Ini penyebab puluhan mahasiswa IPB terjangkit hepatitis
Merdeka.com - Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (FEM) Institut Pertanian Bogor, Prof Muhammad Firdaus menyatakan kejadian merebaknya penyebaran hepatitis sebagai tamparan keras buat lembaga perguruan tinggi negeri yang banyak melahirkan ahli pangan, gizi dan lingkungan. Ketua Lembaga Amil Zakat (LAZ) IPB ini juga sempat menganalisa penyebab hepatitis yang menjangkiti 29 mahasiswa dirawat dan satu di antaranya meninggal dunia itu dan dituangkan dalam keterangan persnya sebagai tamparan untuk IPB ada tiga faktor penyebab hepatitis menjadi KLB di kampusnya itu.
"Banyaknya penderita hepatitis di IPB yang menjadi trending topic di berbagai media, membuat saya sulit memejamkan mata," katanya, Minggu (13/12).
Menurutnya belum lama ini, dia mengisi kegiatan promosi IPB kepada siswa SMA swasta yang memiliki akreditasi tertinggi di Depok, saat memberikan kata penutup bersama dengan calon Wali kota, ada Ibu ketua Yayasan mendadak mengucap peristiwa merebaknya penyakit hepatitis karena kurang gizi.
-
Siapa mahasiswa yang tewas di Bali? Mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23) ditemukan tewas di kamar indekosnya di Bali.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Siapa yang meninggal karena kanker? Pada 30 November 2003, Adhemar Dion, ayah Celine Dion, meninggal dunia karena kanker di Montreal, Kanada, saat berusia 80 tahun.
-
Bagaimana siswi terdampak penyakit? Mereka melaporkan penyakit ini telah melumpuhkan kaki mereka, sehingga sebagian besar dari mereka tidak mampu berjalan.
-
Siapa yang menjadi korban penularan HIV? Laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengungkapkan ada tiga perempuan yang terinfeksi HIV di sebuah spa di New Mexico, AS, setelah melakukan perawatan ‘Vampir Facial’.
"Ia mengingatkan 25 tahun yang lalu sering terdengar anak IPB kena tifus dan hepatitis; mungkin karena kurang gizi ya, wahh, pesan Ibu kesampaian, ternyata," tuturnya.
Terlebih kejadian ini, mendapat tanggapan dari Menteri Kesehatan RI yang menyatakan, penyebab hepatitis karena sanitasi di lingkungan kampus IPB yang buruk atau kantinnya kumuh.
"Tapi pernyataan tersebut sudah dibantah resmi oleh Humas IPB, bahkan untuk kantin di dalam kampus, yang saya sendiri hampir setiap hari makan di sana, rasanya sudah jauh lebih higienis dari kantin di Pasar Anyar Bogor, atau bahkan dibandingkan beberapa kantin kampus besar lainnya di Indonesia. Tapi rasanya akar persoalan utama bukan karena sanitasi yang buruk. Saya coba menilik beberapa fakta yang mungkin bisa menjadi penyebab kejadian tersebut," tuturnya.
Menurutnya ada tiga faktor penyebab terjadi virus hepatitis menjangkiti puluhan mahasiswa IPB hingga harus menjalani perawatan. Pertama, IPB adalah salah satu kampus besar yang diminati oleh siswa SMA yang berasal dari kalangan berpendapatan rendah. Penerima beasiswa Bidik Misi, program beasiswa kebanggaan Kementerian Pendidikan, salah satu yang terbesar ada di IPB.
Jumlah penerima beasiswa ini bisa mencapai hampir sepertiga dari total sekitar 3.500 yang masuk ke IPB setiap tahunnya. Selain dibebaskan dari biaya kuliah, sejak tahun 2010, setiap mahasiswa mendapatkan tunjangan biaya hidup 600 ribu sebulan.
"Saya sendiri, secara pribadi saat mengajar di kelas sering mengingatkan mahasiswa agar memperhatikan teman Anda. Silakan datang ke saya apabila ada teman Anda yang sudah tidak bisa makan karena tidak punya uang. IPB memiliki Lembaga Amil Zakat, dari potongan ZIS dosen dan pegawai," paparnya.
Jadi, lanjut dia, tidak sedikit mahasiswa IPB, terutama di tingkat pertama, yang kadang harus makan sekali sehari karena kondisi beasiswa yang diterima. "Bagaimana tidak hepatitis saat kemudian musim hujan di Bogor tiba. Rentannya tubuh mahasiswa ditambah karena asupan zat yang kurang baik bagi kesehatan. Pengawet atau pewarna seperti Rhodamin B adalah makanan sehari-hari mahasiswa IPB. Selain mi instan, berbagai jajanan khas Sunda semacam Cimol, Cilok atau Cireng adalah santapan favorit, yang sering dicocol dengan bumbu-bumbu beraneka warna," jelasnya.
Faktor kedua adalah terdapat sejumlah mahasiswa di IPB yang bukan penerima beasiswa Bidik Misi, tetapi kondisinya sama bahkan lebih memprihatinkan. Menurutnya, motivasi untuk menjadi orang besar sering lebih kuat dari mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi susah.
