Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Di tengah keterbatasan, perjuangan orang-orang ini bikin terharu

Di tengah keterbatasan, perjuangan orang-orang ini bikin terharu Anak tukang becak ber-IPK 3,96 diantar bapaknya. ©2014 Merdeka.com/Humas Unnes/Lintang Hakim

Merdeka.com - Indonesia punya banyak segudang manusia berprestasi. Bahkan rata-rata nasib mujur itu justru didapatkan oleh orang-orang yang tak mampu.

Dari yang tak punya biaya cukup untuk mengenyam pendidikan, hingga keterbatasan fisik yang dianggap selalu menjadi penghalang.

Nah, berikut beberapa cerita-cerita haru orang berprestasi meski hidupnya terbatas seperti dirangkum merdeka.com, Minggu (14/12) pagi:

Kisah haru anak pengemis berprestasi

Gubuk itu sudah reot. Tiangnya bahkan tak lagi berdiri sejajar. Atap dari daun rumbia pun sudah tak utuh. Setengahnya sudah rontok akibat lapuk termakan usia.Dinding dari papan pun tak terpasang rapi. Jarak antar papan merenggang, bercelah seukuran tiga jari. Sehingga, apapun yang dilakukan di dalam gubuk itu dengan mudah terlihat oleh siapapun yang berada di luar.Di gubuk selebar tiga depa itulah Nurliyah menghabiskan hari-harinya. Perempuan berusia 37 tahun ini sudah hidup 14 tahun di Desa Asan Kumbang, Kecamatan Ulee Glee, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, itu.Tak ada listrik, begitu juga televisi. Penerangan satu-satunya ketika malam tiba hanyalah lampu minyak biasa. Namun warga miskin itu tetap semangat menjalani hidup. Bersama Irhana, anak semata wayang yang berusia 15 tahun, Nurliyah mencoba untuk tetap tegar."Rumah ini dibangun warga 14 tahun lalu. Namun sekarang sudah reot," kata Irhana dikutip dream.co dari Atjeh Post, Selasa 23 September 2014."Sekarang lagi musim hujan. Jadi kardus itu basah akibat hujan. Biasanya kardus ini mamak gunakan untuk menutup celah dinding jika malam tiba," tambah dia sambil menunjuk tumpukan kardus basah di gubuknya, Senin kemarin.Di dekat pintu, beberapa helai baju yang dijemur terlihat basah. "Ini juga basah karena hujan semalam. Atap rumah setengah memang sudah jatuh," ujarnya pelan.Menurut Irhana, rumahnya itu digunakan sebagai kamar tidur, dapur, tempat belajar, sekaligus untuk salat. "Kalau hujan ya bergeser ke sudut lain. Kalau terlalu deras ya tunggu di rumah tetangga atau emperan toko orang," kata siswi SMP Ulee Glee ini.Biarpun dengan keterbatasan ekonomi, Irhana mengaku tetap bersekolah untuk masa depannya. Dia termasuk siswa berprestasi sehingga mendapat beasiswa pendidikan."Mamak biasanya mengemis di jalanan. Sedangkan Bapak tidak tinggal di sini karena sudah lama cerai," katanya.Irhana berharap Pemerintah Aceh dapat memberikan bantuan rumah layak huni kepada dia dan orangtuanya agar tak lagi basah kuyup saat hujan turun.

