada dengan paper ilmiah tersebut, laporan Climate Change Performance Index (2018) juga mengeluarkan Indonesia dari 10 besar penyumbang emisi terbesar dunia dan menempatkannya pada ranking 14, meskipun menurut laporan tersebut, Indonesia masih diklasifikasikan sebagai negara berkinerja rendah di 2018 ini sebab tren masa lalu dan status emisi GRK per kapita saat ini dinilai masih sangat rendah.

Secara bukti data, pun hasil pengukuran GRK di Bukit Koto Tabang selama 14 tahun terakhir sejak 2004, laju kenaikan CO2 di Indonesia adalah 1,94 ppm, tidak setinggi konsentrasi hasil pengukuran di Stasiun GAW Mauna Loa (USA), bahkan masih dibawah kenaikan rata-rata global sebesar 2,08 ppm.

"Indonesia sudah seringkali dituding sebagai negara yang paling emisif GRKnya di dunia, namun penilaian dan penelitian lembaga ternama lainnya maupun data real GRK terukur di lapangan pun membantah tudingan itu," jelas Dwikorita.

Demikian pula dalam hal pencemaran udara baru baru ini. Pemberitaan media Al Jazeera pada Jumat 17 Agustus 2018 yang bertajuk "Air pollution welcomes athletes in Jakarta for Asian Games", bahkan menyatakan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.

"Dengan mengacu standar WHO ada pihak pihak yang mengatakan pada beberapa hari tingkat polusi udara Jakarta lebih buruk dari pada Beijing, RRC," ungkap Dwikorita.

Senada dengan hal itu, pemberitaan BBC Indonesia juga menyebut Jelang Asian Games 2018, Jakarta jadi kota berpolusi udara 'paling parah' di dunia.

Mantan Rektor UGM itu menerangkan, tuduhan polusi Jakarta terparah di dunia itu berbeda dengan apa yang dirilis The New York Times, Juni 2017 lalu di mana ranking 10 negara terburuk dalam hal polusi, adalah Cina, Amerika Serikat, India, Rusia, Jepang, Jerman, Iran, Arab Saudi, Korea Selatan dan Kanada.

Penelitian terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang kota-kota yang paling tercemar di dunia menunjukkan, dari 10 kota paling tercemar di dunia, sembilan di antaranya ada di India, dan satu di Cameroon.

(mdk/rzk)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kualitas Udara di Palembang Terburuk se-Indonesia Versi IQAir Hari Ini, Jakarta Ketiga
Kualitas Udara di Palembang Terburuk se-Indonesia Versi IQAir Hari Ini, Jakarta Ketiga

Data terupdate pukul 08.42 Wib, Palembang menjadi kota dengan kualitas udara sangat buruk se-Indonesia di level 181 AQI US.

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Minggu Pagi Tidak Sehat, Terburuk Ketiga di Dunia
Kualitas Udara Jakarta Minggu Pagi Tidak Sehat, Terburuk Ketiga di Dunia

Kualitas udara DKI Jakarta, pada Minggu (23/6), masuk kategori tidak sehat. Indeks kualitas udara di Ibu Kota bahkan tercatat yang terburuk ketiga di dunia.

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia Pagi Ini
Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia Pagi Ini

Kualitas udara di DKI Jakarta, berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Senin (10/6) pagi menjadi yang terburuk di dunia.

Baca Selengkapnya
Jakarta Kembali jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia, Kalahkan Qatar dan Baghdad
Jakarta Kembali jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia, Kalahkan Qatar dan Baghdad

Masyarakat pada kota dengan indeks kualitas udara tidak sehat disarankan untuk memakai masker jika melakukan aktivitas di luar rumah atau outdoor.

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Hari Ini: Tidak Sehat, Posisi Tiga Terburuk di Dunia
Kualitas Udara Jakarta Hari Ini: Tidak Sehat, Posisi Tiga Terburuk di Dunia

BMKG menyebut fenomena La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Peringkat Kedua Terburuk di Dunia
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Peringkat Kedua Terburuk di Dunia

Namun, jika melansir aplikasi JAKI, kualitas udara di Jakarta rata-rata dalam kondisi sedang hingga pukul 06.00 WIB.

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Kamis Pagi Tidak Sehat dan Terburuk Kedua di Dunia
Kualitas Udara Jakarta Kamis Pagi Tidak Sehat dan Terburuk Kedua di Dunia

Jakarta menduduki kota paling berpolusi dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke Lima di Dunia Hari Ini, Warga Diminta Pakai Masker
Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke Lima di Dunia Hari Ini, Warga Diminta Pakai Masker

Jakarta rangking lima kota udara terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara (AQI) di angka 160.

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Peringkat 2 Terburuk di Dunia
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Peringkat 2 Terburuk di Dunia

Di Jakarta Pusat, Indeks Standar Pencemaran Udara Maksimum berada di angka 91 dengan kategori sedang. Kemudian, di Jakarta Barat 51 dengan kategori sedang.

Baca Selengkapnya
Ini Wilayah Jakarta yang Udaranya Paling Buruk Jumat Pagi
Ini Wilayah Jakarta yang Udaranya Paling Buruk Jumat Pagi

Kualitas udara di DKI Jakarta berada dalam kategori tidak sehat berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Jumat pagi.

Baca Selengkapnya
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia, Warga Diimbau Bermasker dan Hindari Aktivitas Luar Ruangan
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia, Warga Diimbau Bermasker dan Hindari Aktivitas Luar Ruangan

Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan.

Baca Selengkapnya
Minggu Pagi, Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-5 di Dunia
Minggu Pagi, Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-5 di Dunia

Situs ini merekomendasikan masyarakat untuk mengenakan masker.

Baca Selengkapnya