Hasto, speaker kecil, dan nasihat cucu Bung Karno
Merdeka.com - Without music, life would be a mistake. Kutipan Friedrich Nietzsche dalam 'Twilight of the Idols' itu barangkali yang telah menginspirasi Hasto Kristiyanto untuk kembali menikmati musik dalam sebulan terakhir.
Sekjen DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu sejatinya penikmat musik sejak remaja, namun kesibukan dunia politik, terlebih menjelang pilkada serentak Desember mendatang, membuatnya kian berjarak dengan kesenian, yang menurut Plato, telah 'memberi jiwa ke alam semesta'.
Adalah Prananda Prabowo, putra kedua Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang mengingatkan Hasto untuk tetap menikmati musik. Saran dari Nanan, sapaan cucu Bung Karno, itu tidak mengherankan mengingat Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif tersebut juga pembetot bas grup musik Rodinda.
-
Kenapa musik memiliki arti penting? Musik memiliki kekuatan untuk memengaruhi perasaan dan emosi seseorang, sehingga tidak mengherankan jika banyak orang yang mencintai musik.
-
Mengapa 'seni musik' penting? Musik telah ada sejak zaman kuno dan dipercaya berasal dari Dewa Mousikos dalam mitologi Yunani.
-
Apa dampak musik terhadap kesehatan mental? Secara mental, mendengarkan musik ini bisa memberi manfaat luar biasa. Dilansir dari the Independent, berikut sejumlah manfaat dari mendengarkan musik bagi kesehatan mental.
-
Bagaimana musik mempengaruhi produktivitas? Hasil studi ini menunjukkan bahwa musik yang menarik mampu meningkatkan kinerja dalam tugas kognitif pada sebagian besar orang.
-
Kenapa Satria merantau ke Solo untuk sekolah musik? Satria, salah satu siswa ABK di SMK Negeri 8 Surakarta, bercita-cita menjadi seorang musisi. Ia rela jauh-jauh merantau ke Kota Solo untuk bisa bersekolah di SMK Negeri 8 Surakarta karena tak banyak sekolah jurusan musik yang menerima siswa ABK seperti dirinya.
-
Kenapa Hari Musik Nasional penting? Tujuan peringatan Hari Musik Nasional adalah untuk meningkatkan rasa cinta dan pelestarian musik Indonesia.
“Mas Nanan mengingatkan saya untuk tetap menikmati musik agar hidup ini tidak terlalu kering. Kalimat Mas Nanan itu menginspirasi saya untuk kembali mengingat hobi lama mendengarkan musik," kata Hasto saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Jakarta, belum lama ini.
Setelah mendengar saran itu, Hasto kini selalu membawa sebuah speaker portabel, di samping tablet yang selalu dia tenteng ke mana-mana. Meski harganya murah, diakui Hasto, speaker mungil miliknya itu mampu mengalahkan pengeras suara yang jauh lebih besar dari sisi kualitas dan detail suara yang dihasilkan.
"Speaker mungil ini teman saya mengelilingi sejumlah daerah untuk persiapan pilkada serentak," ujar Hasto sambil menunjukkan gawai andalannya itu.
Dengan 'mainan' barunya itu, Hasto mulai semangat untuk mencoba mengingat dan mengumpulkan lagu-lagu lama kesukaannya. Jadilah hits Michael Jackson, Bon Jovi, Celine Dion, termasuk lagu-lagu abadi (evergreen) Engelbert Humperdinck, kini bersarang di ponselnya.
“Lagu-lagu Indonesia pun banyak. Lagu miliknya Sheila on 7, 'Jika'-nya Melly Goeslow dan lain-lainnya. Lagu 'Aku Melihat Indonesia' milik Rodinda pun sering saya putar,” ujar Hasto tentang grup band yang lirik lagunya sarat pesan kebangsaan itu.
Hasto mengakui ada cerita di balik setiap lagu yang disimpan di ponselnya. “It Must Have been Love-nya Roxette sempat saya sukai. Ada kisahnya saat di Malioboro. Setiap lagu yang kita sukai tentunya ada kisahnya,” ucap Hasto yang juga fans KoesPlus ini.
Di awal era 90-an Hasto sangat menyukai lagu-lagu ciptaan Gombloh. Salah satunya lagu yang melegenda dan penuh pesan nasionalisme berjudul Kebyar-Kebyar.
“Di masa itu, saya suka banget mendengarkan Kebyar-Kebyar dan lagu kematian saat bangun tidur. Kombinasi paradoks ya,” ujar Hasto sambil tertawa.
Bagi mereka yang kenal lama dengan Hasto, pastilah tahu bahwa pria kelahiran Yogyakarta 49 tahun silam ini penggemar berat Michael Learns to Rock (MLTR). Saat masih SMP di Kota Gudeg, Hasto paling menyukai lagu slowrock dari band Jerman Scorpion berjudul Still Loving You.
“Kalo dari MLTR lagu favorit saya That’s Why (You Go Away). Sebenarnya saya juga suka lagu 25 Minutes tapi nadanya sangat tinggi. Susah saya nyanyinya,” kata Hasto terkekeh.
Hobi lama tapi baru Hasto ini juga memicu perhatian para koleganya. Pernah dalam suatu perjalanan di mobil, Eriko Sotarduga, Wakil Sekjen DPP PDIP, kaget dengan hobinya mendengarkan lagu menggunakan speaker kecil.
“Pak Eriko kaget pas saya setel koleksi Pavarotti di mobil,” ucapnya sambil tertawa.
Dengan musik, Hasto bercerita, dia jadi sangat menikmati setiap perjalanan untuk mempersiapkan pilkada serentak. Capeknya perjalanan darat enam jam Surabaya –Sumenep pulang pergi pun seakan sirna oleh alunan musik.
"Usai memberi pengarahan di Kota Tarakan, saya sambil minum kopi di warung pinggir jalan, speaker ini juga tetap saya setel," kata Hasto sambil tertawa.
Kini Hasto seakan berjanji dalam dirinya untuk tidak lagi meninggalkan musik. Bahkan, dia bertekad akan mengelola partai sambil mendengarkan musik sebagai inspirasi.
“Saya antusias mengurus partai tapi saya tergugah dengan nasihat Mas Nanan agar hidup jangan kering. Saya memilih mendengarkan lagu. Mendengar lagu membuat saya menjadi energik,” pungkas Hasto yang sepertinya menyadari petuah Nietzsche bahwa hidup tanpa musik akan menjadi sebuah kesalahan.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjawab tuduhan Politikus Golkar, Nusron Wahid yang menyebut keturunan Soekarno dan Soeharto tak berprestasi
Baca SelengkapnyaMbah Tukiran berusia sekitar 30 tahun saat Bung Karno pidato di Alun-Alun Trenggalek. Kakek yang kini berusia 100 tahun itu ungkap isi pidato Bung Karno.
Baca SelengkapnyaPesan itu disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam silaturahmi di Kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ende, Jalan Eltari, Ende Tengah, NTT, Sabtu (1/6).
Baca SelengkapnyaHasto berharap, dalam peringatan hari lahir Bung Karno semakin mendorong tekad untuk meluruskan arah masa depan bangsa.
Baca SelengkapnyaIa melanjutkan perjuangan ayahnya sebagai negarawan yang sangat mencintai Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto, lebih baik panjang tebing ketimbang panjat kekuasaan menabrak aturan hukum.
Baca Selengkapnya