Buntut Diskusi PWF Bali Dibubarkan Ormas, Band Navicula Putuskan Batalkan Manggung di WWF
Navicula, grup band asal Bali menyayangkan tindakan pembubaran yang dilakukan ormas.
Seharusnya, Band Navicula manggung di acara Water Vaganza, salah satu side event dari World Water Forum (WWF) ke-10, besok.
Buntut Diskusi PWF Bali Dibubarkan Ormas, Band Navicula Putuskan Batalkan Manggung di WWF
Kegiatan Forum Air untuk Rakyat atau People's Water Forum (PWF) yang diselenggar aktivis lingkungan di Bali dibubar ormas. Diskusi itu menyorot kegiatan KTT World Water Forum (WWF) ke-10
Navicula, grup band asal Bali menyayangkan tindakan pembubaran yang dilakukan ormas. Sebagai bentuk keprihatinan, grup Band Navicula memutuskan membatalkan jadwal manggung mereka hari Jumat (24/5) besok di acara Water Vaganza. Water Vaganza adalah salah satu side event dari World Water Forum (WWF) ke-10.
"Kami, Navicula, memutuskan untuk batal tampil di tanggal 24 Mei di acara water vaganza, sebagai bagian dari event world water forum," kata I Gede Robi Supriyanto selaku vokalis sekaligus gitaris Navicula, saat dikonfirmasi Kamis (23/5).
Pembatalan tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap para aktivis, akademisi, dan pemerhati air yang kegiatan diskusinya dihambat. Hal itu menyusul setelah adanya intimidasi dan pembubaran diskusi PWF oleh sekelompok anggota organisasi ormas di Hotel Oranjje, Denpasar, Bali.
"Pembatalan itu, statement kita untuk solidaritas. Kalau saya sendiri sebagai orang Bali, musisi Bali, sebagai pemerhati, kalau kita lihat sebenarnya ini ajang-ajang internasional adalah kesempatan untuk mencari solusi terbaik," ujarnya.
"Saya pikir, solusi terbaik salah satunya adalah melibatkan lebih banyak partisipasi publik. Kalau kita lihat kayak kemarin, sampai terjadi pembubaran itu kan bertolak belakang sama saya dan Navicula inginkan," lanjutnya.
Robi juga sangat berharap event internasional semestinya melibatkan lebih banyak partisipasi dan aspirasi publik untuk memberi masukan pemanfaatan air yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Apalagi, diskusi-diskusi yang dilakukan oleh kawan-kawan PWF dan masyarakat sipil ini adalah diskusi yang bersifat akademis dan intelektual.
"Segala bentuk pelarangan yang terjadi ini menurut kami adalah pelanggaran atas asas demokrasi," ungkapnya.
Robi juga menyayangkan, dengan adanya kejadian tersebut karena ke depan akan banyak sekali kegiatan membahas soal air dan itu menghabiskan sekian banyak anggaran.
"Kalau tidak menghasilkan solusi yang konkret itu kan mubazir," ujarnya.
Robi memastikan pihaknya telah melakukan negosiasi dengan pihak WWF yang telah mengundangnya Navicula sekaligus membatalkan penampilan mereka.
"Itu kan internal negosiasi kita, kita juga profesional. Saya pikir acara yang terafiliasi sekelas WWF itu menurut saya pribadi. Saya pikir ini bukan cuma sekadar acara entertainment hura-hura. Maksudnya, acara WWF bukan acara hura-hura pada umumnya. Menurut saya ini acara yang serius, bukan hanya membuat orang senang-senang, ada pesan," ungkapnya.
"Saya pikir apa yang berkaitan dengan WWF, mau bikin konser, mau bikin press conference, harus sesuai dengan spiritnya yaitu mencari solusi untuk pemanfaatan air. Kita kan bukan anti konferensi internasional. Maksudnya silakan jalan, tapi apa yang berjalan sesuai dengan ideal yang kita pikir," ujarnya.
Ia juga memberikan pesan kepada para penyelenggara WWF di Bali, bahwa di Indonesia ada banyak hal yang harus dibahas tentang air dan itu harus melibatkan banyak aspirasi dari masyarakat.
"Ada banyak hal, Indonesia sebagai negara demokrasi seharusnya yang paling ideal adalah dengan lebih banyak mendapat aspirasi masyarakat. Kan demokrasi adalah suara rakyat. Tapi ini kan bukan sekedar promosi pariwisata. Ini kan ada anggaran yang dikeluarkan negara untuk menentukan masa depan elemen vital, kekayaan yang harus di-manage dengan hati-hati," ujarnya.
"Kalau kita manage dengan demokrasi berarti benar-benar harus menyerap aspirasi rakyat, masalah konkret di masyarakat seperti apa. Kalau kita sendiri, kemarin diskusi dari koalisi masyarakat pemerhati air itu kan positif ya. Kalau seandainya saya sebagai decision maker pasti akan saya biarin aja, justru difasilitasi," ujarnya.
Sebelumnya, kegiatan The People's Water Forum (PWF) yang dilaksanakan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aktivis lingkungan dibubarkan oleh puluhan orang dari salah satu ormas.
Tak berhenti pada awal pekan ini, massa dari ormas yang sama pun melakukan aksi serupa pada lanjutan gelaran tersebut di hari selanjutnya.
Bahkan, eks Hakim MK I Dewa Gede Palguna yang menjadi pemateri pun turut diusir sehingga tak bisa masuk ke hotel tempat gelaran forum tersebut pada Selasa (21/5). Selain itu, viral pula Pelapor khusus PBB untuk hak atas air dan sanitasi, Pedro Arrojo Agudo juga diadang massa ormas untuk masuk ke hotel tersebut pada hari yang sama.
Polda Bali menyatakan masih mendalami dugaan upaya pembubaran paksa dan intimidasi oleh ormas terhadap acara dan peserta Forum Air untuk Rakyat (People's Water Forum/PWF).