Demi Persatuan Bangsa, Jika Berbeda Jangan Dianggap Musuh
Hamid berpesan jangan cepat memvonis atau menjadikan orang atau kelompok lain hal yang tidak baik, apalagi memusuhinya, kemudian membencinya.
Jangan sampai informasi yang diterima tidak utuh sehingga mudah untuk mengharamkan atau mengafirkan orang lain.
Demi Persatuan Bangsa, Jika Berbeda Jangan Dianggap Musuh
Guru Besar Bidang Tasawuf Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Profesor Hamid Nasuhi menegaskan momentum Tahun Baru Hijriah yang lalu juga harus diilhami dengan semangat persatuan bangsa. Selain itu, mempererat persatuan untuk mencegah terjadinya perpecahan dan masuknya ideologi asing yang tidak sejalan dengan kesepakatan para pendiri bangsa.
Untuk itu, Hamid berpesan jangan cepat memvonis atau menjadikan orang atau kelompok lain hal yang tidak baik, apalagi memusuhinya, kemudian membencinya. Ia berharap agar sesama anak bangsa bisa bersatu dan bersama membangun Indonesia yang lebih baik."Karena siapa tahu orang yang Anda benci sekarang ini bisa menjadi kekasih pada waktu yang lain. Orang yang sangat Anda kasih, bisa saja besok menjadi musuh. Nah, ini perlu menjadikan momentum untuk selalu introspeksi yang bisa berubah dari yang kurang baik menjadi lebih baik," katanya, Minggu (23/7).
merdeka.com
Hamid memandang penting literasi yang baik dalam berhijrah seperti mengedepankan persatuan, persaudaraan, dan pemahaman yang moderat. Jangan sampai informasi yang diterima tidak utuh sehingga mudah untuk mengharamkan atau mengafirkan orang lain.
"Intinya dibutuhkan literasi, jangan sampai mereka itu langsung terima informasi yang kaget begitu, langsung mengklaim paling benar. Jika dia beda, dia (dianggap) musuh. Menurut saya, itu kurang gaul, kurang piknik, dan kurang baca," kata Hamid.
merdeka.com
Dia mencontohkan Rasulullah menyatukan kaum ansar dan muhajirin, tentu prosesnya tidak mudah. Hal ini butuh kedewasaan dan mampu meredam ego untuk bisa berbaur dan bersatu dengan lainnya.
Selain itu, dia juga mendorong agar menjaga tradisi perayaan Tahun Baru Islam dengan kontemplatif maupun memadukan kreativitas atau kolaborasi dengan kearifan budaya lokal seperti pawai obor, Zikir 1 Muharam atau muhasabah (introspeksi). Kata dia, hal ini juga bertujuan untuk berkontemplasi agar menjadi insan yang lebih baik pada tahun mendatang.
Di sisi lain, dia juga menyinggung terkait dengan oknum yang melakukan pembubaran terhadap acara bertemakan hijrah. Hal ini kontraproduktif dan dapat menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Apalagi, animo masyarakat untuk hadir dalam acara tersebut relatif cukup besar.
Untuk membuat orang tertarik atau mengajak dalam jalan kebaikan itu, menurut dia, tidak mudah daripada generasi bangsa dirusak dengan aktivitas tidak bermanfaat seperti tawuran dan narkoba. "Tinggal bagaimana pelaksanaannya diimplementasikan nilai-nilai kebangsaan," ujarnya.