"Dengan beban perkuliahan dan praktikum di IPB yang mempunyai standar terbaik di Indonesia, ditambah aktivitas ekstra kurikuler tentunya akan memakan energi yang tidak sama dengan anak-anak sebaya yang tidak kuliah. Mungkin inilah faktor lain yang menyebabkan mudahnya mahasiswa terserang penyakit seperti tifus dan hepatitis; kurang gizi tapi aktivitas luar biasa," ujarnya.
Kemudian faktor ke tiga, di Bogor banyak daerah yang dikenal dengan nama Babakan, yang menurut KBBI diartikan sebagai 'dusun yang baru'. Dulu di kampus IPB lama (Baranangsiang), mahasiswa banyak yang tinggal di Babakan Fakultas, Babakan Peundeuy atau Babakan Pasar. Di kampus Dramaga sekarang pun, stratifikasi tempat tinggal terjadi. Sepeti halnya di kampus lama, mahasiswa kurang mampu akan tinggal di daerah dengan nama depan Babakan: Babakan Raya, Babakan Lio atau Babakan Lebak. Tidak semua, namun secara umum dengan biaya sewa kamar setahun kurang dari Rp 2 juta per orang, bisa dibayangkan kondisi tempat tinggal mereka: padat, tanpa ventilasi atau septic tank yang berada di sisi dapur.
"Sedangkan mahasiswa yang lebih mampu, akan memilih tinggal di daerah Jalan Perwira atau perumahan-perumahan di sekitar kampus, Lengkaplah sudah: kondisi makan yang kurang gizi, aktivitas luar biasa kemudian beristirahat di kamar kos yang sangat minim kondisinya," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof. Dr. Yonny Koesmaryono, dari 28 mahasiswa kini tinggal 15 mahasiswa yang dirawat. Seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh IPB.
"Data terakhir dari 28 mahasiswa yang dirawat, 13 mahasiswa masih dirawat di RS Karya Bhakti Pratiwi dan 2 mahasiswa di RS Medika Darmaga. Dari pemeriksaan massal terhadap mahasiswa yang telah kami lakukan dua hari ini, ada 11 mahasiswa yang suspect hepatitis A. Mereka sudah dirujuk untuk melakukan tes darah agar mendapatkan perawatan lebih lanjut," ujar Prof. Yonny, Sabtu (12/12).
Untuk mencegah penularan KLB Hepatitis A, menurutnya, IPB telah melakukan respon cepat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mahasiswa. Hingga kemarin sore, sudah 204 mahasiswa yang memeriksakan kondisi kesehatannya. Selain pemeriksaan kesehatan, IPB juga melakukan sosialisasi mengenai gizi seimbang, keamanan pangan, profil kantin IPB serta tindakan kuratif dan preventif hepatitis.
"Penyuluhan tentang kantin sehat di dalam dan sekitar kampus IPB, aksi bersih lingkungan di dalam kampus maupun lingkungan tempat tinggal mahasiswa," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit & Kesehatan Lingkungan, (P3KL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Dr.dr. Kusnadi, menjelaskan hingga saat ini pihaknya sudah melakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE), salah satunya dengan mengambil sampel-sampel makanan yang dikonsumsi mahasiswa IPB.
"Penularan Hepatitis A melalui oral dan rektal. Masa inkubasinya lama, sekira 15-50 hari. Jadi tidak mudah menelusuri dari mana sumber virusnya karena kejadiannya sudah dua minggu yang lalu. Bisa jadi kita ambil sampel hari ini tapi kuman atau virusnya ternyata sudah tidak ada. Tapi PE ini kita lakukan untuk memutus rantai penularan," tukasnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia menderita hepatitis
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di lingkungan kampus pada Jumat (3/5) pukul 08.00 WIB.
Baca SelengkapnyaDugaan penganiayaan itu dikuatkan temuan sementara kepolisian pada tubuh korban terdapat luka lebam.
Baca SelengkapnyaKorban saat itu dibawa ke Rumah Sakit Tarumajaya Hospital.
Baca SelengkapnyaKuasa hukum keluarga korban, Tumbur Aritonang membenarkan kabar bahwa P pernah menceritakan penganiayaan dialaminya kepada sang pacar.
Baca SelengkapnyaKepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi merinci data petugas pemilu yang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaDua dari tiga orang korban meninggal tersebut diketahui merupakan pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK).
Baca Selengkapnya40 jemaah Indonesia tersebut tidak meninggal di satu tempat.
Baca SelengkapnyaHepatitis adalah salah satu penyakit yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, tapi sayangnya, masih banyak kesalahpahaman & mitos yang berkembang tentang ini.
Baca SelengkapnyaData itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
Baca SelengkapnyaMahasiswa tingkat pertama yang meninggal diduga dianiaya senior itu bakal diberangkatkan ke kampung halamannya pada Minggu (5/5) besok.
Baca SelengkapnyaKorban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.
Baca Selengkapnya