Kisah Ahmad Faury, difabel yang gigih belajar kini jadi dosen

Semangat Ahmad Faury (31) pantas dicontoh. Meski dilahirkan dengan fisik tak sempurna, anak nelayan dari keluarga tak mampu ini pantang menyerah mengejar pendidikan tinggi dan menjadi akademisi.Ahmad Faury lahir di Dusun I Desa Pematang Guntung, Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada 11 Oktober 1983. Dia bungsu dari 7 bersaudara buah cinta pasangan Satrak (alm) dan istrinya, Ismaini (almh). Hanya, enam saudaranya meninggal sebelum dewasa.Sejak dilahirkan, kondisi fisik Ahmad Faury jauh dari sempurna. Kedua lengannya tanpa tangan dan jari. Kedua kakinya juga buntung sebatas betis.Fisiknya yang tidak sempurna tidak lantas membuat Ahmad Faury terus berkecil hati. Saya bersyukur saja. Semakin saya berinteraksi dengan orang, mudah-mudahan orang lain semakin bersyukur, katanya kepada merdeka.com, Jumat (12/12).Rasa syukur Ahmad Faury berbuah manis. Dia mampu mengeyam pendidikan tinggi hingga ke jenjang S3. Padahal semasa hidup ayahnya hanya nelayan pencari kerang dan ibunya penganyam atap.Si kecil Ahmad Faury memulai pendidikan formal di SD Negeri 2 Pematang Guntung. Layaknya siswa normal, dia lancar menulis. Meski tak punya jari dan telapak tangan, alat tulis dia pegang dengan kedua ujung lengannya.Lulus dari SD, Ahmad Faury melanjutkan sekolah ke tingkat tsanawiyah dan aliyah di Pesantren Darul Mukhlisin, Sei Rampah, Serdang Bedagai. Tak berhenti sampai di sana, Ahmad Faury melanjutkan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara (Sumut) di Kota Medan.Pertama di Medan agak sulit karena semua jalan beraspal, kaki jadi sakit kalau saya berjalan. Untuk mengurangi sakit, saya pasang dengan tiga lapis kaus kaki, kata Ahmad Faury sambil menunjukkan bagian kakinya yang dibungkus kaus kaki hitam.Meski kondisi fisiknya tidak sempurna dan terlahir sebagai anak nelayan miskin, Ahmad Faury tetap belajar dengan semangat. Dia beruntung karena mendapat sejumlah beasiswa dan banyak dibantu orang yang bersimpati kepadanya.Perjuangan Ahmad Faury terbayar dengan kelulusannya pada 2006. Dia meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,51. Waktu diwisuda sedih juga, karena ketika itu ayah saya sudah tiada. Beliau meninggal saat saya kuliah, ucapnya.Menyadari ketidaksempurnaan fisiknya, Ahmad Faury mantap ingin menjadi akademisi. Karena itu dia nekat melanjutkan studinya pada program Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.Setelah tahun pertama menimba ilmu di UGM, Ahmad Faury kembali mendapat berduka. Ibunya Ismaini berpulang. Alhamdulillah, saya yang menjadi imam saat salat jenazah ibu saya. Begitu juga waktu ayah saya meninggal, ucapnya.Setelah sempat mengambil cuti pascameninggalnya sang ibu, Ahmad Faury meneruskan kuliahnya di UGM . Dia lulus pada 2010 dan berhak menyandang gelar Lex Legum Master (LL.M.).Dari UGM, Ahmad Faury kembali ke IAIN Sumut sebagai dosen. Dia mengajar Hukum Pidana di sana sejak September 2010. Pemuda ini juga kerap diundang sebagai motivator.Ahmad Faury tetap tidak berhenti menimba ilmu. Di tengah kesibukannya sebagai dosen, dia kini mengikuti program doktor di IAIN Sumut.

Een Sukaesih, guru yang lumpuh 27 tahun

Sungguh sangat besar pengabdian Een Sukaesih. Ibu guru ini sudah 32 tahun menderita penyakit Rheumatoid arthritis (RA). Penyakitnya itu juga yang membuatnya lumpuh selama 27 tahun. Namun, ia masih tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik untuk orang banyak.Dirangkum dari berbagai sumber, Een Sukaesih tinggal di Dusun Batukarut, RT01 RW06, Desa Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat. Warga mengenal baik sosok 'Ibu Guru' istimewa ini. Ya, karena ia seorang luar biasa, umumnya orang memberi di saat lapang, tetapi Een berbeda. Dalam keterbatasannya, Een yang mencintai profesi guru itu selalu membantu menyiapkan masa depan orang lain dengan cara membagi ilmu dan kasih sayang, serta menjadi sahabat bagi anak didiknya.Namun rupanya Tuhan menyayangi Een. Kemarin Jumat (12/12), Een akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang, Jawa Barat."Iya betul, Ibu Een sudah berpulang. Saat ini di ruangannya masih banyak sanak famili," ujar Andi, seorang petugas di RSUD Sumedang kepada merdeka.com.Ibu guru yang dua kali bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengembuskan napas terakhirnya sekira pukul 15.20 WIB. "Tadi sekitar pukul 15.20 WIB," ujar Andi.Selamat jalan Ibu Guru Een Sukaesih.

Raeni, anak tukang becak wisudawan terbaik Unnes ber-IPK 3,96

Gadis berkerudung bernama Raeni ini lulus dari jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes. Sejak semester pertama, peraih Bidikmisi ini membuktikan, keterbatasan ekonomi bukan halangan meraih prestasi. Dalam perjalanannya menempuh gelar sarjana, wanita yang lahir dari anak seorang tukang becak ini beberapa kali meraih nilai indeks prestasi (IP) sempurna, 4,00. Hingga akhir masa studinya, Raeni mempertahankan prestasi tersebut dan mengantongi nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) akhir 3,96.Menurut Rektor Unnes, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., pencapaian Raeni membuktikan, anak dari keluarga kurang mampu tidak memiliki halangan untuk bisa berkuliah dan berprestasi. Salah satu contohnya adalah Raeni. "Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni. Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini," kata Fathur.Raeni dan orangtuanya juga sempat mendapat kesempatan untuk bertemu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu masih menjabat sebagai presiden.

