Gelar Final Liga Sepak Bola Tarkam di GBK, PDIP Tegaskan Tak akan Ada Bendera Partai Politik
Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud merayakan keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17.
Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud merayakan keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17.
Gelar Final Liga Sepak Bola Tarkam di GBK, PDIP Tegaskan Tak akan Ada Bendera Partai Politik
PDI Perjuangan bakal menggelar final Liga Kampung Soekarno Cup di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Jumat (3/11) besok.
PDI Perjuangan memastikan kegiatan ini tak akan membawa unsur politik misalnya bendera partai.
"Jadi, kami taat juga dengan statuta FIFA. Kami enggak ada bendera partai, enggak ada kampanye. Jadi, kampanye enggak ada," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat diwawancari di SUGBK, Senayan, Jakarta, Kamis, (2/11).
Hasto menjelaskan, gelaran final liga tarkam akan dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri serta pasangan bakal capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Selain itu, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud seperti Arsjad Rasjid dan nama lain juga akan hadir.
"Pak Ganjar, Pak Arsjad, dan tokoh dari partai pengusung kami undang sebagai pihak-pihak yang ikut bersama merayakan (Piala Dunia) U-17," ujar Hasto.
Izin PSSI
Hasto mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PSSI Erick Thohir sebab mengizinkan pelaksanaan babak final liga antar kampung dilaksanakan di SUGBK.
"Karena beliau kami menyampaikan izin untuk adanya liga kampung ini, beliau juga memberikan bantuan," kata Hasto.
Adapun kegiatan ini dilakukan sebagai wujud merayakan keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17. Gelaran olahraga tersebut bakal dimulai pada 10-17 November.
Selain itu, Hasto menyebut pelaksanaan final pertandingan sepak bola ini dibuat PDI Perjuangan karena menjadi cita-cita Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno. Sebab, olahraga menjadi sarana membentuk karakter bangsa.
"Itu Bung Karno menghadirkan sepak bola sebagai kultur. Bung Karno menjadikan olahraga sebagai spirit membangun karakter building, olahraga sebagai lambang supremasi, termasuk sepak bola," kata Hasto.
Sementara itu, Ketua Taruna Merah Putih (TMP) Hendrar Prihadi atau Hendi menyebutkan Liga Kampung Soekarno Cup sebenarnya sudah dilaksanakan oleh kepala daerah dari PDI Perjuangan di wilayah masing-masing.
Dia menyebutkan pada September 2023 sudah dilaksanakan turnamen Liga Kampung di tingkat kota atau kabupaten. Kemudian pada Oktober 2023 dilanjutkan pelaksanaan di level regional.
Hendi menyebutkan babak final turnamen Liga Kampung Soekarno Cup akan mempertemukan delapan tim terbaik yang menjadi juara di level regional.
"Kami, mulai September kemarin sudah melakukan, menggulirkan kegiatan sepak bola di tingkat kota atau kabupaten, masing-masing mereka sudah melaksanakan kegiatan liga kampung ini. Kemudian Oktober sudah memasuki putaran provinsi atau regional. Ada delapan wilayah dan hanya satu juaranya. Kemudian dari 8 ini, memasuki semifinal dan final akan ada delapan tim," ujar Hendi.
Hendi berharap babak final turnamen Liga Kampung Soekarno Cup bisa berjalan lancar dan menghasilkan bibit unggul untuk sepak bola nasional.
"Kami berharap kegiatan bisa lancar dan periodik, menunjukkan kami perduli dengan sepak bola di tingkat nasional dan kami coba bisa membuat atlet muda agar bisa berkompetisi,” tutur dia.
Selain itu, tim juara akan mendapatkan piala yang didesain khusus oleh Ketua DPP PDI Perjuangan Prananda Prabowo.
Makna Tropi
Tropi itu merupakan hasil kontemplasi putra Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan, Prananda Prabowo, yang kemudian dijabarkan dan diwujudkan oleh pemahat Dolorosa Sinaga.
Menurut kader muda PDI Perjuangan yang menjadi panitia kegiatan, I Made Agus Mahayastra, piala tersebut tak hanya menjadi simbol supremasi pencapaian tertinggi di sebuah kompetisi, tetapi ada nilai-nilai histori yang terkandung di dalamnya.
"Piala diperebutkan ini tentu punya historis, punya makna dan sesuatu sangat berharga sehingga dari kita berharap Mas Prananda karena beliau sebagai politisi, beliau seorang seniman dan budayawan, gitaris dan musik dan lain-lainya,” kata Agus.
Agus mengatakan di dalam diri Prananda bukan hanya mengalir darah politisi, tetapi juga darah seni sehingga dapat menciptakan sebuah piala prestisius bernilai sejarah yang akan diperebutkan seluruh tim ajang Soekarno Cup Liga Kampung U-17.
“Sehingga beliau (Prananda) tahu bagaimana cara untuk membuat tropi yang betul -betul diperebutkan sekuat tenaga oleh tim yang berlaga,” tutur Agus.
Dengan desain piala dua tangan memegang bola dunia di atas miniatur stadion GBK menunjukkan bahwa stadion karya Presiden Pertama RI Soekarno tersebut sangat kokoh.
“Beliau mencurahkan ide dan lahirlah ini (tropi). Di bawah ini adalah GBK miniaturnya, GBK kita tahu dibikin oleh kakeknya beliau dan bagaiamana kokoh GBK ini dan dalam kurun waktu beberapa tahun sat ini sampai sekarang,” ucap Agus.
Selain itu, kata Agus, simbol kekokohan yang tersemat di dalam piala Soekarno Cup juga menjadi implemantasi kekokohan PDIP Perjuangan dalam mengawal konstitusi.
“70 tahun GBK berdiri, bergitu kokoh mas Prananda menjadikan simbol kekokohannya sehingga namanya PDI Perjuangan kokoh mengawal Kontitusi tidak megubah Kontitusi untuk mencari kekuasaan itu simbolnya ini, bangunan miniatur GBK ini,” ungkapnya.
Di sisi lain, desain dua tangan memegang bola dunia merupakan wujud kekuatan dan kekokohan mengabdi pada rakyat dan negara Indonesia.
“Bagaimana bola menjadi spirit untuk kita mengabdi pada Nusantara dan kepada dunia jadi Mas Prananda desain ini mudahan-mudahan ini nanti akan menjadi spirit untuk tim nya yang berlaga,” ucap Agus.
Sementara, Hasto menyampaikan adanya dua tangan di dalam desain Piala Soekarno Cup melambangkan tangan-tangan perjuangan dan kekohohan.
“Jadi itu makna dari tropi ini kenapa? Sepak bola Kampung karena di dalam menjadikan olahraga khususnya bola menjadi bagian identitas nasional kita supremasi kita itu dimulai dari bawah,” ucap Hasto.
Hasto menyebut dalam perjuangan akan ada tantangan dan penuh luka karena semuanya tidak bisa didapatkan secara instan atau serba cepat. Dan desain piala tersebut melambangkan perjuangan dari bawah sebelum meraih kesuksesan.
“Segala sesuatu ada prosesnya tidak bisa instans. Maka tangan-tangannya pun tangan kokoh karena tidak ada jalan pintas dalam mengukir perjuangan,” pungkasnya.