Dekat Rumahnya, Intip Kisah Bagiyudin yang Semringah Bisa Kerja di KIT Batang
Dia merasa beruntung karena bisa bekerja di kompleks industri yang tumbuh di daerahnya.
Puluhan muda-mudi berkumpul di sebuah ruangan. Semua lesehan, duduk beralas karpet abu-abu dan merah. Raut orang-orang yang menyandarkan punggung ke dinding itu serius, menyimak penjelasan pria paruh baya yang duduk tepat di mulut pintu.
Ini bukan arisan. Mereka juga tidak sedang ikut pengajian. Muda-mudi yang sedang meriung di rumah lawas itu sedang mendapat pengarahan. Sebanyak 50 muda-mudi itu sedang dilepas ke dunia kerja setelah dua minggu ikut pelatihan. Selepas acara itu, mereka bisa semringah karena langsung diterima kerja di pabrik sepatu, PT Yih Quan Footwear Indonesia.
Muda-mudi itu adalah warga di sekitar Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Mereka adalah akamsi. Warga lokal. Muda-mudi itu lolos sertifikasi dari 100 peserta yang mengikuti pelatihan gelombang pertama. Mereka bersyukur bisa bekerja di kawasan industri yang menyala di dekat rumah.
“Alhamdulillah baik, setelah saya mengikuti pelatihan selama 15 hari berjalan lancar,” kata Bagiyudin Najib, salah satu pemuda Batang yang hari pada awal Oktober 2023 itu dilepas setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Bagiyudin pantas bungah. Dia merasa beruntung karena bisa bekerja di kompleks industri yang tumbuh di daerahnya. Apalagi, dia dibekali keterampilan sebelum bekerja. Semua gratis. “Bahkan saya juga dikasih uang saku dan makan,” tutur Bagiyudin sambil berseri-seri.
Pada Jumat 26 Juli 2024, pabrik tempat Bagiyudin bekerja telah melakukan ekspor perdana. Perusahaan Taiwan yang menanam modal Rp1,7 triliun di KITB itu mengirim sepatu merek Hoka ke Amerika Serikat. Kontainer-kontainer berisi 16.000 pasang sepatu mereka dilepas oleh Presiden Joko Widodo, berbarengan dengan peresmian KITB.
PT Yih Quan Footwear Indonesia bukan satu-satunya pabrik yang tinggal di KITB. Di atas lahan 4.300 hektare itu kini tumbuh berbagai pabrik. Saat ini, KITB sudah menampung 18 perusahaan yang menempati 10 persen dari total luas wilayah. Perusahaan-perusahaan itu telah berinvestasi Rp14 triliun di KITB dengan menyerap 19.000 tenaga kerja.
Hilirisasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang
Kabar teranyar, PT KCC Glass Indonesia juga sudah menyala pada Agustus lalu. Pabrik kaca asal Korea Selatan yang dibangun mulai Mei 2021 itu sudah beroperasi. KCC Glass merupakan investor asing pertama yang melakukan peletakan batu pertama di KITB.
“Kami mendapatkan investasi untuk proyek hilirisasi di Batang, yaitu KCC Glass. Ini akan mulai produksi pada Agustus tahun ini. Ini hanya salah satu di antara proyek-proyek investasi hilirisasi Indonesia dari Korsel,” kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, Juli lalu.
Belum ditahui berapa kapasitas produksi pabrik kaca ini. Tapi yang jelas, saat peletakan batu pertama PT KCC, Bahlil menyebut pabrik yang menghuni lahan seluas 49 hektare dengan nilai investasi Rp5 triliun ini akan menjadi perusahaan kaca terbesar se-Asia Tenggara dan menyerap 1.200 tenaga kerja.
Perusahaan lain Korea yang bermukim di kawasan industri di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, adalah LG. Perusahaan ini siap membangun pabrik katoda sebagai ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Kehadiran pabrik katoda merupakan bagian dari integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai EV.
“Di mana, akan ada prekursor smelter untuk pengembangan sel baterai di Maluku Utara. Kemudian, ada pabrik baterai sel juga di Karawang, Jawa Barat,” kata Bahlil.
Dengan hilirisasi, Indonesia tidak lagi mengekspor mineral hasil tambang dalam bentuk mentah. Proses ini akan mengolah mineral hasil tambang menjadi barang jadi. Tembaga dan nikel misalnya, bisa diolah menjadi komponen penting baterai listrik.
Hilirisasi mengubah nilai jual mineral tambang yang keluar dari perut bumi Indonesia. Harganya makin tinggi setelah menjadi produk jadi. Beda jauh jika diekspor dalam bentuk mineral mentah.
Selain itu, proses hilirisasi juga akan membuka banyak lapangan kerja. Semakin banyak industri hilirisasi tumbuh di KITB ini, kian masif tenaga kerja yang dibutuhkan. Dalam sepuluh tahun ke depan, KITB diproyeksikan penuh pabrik dan menyerap 25.000 ribu pekerja.
Nyala industri-industri seperti di KITB ini menjadi harapan baru bagi warga lokal semacam Bagiyudin yang semringah karena bisa mendapat pekerjaan. Pemuda dengan rambut setengah kribo ini berharap warga lokal Batang bisa kerja di kawasan industri tersebut.
“Supaya ke depannya tidak hanya jadi penonton saja. dari luar bekerja di sini, yang dari sini juga bisa bekerja di dalam KITB sini,” tutur Bagiyudin.