(mdk/gib)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Disabilitas Berani Melawan Keterbatasan Demi Impian Masuk Polwan
Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Disabilitas Berani Melawan Keterbatasan Demi Impian Masuk Polwan

Nur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).

Baca Selengkapnya
7 Contoh Teks Cerita Inspiratif yang Bermuatan Pelajaran Hidup, Lengkap dengan Pesan Moralnya
7 Contoh Teks Cerita Inspiratif yang Bermuatan Pelajaran Hidup, Lengkap dengan Pesan Moralnya

Selain memiliki alur yang menarik, cerita inspiratif juga seringkali mendatangkan pelajaran hidup yang penting bagi setiap pembacanya.

Baca Selengkapnya
Evi, Nasabah Disabilitas PNM Mekaar: Kekurangan Itu Bukan Berarti Kita Tidak Bahagia
Evi, Nasabah Disabilitas PNM Mekaar: Kekurangan Itu Bukan Berarti Kita Tidak Bahagia

Memulai perjalanan hidup yang tidak selamanya mulus, Evi tidak pantang menyerah.

Baca Selengkapnya
Couple Goals Banget, Pasutri Difabel Asal Gunungkidul Ini Sukses Jalankan Bisnis Sablon dan Jadi Atlet Profesional
Couple Goals Banget, Pasutri Difabel Asal Gunungkidul Ini Sukses Jalankan Bisnis Sablon dan Jadi Atlet Profesional

Ketidaksempurnaan fisik tak menjadi halangan bagi pasutri ini untuk produktif. Keduanya sukses berbisnis sablon dan jadi atlet profesional.

Baca Selengkapnya
Kisah 10 Penyanyi Dangdut Sukses Angkat Derajat Hidupnya, Kini Punya Rumah Mewah Dulu dari Keluarga tak Berada
Kisah 10 Penyanyi Dangdut Sukses Angkat Derajat Hidupnya, Kini Punya Rumah Mewah Dulu dari Keluarga tak Berada

Artis Indonesia ini dulunya berasal dari keluarga yang tidak berada. Berkat kerja kerasnya, mereka berhasil mengangkat derajat hidupnya

Baca Selengkapnya
Kisah Hani Hadiyanti, Nasabah Disabilitas Binaan PNM dengan Sejuta Inspirasi
Kisah Hani Hadiyanti, Nasabah Disabilitas Binaan PNM dengan Sejuta Inspirasi

Setelah mendapatkan modal dari PNM kini Ia menambah produk jualannya berupa pakaian.

Baca Selengkapnya
Lahir dengan Fisik Tak Sempurna, Ini Kisah Perempuan Asal Trenggalek Habiskan Gaji PNS untuk Bantu Teman-teman Difabel
Lahir dengan Fisik Tak Sempurna, Ini Kisah Perempuan Asal Trenggalek Habiskan Gaji PNS untuk Bantu Teman-teman Difabel

Ia berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya

Baca Selengkapnya
Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan
Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan

Sosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.

Baca Selengkapnya
Kembalinya Tawa Sukarno, Dulu Minder Kaki Diamputasi Kini Bangkit Sabet Medali
Kembalinya Tawa Sukarno, Dulu Minder Kaki Diamputasi Kini Bangkit Sabet Medali

Di tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Atlet Disabilitas Indonesia yang Meraih Juara Nasional hingga Internasional, Prestasinya Bikin Bangga
FOTO: Potret Atlet Disabilitas Indonesia yang Meraih Juara Nasional hingga Internasional, Prestasinya Bikin Bangga

Atlet disabilitas Indonesia berhasil menorehkan prestasi gemilang di ajang kejuaraan olahraga tingkat nasional maupun internasional.

Baca Selengkapnya
Tak jadi Halangan Raih Cita-Cita, Remaja Disabilitas jadi Siswa Seba Polri Ikuti Latihan Penuh Percaya Diri
Tak jadi Halangan Raih Cita-Cita, Remaja Disabilitas jadi Siswa Seba Polri Ikuti Latihan Penuh Percaya Diri

Kisah inspiratif siswa Bintara Polri disabilitas tetap semangat menempuh pendidikan di tengah keterbatasan fisik.

Baca Selengkapnya
Idap Cerebral Palsy, Wanita Ini Buktikan Dirinya Juga Bisa Jadi Sarjana dengan IPK 3,71
Idap Cerebral Palsy, Wanita Ini Buktikan Dirinya Juga Bisa Jadi Sarjana dengan IPK 3,71

Meski tidak menjadi peraih IPK paling tinggi di wisuda kali ini, wanita bernama Januarti Mukti ini mengaku sangat senang.

Baca Selengkapnya